Pesona Malioboro yang Tidak Pernah Pudar

by - 2/26/2022 10:18:00 PM

kawasan malioboro jogja

Jogja selalu punya cerita yang membuat banyak orang terkesan dan punya berjuta alasan untuk kembali. Kawasan Malioboro mungkin bisa dikatakan sangat lekat dan merepresentasikan Jogja secara keseluruhan. Keramahan warganya, beragam seni dan kerajinannya, dan kesyahduan suasananya. Kawasan yang tidak pernah pudar pesonanya meski saban hari makin banyak tempat populer lain yang bermunculan. 

Wajah baru Malioboro semakin rapi, meski kehilangan sedikit sajian khasnya.

Hari kedua di Jogja, cerita sebelumnya dapat dibaca di : kembali ke jogja yang selalu punya cerita. Edu Hostel tempat penulis menginap terdiri dari lima lantai dan terdapat fasilitas kolam renang yang sayangnya sedang direnovasi. Hostel ini menyediakan sarapan gratis bagi peghuninya. Menu yang ditawarkan berganti setiap harinya, misal hari ini nasi goreng, besoknya nasi kuning. 

view jogja city

Dari rooftop hostel dapat melihat pemandangan 360 derajat Jogja dari ketinggian. Nampak Gunung Merapi yang tak pernah pudar keindahannya, juga Gunung Merbabu yang terletak di Magelang. Kami sarapan sambil berdiskusi ringan, menentukan rencana perjalanan hari itu. Intinya tidak perlu banyak-banyak tempat yang didatangi, lebih fokus ke kulinerannya saja.

tempo gelato kaliurang

Tujuan pertama kami adalah tempat makan es krim mainstream di jogja. Yup betul, Tempo Gelato :D Kami mendatangi cabang di Kaliurang yang searah dengan tujuan kami berikutnya. Kalian tim cone atau cup? Penulis pribadi lebih menyukai cone karena wafernya lebih banyak untuk dicemil haha... Jujurly penulis selalu kebingungan memilih varian rasa es krimnya karena saking banyaknya pilihan.

Selepas nyemil es krim, tujuan Penulis selanjutnya adalah Kopi Klotok untuk makan siang. Jogja memang surganya pecinta kuliner, ada yang sudah melegenda namanya dan ada yang baru-baru ini terkenal karena konsepnya. Kopi Klotok ini berkonsep klasik, bangunan rumah berbentuk joglo limasan yang menghadap ke persawahan yang menghijau. 

kopi klotok jogja

Kursi dan meja kayu di dalamnya membawa suasana lawas yang disertai dengan lampu strongking di dalam rumah. Selain itu pengunjung juga bisa makan di luar rumah, sudah disediakan lesehan beralaskan tikar untuk pengunjung yang ingin makan sambil melihat areal persawahan. 

kopi klotok

Menu yang disajikan berupa telor dadar, sayur lodeh, tempe goreng, dan bermacam lauk lainnya. Namanya Kopi Klotok ya minumannya kopi dong, tapi hal itu tak berlaku bagi penulis yang saat ini berhenti minum kopi karena menghindari naiknya asam lambung. Jadilah hanya memesan teh manis saja :D. 

svarga bumi magelang

Selepas makan siang, Kami beranjak menuju ke arah Magelang. Tujuan selanjutnya adalah Svarga Bumi yang letaknya berdekatan dengan kawasan Candi Borobudur. Bahkan dari lokasi ini dapat terlihat puncak Candi Borobudur dari kejauhan. Svarga Bumi ini kawasan persawahan yang disulap menjadi tempat wisata yang menyediakan spot foto instagenik.  

wajah baru kawasan malioboro

Pulang dari Magelang, Kami menuju ke Kawasan Malioboro dan memarkirkan kendaraan di Jl. Sosrowijayan. Wajah baru Malioboro jauh lebih rapi setelah direvitalisasi. Jalur pedestrian diperlebar dan semakin nyaman bagi pejalan kaki. 

Pemandangan yang jauh berubah adalah tidak adanya lagi PKL yang berjualan di sepanjang Malioboro. Menurut informasi yang beredar para pedagang kaki lima sudah direlokasi ke kawasan yang dinamai Teras 1 dan 2. 

titik nol jogja malam hari

Penulis sangat menikmati wajah baru Malioboro, sesekali melemparkan senyum takzim kepada pemandu delman yang menawarkan jasanya "Maaf pak, saya mau jalan saja :)".  Lampu jalan yang dipugar nampak lebih fresh. Kami pun berjalan sampai di kawasan titik 0 jogja, lalu mencari warkop terdekat untuk mengobrol ringan sebelum kembali ke hostel. Semakin malam obrolannya kian menarik, tak terasa sudah mendekati pukul sebelas malam. Mas-mas warungnya mengingatkan dengan sopan kalau mereka akan tutup sebentar lagi.

Keesokan harinya kembali ke Jakarta dengan Kereta Api Progo, lagi-lagi dengan kelas ekonomi. Syukurnya tempat duduk lebih lengang dan bisa berselenjor kaki. Sepanjang perjalanan mendengarkan musik-musik studio ghibli, film-film animenya sangat bagus meski tidak setenar disney dkk. Menyentuh, imajinatif, dan menguras emosi penonton. 

Salah satu film berjudul graves of the fireflies yang menceritakan efek domino perang dunia kedua, dua orang anak yang hidup terkatung-katung setelah kehilangan ayah dan ibunya. Percayalah, menonton film ini akan menguras emosi kalian sembari berharap redanya ketegangan yang terjadi antara Ukrania dan Rusia.

perjalanan kereta jogja jakarta

Terima kasih Jogja, semoga akan ada kunjungan berikutnya di lain waktu.

You May Also Like

2 komentar

  1. Saya suka tulisannya mas, saya ikut beberapa dari penulisannya yaa

    BalasHapus