• Home
  • Sumatera
    • Aceh
    • Sumatera Utara
    • Sumatera Barat
    • Riau dan Kepri
    • Sumatera Selatan
    • Jambi
    • Bengkulu
    • Bangka Belitung
    • Lampung
  • Jawa
    • DKI Jakarta
    • Banten
    • Jawa Barat
    • Yogyakarta
    • Jawa Tengah
    • Jawa Timur
  • Kalimantan
    • Kalimantan Barat
    • Kalimantan Tengah
    • Kalimantan Utara
    • Kalimantan Timur
  • Sulawesi
    • Sulawesi Selatan
    • Sulawesi Tengah
    • Sulawesi Barat
  • Bali NTB NTT
    • Bali
    • Lombok
    • Sumba
    • Flores
  • Maluku dan Papua
    • Maluku
    • Papua
instagram Email

dodonulis

blog catatan perjalanan

kawasan malioboro jogja

Jogja selalu punya cerita yang membuat banyak orang terkesan dan punya berjuta alasan untuk kembali. Kawasan Malioboro mungkin bisa dikatakan sangat lekat dan merepresentasikan Jogja secara keseluruhan. Keramahan warganya, beragam seni dan kerajinannya, dan kesyahduan suasananya. Kawasan yang tidak pernah pudar pesonanya meski saban hari makin banyak tempat populer lain yang bermunculan. 

Wajah baru Malioboro semakin rapi, meski kehilangan sedikit sajian khasnya.

Hari kedua di Jogja, cerita sebelumnya dapat dibaca di : kembali ke jogja yang selalu punya cerita. Edu Hostel tempat penulis menginap terdiri dari lima lantai dan terdapat fasilitas kolam renang yang sayangnya sedang direnovasi. Hostel ini menyediakan sarapan gratis bagi peghuninya. Menu yang ditawarkan berganti setiap harinya, misal hari ini nasi goreng, besoknya nasi kuning. 

view jogja city

Dari rooftop hostel dapat melihat pemandangan 360 derajat Jogja dari ketinggian. Nampak Gunung Merapi yang tak pernah pudar keindahannya, juga Gunung Merbabu yang terletak di Magelang. Kami sarapan sambil berdiskusi ringan, menentukan rencana perjalanan hari itu. Intinya tidak perlu banyak-banyak tempat yang didatangi, lebih fokus ke kulinerannya saja.

tempo gelato kaliurang

Tujuan pertama kami adalah tempat makan es krim mainstream di jogja. Yup betul, Tempo Gelato :D Kami mendatangi cabang di Kaliurang yang searah dengan tujuan kami berikutnya. Kalian tim cone atau cup? Penulis pribadi lebih menyukai cone karena wafernya lebih banyak untuk dicemil haha... Jujurly penulis selalu kebingungan memilih varian rasa es krimnya karena saking banyaknya pilihan.

Selepas nyemil es krim, tujuan Penulis selanjutnya adalah Kopi Klotok untuk makan siang. Jogja memang surganya pecinta kuliner, ada yang sudah melegenda namanya dan ada yang baru-baru ini terkenal karena konsepnya. Kopi Klotok ini berkonsep klasik, bangunan rumah berbentuk joglo limasan yang menghadap ke persawahan yang menghijau. 

kopi klotok jogja

Kursi dan meja kayu di dalamnya membawa suasana lawas yang disertai dengan lampu strongking di dalam rumah. Selain itu pengunjung juga bisa makan di luar rumah, sudah disediakan lesehan beralaskan tikar untuk pengunjung yang ingin makan sambil melihat areal persawahan. 

kopi klotok

Menu yang disajikan berupa telor dadar, sayur lodeh, tempe goreng, dan bermacam lauk lainnya. Namanya Kopi Klotok ya minumannya kopi dong, tapi hal itu tak berlaku bagi penulis yang saat ini berhenti minum kopi karena menghindari naiknya asam lambung. Jadilah hanya memesan teh manis saja :D. 

