Jatuh Cinta Dengan Rinjani (Part 1 : Keindahan Sunset di Plawangan Sembalun)

by - 1/09/2021 01:07:00 AM

keindahan sunset di plawangan sembalun

Aku larut dalam kegembiraan, Sejenak lupa dengan rasa lelah setelah menempuh perjalanan berjam-jam, lupa bahwa beberapa waktu yang lalu masih tersaruk-saruk karena akar pohon di Bukit Penyesalan, dan lupa dengan hawa dingin yang menusuk dan mengiringi langkah kaki.

Terima Kasih Tuhan, atas kehendak-Mu Aku merasa beruntung diberikan kesabaran dan kekuatan hingga tiba di Plawangan tepat waktu. Aku tersenyum takzim, menyapa langit berwarna jingga yang menyemburat anggun bersama Danau Segara Anak. Senja perlahan menghilang, langit berubah menjadi temaram, tetapi kenangan itu lekat dalam ingatan.

mobil pikup menuju sembalun
naik mobil pikup menuju sembalun

27 Desember 2020. Bus yang membawa Kami dari Jakarta berhenti di sebuah Pasar di Daerah Bayan, Lombok. Setelah itu Kami berganti kendaraan menggunakan mobil pikup untuk menuju Rumah Singgah di Sembalun. Sangat tidak memungkinkan jika bus dipaksa terus melaju hingga Sembalun, karena jalanan kian curam dan berkelok.

rumah singgah di sembalun
rumah singgah di Sembalun

Rumah Singgahnya lumayan besar dengan tiga kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan satu kamar mandi. Namun terasa sempit karena diisi oleh sekitar 30 an orang. Ada dua permasalahan utama di rumah singgah yang dihadapi, mulai dari rebutan / antri menggunakan kamar mandi, lalu colokan yang terbatas meski sudah memakai terminal. Ya harap maklum namanya juga rumah singgah, kalau mau lapang bisa menyewa penginapan atau resort, tentunya harus merogoh kocek lebih mahal.

Ada banyak cara untuk mengatasi itu semua, perkara membersihkan badan bisa menumpang kamar mandi di warung ataupun masjid. Lalu terkait colokan, Penulis tidak ambil pusing karena telah membawa power bank yang sudah terisi penuh. 

H-1 Pendakian (Mengunjungi Bukit Selong)

Senin, 28 Desember 2021. Sembalun cerah sekali pagi itu,  para pendaki lain terlihat sedang bersiap-siap memulai pendakian. Penulis yang simaksi / jadwal mendakinya tanggal 29 hanya mengamati aktivitas di sekitar rumah singgah. 

perkebunan warga di gunung rinjani
perkebunan warga dan view Gunung Rinjani

Lauk gorengan ikan teri, sambal terasi, dan potongan ayam goreng berukuran kecil menjadi menu sarapan pagi itu. Selepas sarapan Penulis jalan-jalan santai menikmati udara pagi, melihat perkebunan warga yang tumbuh subur dengan latar Gunung Rinjani yang gagah. Penulis berjalan menyisiri jalan setapak, sesekali menyapa takzim penduduk lokal yang sedang menyiangi rumput liar.

Untuk mengisi waktu luang, Penulis beserta rombongan yang simaksinya tanggal 29 sepakat bersama-sama menuju Bukit Selong yang masih berada di Daerah Sembalun. Kami menyewa mobil pikup terbuka agar bisa muat banyak orang, Penulis mulai merasakan kenyamanan saat berinteraksi dengan peserta lain, tidak jauh-jauh topik pembahasannya dari kegiatan pendakian.

Perjalanan menuju Bukit Selong akan melalui jalan raya Sembalun-lawang dengan view perbukitan hijau. Lalu kemudian akan memasuki jalan bertanah dan melewati hutan bambu yang rimbun hingga tiba di parkiran di tanah lapang. Setibanya di parkiran, Penulis berjalan kaki menaiki anak tangga menuju atas bukit yang pertama. Lalu terdapat bukit selanjutnya yang lebih tinggi dengan pemandangan yang lebih luas.

bukit selong sembalun


Pemandangan Bukit Pergasingan menjadi panorama yang menakjubkan dengan hamparan perkebunan dibawahnya. Di sisi lain penulis dapat melihat suasana pedesaan yang asri di Sembalun, view rumah-rumah warga yang diselingi beberapa masjid dapat terlihat dari atas bukit.

puskesmas sembalun
Puskesmas Sembalun

Setelah mengunjungi Bukit Selong, Kami menuju Puskesmas Sembalun untuk membuat Surat Keterangan Sehat (SKH) sebagai salah satu syarat mendaki Gunung Rinjani. Setelah selesai membuat SKH, tujuan selanjutnya adalah Bukit Pemedengan. Namun saat tiba di lokasi,  kabut melingkupi kawasan bukit. Jarak pandang menjadi terbatas, view yang diharapkan tidak dapat terlihat.