svarga bumi magelang

Selepas makan siang, Kami beranjak menuju ke arah Magelang. Tujuan selanjutnya adalah Svarga Bumi yang letaknya berdekatan dengan kawasan Candi Borobudur. Bahkan dari lokasi ini dapat terlihat puncak Candi Borobudur dari kejauhan. Svarga Bumi ini kawasan persawahan yang disulap menjadi tempat wisata yang menyediakan spot foto instagenik.  

wajah baru kawasan malioboro

Pulang dari Magelang, Kami menuju ke Kawasan Malioboro dan memarkirkan kendaraan di Jl. Sosrowijayan. Wajah baru Malioboro jauh lebih rapi setelah direvitalisasi. Jalur pedestrian diperlebar dan semakin nyaman bagi pejalan kaki. 

Pemandangan yang jauh berubah adalah tidak adanya lagi PKL yang berjualan di sepanjang Malioboro. Menurut informasi yang beredar para pedagang kaki lima sudah direlokasi ke kawasan yang dinamai Teras 1 dan 2. 

titik nol jogja malam hari

Penulis sangat menikmati wajah baru Malioboro, sesekali melemparkan senyum takzim kepada pemandu delman yang menawarkan jasanya "Maaf pak, saya mau jalan saja :)".  Lampu jalan yang dipugar nampak lebih fresh. Kami pun berjalan sampai di kawasan titik 0 jogja, lalu mencari warkop terdekat untuk mengobrol ringan sebelum kembali ke hostel. Semakin malam obrolannya kian menarik, tak terasa sudah mendekati pukul sebelas malam. Mas-mas warungnya mengingatkan dengan sopan kalau mereka akan tutup sebentar lagi.

Keesokan harinya kembali ke Jakarta dengan Kereta Api Progo, lagi-lagi dengan kelas ekonomi. Syukurnya tempat duduk lebih lengang dan bisa berselenjor kaki. Sepanjang perjalanan mendengarkan musik-musik studio ghibli, film-film animenya sangat bagus meski tidak setenar disney dkk. Menyentuh, imajinatif, dan menguras emosi penonton. 

Salah satu film berjudul graves of the fireflies yang menceritakan efek domino perang dunia kedua, dua orang anak yang hidup terkatung-katung setelah kehilangan ayah dan ibunya. Percayalah, menonton film ini akan menguras emosi kalian sembari berharap redanya ketegangan yang terjadi antara Ukrania dan Rusia.

perjalanan kereta jogja jakarta

Terima kasih Jogja, semoga akan ada kunjungan berikutnya di lain waktu.

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
pantai slili gunung kidul

Jogja selalu punya cerita, banyak alasan yang membuat banyak orang jatuh cinta dengan kota ini. Kota yang menawarkan kenyamanan dan kedamaian yang membangunkan karsa untuk terus berkarya. Jogja bisa menjadi tempat menyegarkan pikiran yang sedang terhimpit stres karena pekerjaan, percintaan, atau persoalan rumit lainnya.

Tempat duduk nampak penuh malam itu, hanya satu-dua celah kursi yang kosong. Bisa jadi karena penumpang yang mengurungkan niat berangkat, atau penumpang yang telat karena masih di perempatan Salemba saat pluit petugas ditiup (tanda keberangkatan kereta). 

stasiun pasar senen jakarta pusat
Stasiun Pasar Senen

Penulis bersama kelima teman lain menggunakan kereta api Progo menuju jogja malam itu. Duduk di kursi kelas ekonomi, you know lah bagaimana posisi duduknya. Nyaman-nyaman saja sih karena sudah sering naik ekonomi sejak dulu, asal jangan bandingkan dengan reclining atau rotary seat seperti kelas bisnis dan eksekutif :D 

Mata tidak bisa terlelap, tidur-tidur ayam sepanjang perjalanan yaitu ketika mata terpejam tapi masih bisa mendengarkan obrolan teman sebelah. Guyonan dan tawa terbahak membuat Kami mendapat somasi malam itu, kondektur datang lalu menjelaskan dengan sopan bahwa ada penumpang lain yang melapor karena terganggu :) 

Pukul tujuh pagi, kereta berhenti sempurna di stasiun terakhir. Fisik yang kelelahan kadangkala membuat konsentrasi berkurang, Penulis kebingungan melihat kondisi stasiun yang nampak berbeda dibandingkan dengan dua tahun yang lalu saat terakhir kali ke Jogja. Setelah memperhatikan dengan lamat nampak tulisan Lempuyangan di dekat peron. Ya, kereta Progo rupanya tidak berhenti di Stasiun Tugu melainkan di Lempuyangan. 

stasiun lempuyangan di jogja
Stasiun Lempuyangan

Tidak ada itinerary kali ini, semua serba fleksibel karena niatnya memang mau bersantai tanpa tergesa-gesa mendatangi destinasi. Untuk mempermudah mobilitas kami menyewa mobil selama dua hari, tujuan pertama langsung menjajal kuliner Soto Kadipiro yang terkenal lezat. Pengunjung lain sudah ramai berdatangan meski warungnya baru buka pukul delapan pagi. 

warung soto kadipiro
belum buka udah ramai

Setelah makan, kami beranjak menuju ke Edu Hostel di Jl. Letjen Suprapto No.17, Ngampilan. Lokasinya di mana tuh? penjelasan simpelnya tidak terlalu jauh dari kawasan Malioboro, paling sekitar dua kilo saja. Edu hostel menyediakan tipe dorm room dengan ranjang bertingkat. Karena check in baru bisa pukul 12,  kami pun menunggu di ruang santai edu hostel yang agak luas. Di sana terdapat sofa panjang, karena kebetulan lagi sepi jadi kami gunakan untuk rebahan. 

Tujuan Kami selanjutnya adalah menuju Gunung Kidul yang terkenal dengan keindahan pantainya. Ada banyak pantai yang menarik dan rekomen untuk didatangi, namun pilihan kami adalah Pantai Slili yang letaknya bersebelahan dengan Pantai Krakal. Hujan turun deras, jarak pandang memendek sehingga harus lebih konsentrasi menyetir mobil. 

Kami memecah suara hujan dengan guyonan bagai gayung bersambut. Satu persatu mencoba mengeluarkan punchline terbaiknya.  Penulis yang notabene seorang introvert mencoba menyumbangkan lawakan ringan nan garing "Krik-krik dan gaje"... Intinya sih bagaimana suasana di dalam mobil harus ramai, tidak boleh ada yang mengantuk. 

pantai slili gunung kidul jogja

Kami tiba di Pantai Slili sekitar jam 15.30 WIB dan langsung menuju Cafe De Slili yang baru dibuka awal tahun 2021. Menurut penulis pribadi, cafe ini worth it untuk tempat nongkrong rame-rame meski harganya agak costly. Banyak spot menarik untuk koleksi foto potrait seperti panorama pantai Slili yang diapit oleh tebing-tebing karang di kanan dan kirinya. Pemandangan pulau karang juga terlihat jelas dari cafe ini. 

sunset di pantai slili gunung kidul

Langit perlahan berwarna keemasan di sebelah barat. Penulis berjalan menyusuri tepi pantai yang berpasir lembut, memotret satu-dua objek foto yang menarik. Pemandangan sunset yang mengagumkan di kala perjalanan itu bonus, melengkapi cerita-cerita yang hadir di setiap jejak kaki. 