Masih ada tujuan selanjutnya yaitu Air Terjun Sendang Gile. Namun di tengah perjalanan hujan mengguyur dengan derasnya, membuat Kami kelabakan merentangkan terpal di mobil Pikup agar tidak kebasahan. "Sepertinya harus putar balik, tidak memungkinkan ke air terjun karena treknya pasti licin ke sana" Saran Bang Iyar selaku guide. 

Kami pun kembali ke rumah singgah dengan pakaian yang lembab, lalu bergegas berganti pakaian kering. Malam harinya Penulis memilah kembali barang-barang yang perlu dibawa untuk besok, sembari mengingat mungkin saja ada yang perlu dibeli lagi. Di Sembalun banyak sekali dijumpai warung-warung yang menyediakan perlengkapan dan logistik untuk pendakian.

Hari H Pendakian

titik awal pendakian gunung rinjani via sembalun

Selasa 29 Desember 2020.  Suasana pagi yang cerah, senyum optimis penulis dan peserta lain merekah, menandakan betapa semangatnya kami memulai pendakian. Mobil Pikup yang telah disewa membawa Kami menuju titik awal pendakian di Desa Bawak Nao.  Sebelum memulai pendakian, Kami berkumpul membuat lingkaran. Sebagai orang yang percaya atas kehendak Tuhan, Kami pun berdoa meminta keridhaan dan keselamatan selama pendakian.

Target Kami pada hari itu adalah tiba di Camp Area di Plawangan Sembalun sebelum langit gelap. Ada empat pos yang akan dilalui dengan nama-nama yang berbeda. Pos 1 bernama Pementan, Pos 2 bernama Tangengean, Pos 3 bernama Padabalong, dan Pos 4 bernama Cemara Siu.

Dari titik awal pendakian menuju Pos 2 terdapat alternatif menggunakan ojek dengan biaya Rp 150.000. Di antara rombongan penulis ada dua orang yang awalnya memilih naik ojek, tetapi di pertengahan jalan menuju pos 1 ada beberapa Pendaki yang berubah pikiran menggunakan ojek, karena memang lumayan menghemat waktu dan tenaga. 

Titik Awal Pendakian - Pos 1 Pementan (9.43 WITA- 11.09 WITA)

hutan saat menuju pos satu gunung rinjani

Perjalanan menuju pos satu memakan waktu sekitar satu jam. Penulis melewati perkebunan warga dan melihat sapi-sapi yang sedang merumput. Setelah itu melewati hutan dengan pohon-pohon yang cukup tinggi, larik cahaya menyembul diantara pepohonan yang rimbun. Setelah itu hamparan padang savana yang luas akan terlihat setelah melewati hutan. 

Bang Faisal a.k.a Bang Mawar

"Lo jangan buru-buru, nafas atur sama langkah kaki. Lo bisa kecapekan dan gak kuat di tengah-tengah kalo ngegas di awal" Pesan Bang Faisal a.k.a Bang Mawar kepada Penulis. Pesan yang sangat bermanfaat bagi pendaki pemula seperti penulis, yang terlalu menggebu-gebu sampai di pos 1. 

Benar kata Bang Mawar, Kita akan cepat lelah kalau terlalu menggebu-gebu ingin cepat sampai ke tiap pos. Sebaiknya mengatur nafas dan langkah kaki yang konsisten, diusahakan jangan terlalu sering berhenti. Selang satu jam kemudian, tibalah penulis di shelter pos satu yang dapat digunakan oleh pendaki untuk beristirahat. 


pos satu rinjani via sembalun

Ada banyak cara untuk mengisi tenaga selama pendakian, salah satunya mengemut cemilan madu rasa yang penulis lakukan. Karena baru jam 11, Penulis memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju pos, nanti makan siangnya di sana saja. 

Pos 1 Pementan - Pos 2 Tengengean (11.09 WITA - 11.56)

sabana di gunung rinjani

Hamparan padang sabana menjadi penghias sepanjang jalur menuju Pos 2. Kabut menggelayut membatasi jarak pandang. Salah satu keuntungan mendaki di musim penghujan adalah panas matahari tidak begitu terik. Berbeda rasanya jika mendaki di musim kemarau yang bisa membuat kulit gampang gosong, tubuh juga cepat lelah dan mudah dehidrasi.

Yang perlu diantisipasi ketika mendaki di musim penghujan adalah hujan yang bisa datang kapan saja. Langit yang awalnya cerah bisa dengan cepat berubah menjadi mendung, tak lama kemudian hujan turun namun untungnya tidak berlangsung lama. Jalur menuju pos 2 masih cenderung landai, Penulis tiba di pos 2 yang terdiri dari banyak shelter.