Kami kembali ke Kota Jogja selepas salat Maghrib. Malam minggu jalanan kota terlihat ramai, warung tongkrongan nyaris tidak ada yang sepi.  Mungkin dari Kami berenam  hanya Penulis yang belum tau mengenai Menoewa Cafe. Saat masuk, penulis setengah kaget melihat pengunjung yang memenuhi tempat duduk di kursi panjang maupun lesehan tikar. Mata Kami memencar mencari tempat duduk kosong yang sulit sekali didapatkan, harus mengantri dulu.

menoewa cafe jogja

Apa yang membuat Menoewa Cafe begitu ramai didatangi? tidak hanya muda-mudi saja, rombongan keluarga juga ada. Duduk dan nongkrong di cafe ini bagai nonton konser sambil menghirup kopi dan jajanan ringan. Rupanya musisi yang sedang naik daun yaitu Tri Suaka sesekali tampil di cafe ini.  Sayangnya malam itu ybs tidak hadir, namun kolega yang tampil juga tidak kalah merdu suaranya. Lembut seperti ubin masjid :)

Sulit untuk melupakan Jogja yang selalu punya cerita. *semua foto di artikel ini diambil menggunakan kamera handphone, untuk menulis blog perjalanan tidak mesti menggunakan kamera dslr atau mirrorless :) 

- Gunung Kidul, 19 Februari 2022.

Bersambung di : pesona Malioboro yang tidak pernah pudar

 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
candi prambanan yogyakarta
Setuju dengan judul di atas? banyaknya tempat wisata menarik yang ada di Yogyakarta membuat kita kebingungan untuk memilih mendatangi yang mana dulu. Apalagi jika waktu untuk liburan hanya singkat, dua atau tiga hari saja. Penulis pertama kali berkunjung ke Kota Istimewa ini tiga tahun yang lalu, tanggal 20 September 2017. Saat itu juga penulis pertama kali menggunakan kereta jarak jauh di Pulau Jawa :D, Penulis ingat sekali nama keretanya yaitu "Fajar Utama" dari Pasar Senen menuju Stasiun Yogyakarta.

Pukul setengah enam pagi di hari Rabu, suasana di Stasiun Pasar Senen sudah ramai oleh para calon penumpang. Penulis membeli jajanan gorengan yang dijual di dekat pintu masuk.  Lalu beranjak menuju tempat untuk mencetak boarding pass. "Kance (panggilan untuk Kawan), aku sudah di stasiun dan lagi cetak boarding pass. Kau sudah dimana?" sebuah pesan WA singkat kepada Anggi, teman perjalanan penulis kali ini.

Tak kunjung mendapat jawaban, penulis pun menelepon. Rupanya Anggi baru terbangun dari tidur pulasnya, setelah semalam bertugas piket di kantor. "Aku baru jalan ke stasiun, tolong kau cetakkan saja boarding passku. Ini kode bookingnya" Pesan dari Anggi membuat penulis agak cemas, jarak menuju stasiun dari tempatnya cukup jauh. Sedangkan jadwal keberangkatan menyisakan setengah jam lagi.

Suara pengumuman terdengar di seluruh penjuru stasiun, para penumpang Fajar Utama telah dipanggil masuk ke dalam kereta. Batang hidung teman penulis tidak kunjung terlihat, Penulis kembali mengirimkan pesan WA namun tidak dibalas. Penulis masih mematung di dekat petugas yang menjaga pintu check in.  "Nak, mau masuk tidak? kalau telat masuk bisa ditinggal loh" petugas itu meminta penulis untuk segera masuk kereta.

"Saya menunggu teman saya pak, orangnya belum datang" jawab penulis sambil menelepon Anggi. "Ya sudah kamu duluan masuk, boarding pass temanmu dititipkan ke saya saja. Bilang ke temenmu untuk langsung ke meja check in" petugas itu memberikan saran.

Selang beberapa menit, akhirnya seseorang yang ditunggu itu datang juga dengan tas ransel birunya. Keringatnya mengucur, nafasnya tidak beraturan. Sepertinya Anggi berlari dari depan pintu masuk stasiun. Beruntung saat itu tidak ada insiden ketinggalan kereta :D.
pemandangan saat naik kereta menuju jogja
Perjalanan delapan jam Jakarta-Jogja itu membuat penulis antusias melempar pandangan ke arah luar jendela. Melihat hamparan lanskap alam yang menyampaikan bait-bait keindahannya. Sawah yang menghijau, pohon-pohon jati yang berjejer, serta kemegahan Gunung Selamet yang terlihat saat kereta memasuki kawasan Purwokerto.

Pukul dua siang, tibalah penulis di Stasiun Tugu Yogyakarta. Langsung dijemput oleh seorang teman bernama Riski, Ia sedang berkuliah di sebuah universitas swasta di Jogja. Selama di Jogja penulis menginap di kosannya, lumayan menghemat biaya penginapan. Terima kasih ya bro :).  Langsung saja inilah tempat-tempat Wisata yang penulis kunjungi :)

1. Candi Prambanan

candi prambanan jogja
"Prambanan" itulah nama tempat yang penulis lontarkan ketika teman bertanya tentang tempat yang dikunjungi pertama. Candi Prambanan dibangun pada abad ke 9 Masehi saat masa Raja Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya.  merupakan kompleks Candi Hindu terbesar di Indonesia.  Candi  ini telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. 

Di Kompleks Candi Prambanan terdapat tiga candi utama yaitu Candi Siwa, Candi Brahma, dan Candi Wisnu. Penulis mengelilingi dan memasuki beberapa candi saja, melihat relief-relief yang dipahat di dinding-dinding candi.  Lalu melihat arca-arca yang tersimpan di dalam candi. 

2. Tugu Jogja dan Kawasan Malioboro

monumen tugu jogja
Malam harinya penulis besama teman-teman menuju kawasan Tugu Jogja dan kawasan Malioboro. Tempat yang menjadi landmark dan ikon kota Jogja. Katanya sih mesti ke sini kalau ke Jogja, Penulis malam itu singgah di sebuah angkringan di Jalan Malioboro. 

Saat itulah penulis mencoba Kopi Joss atau Kopi Arang untuk pertama kali, setelah itu penulis belum pernah mencobanya lagi meski sudah mengulangi kunjungan ke Jogja dua kali. Kawasan Malioboro selalu ramai oleh pengunjung. Jalur pedestrian di sini menjadi ciri khas yang sangat menarik. Setelah puas kulineran, penulis menuju alun-alun keraton.

3. Pantai di Gunung Kidul

pantai sepanjang gunung kidul
Keesokan harinya, Menikmati keindahan wisata pantai menjadi pilihan berikutnya. Deretan pantai-pantai yang ada di kawasan Gunung Kidul membuat penulis bingung mau ke mana hahaha. Teman penulis bernama Riski pun menyarankan untuk ke dua tempat saja, yaitu Pantai Sepanjang dan Pantai Krakal.
pantai sepanjang yang indah di gunung kidul
Di Pantai sepanjang penulis lebih banyak menyisiri pantai yang saat itu sedang surut. Penulis berjalan di atas pasir pantai dan meniti batu-batu karang, lalu mengamati beberapa hewan laut kecil yang terdampar. Tersedia warung-warung yang menjajalkan kelapa muda, sangat cocok untuk dibeli di saat siang hari yang begitu terik.
pantai krakal gunung kidul
Pantai kedua adalah Pantai Krakal. Di lokasi ini terdapat bangunan monumen yang dijadikan sebagai point view.  Terdapat juga ikon yang berbentuk seperti kerangka ikan. Dari atas sana penulis memandang keindahan laut lepas yang menghampar, deburan ombak terlihat membentuk sebuah lanskap alam yang menarik. Ketika pulang dari lokasi ini penulis dan teman-teman singgah ke kawasan Bukit Bintang. Dari sini penulis melihat Kota Yogyakarta yang diterangi cahaya lampu.