Penanda jarak antar pos

pos dua di gunung rinjani melalui sembalun
Shelter Pos 2

Di dekat pos 2 terdapat mata air, Yazid salah satu teman Penulis sengaja membawa botol kosong dari rumah singgah untuk diisi mata air di pos 2 (trik supaya beban carrier lebih ringan dari titik awal sampai pos 2). Penulis makan siang dan Salat di shelter pos 2 sembari menunggu hujan agak reda.

Pos 2 Tengengean - Pos 3 Padabalong (13.05 WITA - 14.09 WITA)

Bang Mawar, Catherine, dan Bagus

Langkah kaki mulai terasa berat, bukit sabana yang menanjak menjadi pembuka saat menuju pos tiga. Setelah itu jalur pendakian mulai terjal, Penulis melihat terdapat tanda peringatan "STOP" karena ada bekas longsoran Gempa Lombok 2018 yang lalu, jadinya kita harus melewati jalur setapak yang baru (penunjuk arahnya jelas kok).

pos tiga di gunung rinjani via sembalun

Lokasi pos tiga terdapat di bawah lembah dan terdapat jalur aliran sungai yang kering di dekat shelter. Pos tiga diberi nama Padabalong yang artinya "menyiapkan tenaga" karena memang setelah ini jalur yang akan dilewati jauh lebih berat.

Pos 3 Padabalong - Pos 4 Cemara Siu (14.09 WITA - 15.25 WITA)

pohon cemara di rinjani

Sepanjang jalur menuju Pos 4 banyak dijumpai pohon cemara, mungkin itu yang melatarbelakangi pos 4 dinamai Cemara Siu yang artinya Pohon Cemara Seribu (ada banyak). Rombongan yang sedari awal berjalan beriringan perlahan membuat jarak dan membentuk Sub Rombongan. 

Penulis berjalan berdekatan dengan Bang Mawar, Bagus, dan si Kancil. Nama terakhir merupakan julukan yang diberikan oleh Bang Mawar kepada remaja berusia 14 tahun bernama asli Catherine. Langkah kakinya cekatan dan lincah karena tidak membawa tas carrier (dibawakan oleh porter).

pos 4 cemara siu di jalur sembalun gunung rinjani

Nah setelah tiba di Pos 4, baru memasuki ujian terberat sebelum tiba di Plawangan. Apa itu? Para pendaki menyebutnya dengan Tujuh Bukit Penyesalan, yang katanya terkadang membuat orang menyesal telah mendaki Gunung Rinjani. Memang energi banyak terkuras di bukit penyesalan, langkah kaki sering berhenti dan meminta rehat. Nyesal gak mendaki Rinjani? ENGGAK DONG, viewnya bagus banget.

Pos 4 Cemara Siu - Plawangan Sembalun (15.25 WITA - 18.20 WITA)


Mungkin Bukit Pemberi Harapan Palsu  (PHP) bisa dijadikan nama lain selain Bukit Penyesalan. Karena di saat kita telah melalui dan merasa tiba di atas bukit, rupanya ada lagi tanjakan menuju bukit selanjutnya. seakan tidak ada habis-habisnya.

bukit penyesalan di gunung rinjani

"Ini ibaratkan permulaan atau gambaran untuk summit ke puncak besok bang, summit lebih berat jalurnya" Ujar Bang Iyar, Kalimat Guide Kami itu membuat penulis gamang. "Tapi kalo summit kan gak bawa carrier bang, jadinya beban gak seberat sekarang" Lanjutan kalimatnya sedikit membuat lega.

bunga edelweiss di gunung rinjani

plawangan sembalun rinjani

Bunga-bunga Edelweiss mulai terlihat di sepanjang jalur, menandakan ketinggian sudah dua ribu di atas permukaan laut. Kabut perlahan menghilang, sorot mata bisa melihat lebih luas. Penulis melihat jalur yang diberikan tali pegangan di kedua sisi jalur. Lalu Punggungan Plawangan Sembalun mulai terlihat. View punggungan plawangan menggugah semangat untuk ingin cepat sampai. Karena di balik sana ada pemandangan yang mengagumkan.

Penulis tiba di camp area Plawangan Sembalun sekitar jam enam sore, Penulis bergegas meletakkan carrier di dekat tenda yang sudah dipasang oleh porter. Lalu beranjak membawa kamera sambil melihat langit jingga yang menghiasi pemandangan Danau Segara Anak. Penulis memandang takzim, sungguh ini rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama :)

sunset di plawangan sembalun gunung rinjani

 - Sunset di Rinjani 29 Desember 2020





You May Also Like

3 komentar