4. Candi Borobudur

candi borobudur
Lokasinya sudah termasuk ke dalam daerah Magelang Jawa Tengah. Tetapi waktu tempuhnya hanya satu jam perjalanan dari Jogja. Penulis berangkat menggunakan sepeda motor namun sebelum menuju lokasi ini penulis terlebih dahulu mendaki ke Gunung Andong, mungkin ceritanya akan dibagikan di postingan lain.

Candi Borobudur bercorak Budha, berbentuk seperti punden berundak yang semakin ke atas semakin mengecil. Dibangun  pada masa Dinasti Syailendra berkuasa. Tiga tingkatan bangunan candi mencerminkan Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu dalam kepercayaan Budha.

Candi Borobudur juga termasuk dalam situs warisan dunia UNESCO. Di bagian paling atas penulis melihat stupa-stupa dan Patung Budha. Relief-relief terukir di dinding-dinding candi, mengagumkan sekali :)

5. Masjid Gedhe Kauman

masjid keraton jogja
Setelah berkunjung ke Candi Borobudur, penulis kembali ke jogja dan berkunjung ke Masjid Gedhe Kauman atau yang dikenal dengan Masjid Keraton. Sejarah masjid ini dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1773 Masehi.

6. Candi Ijo

candi ijo di yogyakarta
sunset di candi ijo
Menyimak matahari terbenam di Candi Ijo yang bercorak Hindu adalah daftar penulis selanjutnya. Duduk bersantai sambil sesekali belajar memotret, saat itu penulis belum terlalu paham dengan kamera, saat ini juga masih belum ahli sih :D.

Dari lokasi ini Penulis dapat melihat pesawat yang sedang landing atau take off di Bandara Adisutjipto. Candi Ijo terletak di perbukitan, sajian lanskap alam yang terpampang indah menjadi suguhan di penghujung sore kala itu.

7. Universitas Gajah Mada

universitas gajah mada
Penulis memasukkan tempat ini ke dalam list, saat itu penulis berjumpa dengan kakak sepupu yang sedang berkuliah S2 di sini. Sekalian berkeliling melihat salah satu kampus terbaik di Indonesia. Kota Jogja juga dikenal dengan sebutan Kota Pelajar. 

Itulah tempat-tempat yang penulis kunjungi saat pertama kali ke Jogja. Apakah tertarik untuk kembali? Iya, Ada apa lagi tempat menarik di Jogja? banyak !.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Older Posts

Official Logo

Official Logo
Pada tanggal 8 Oktober 2022, blog ini mempunyai logo resmi untuk pertama kali. Sudah lama saya berkeinginan untuk membuat logo sebagai identitas blog, terima kasih kepada seseorang yang telah membantu mengkreasikan logo yang luar biasa ini. Logo ini sebagai bentuk semangat untuk terus konsisten dalam membagikan hal-hal yang bermanfaat. Dalam perjalanannya, saya mendapatkan banyak ucapan dan respon yang baik dari para pembaca. Terima kasih atas energi positifnya :)

Popular Posts

  • Solo Traveling ke Banda Neira
  • Review Open Trip Overland Sumba Bersama Indonesia Juara
  • Travel Blogger di Bangka Belitung
  • Naik Kapal Dari Muntok ke Tanjung Api-Api Membawa Mobil Pribadi
  • Perjalanan ke Banda Neira Dengan Pesawat Sam Air

Tentang Penulis

Halo para pembaca, penulis adalah seorang pemuda kelahiran tahun ’97. isi blog ini seputar cerita dan catatan penulis ketika berkunjung di beberapa provinsi di Indonesia, tujuan membuat blog ini supaya dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama yang mempunyai hobi traveling. penulis dapat dihubungi dengan berkirim email ke dodonulis1@gmail.com

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

recent posts

    Pages

    • Privacy Policy
    • About Me
    • Disclaimer
    • Contact

    BloggerHub

    BloggerHub Indonesia

    Created with by ThemeXpose