• Home
  • Sumatera
    • Aceh
    • Sumatera Utara
    • Sumatera Barat
    • Riau dan Kepri
    • Sumatera Selatan
    • Jambi
    • Bengkulu
    • Bangka Belitung
    • Lampung
  • Jawa
    • DKI Jakarta
    • Banten
    • Jawa Barat
    • Yogyakarta
    • Jawa Tengah
    • Jawa Timur
  • Kalimantan
    • Kalimantan Barat
    • Kalimantan Tengah
    • Kalimantan Utara
    • Kalimantan Timur
  • Sulawesi
    • Sulawesi Selatan
    • Sulawesi Tengah
    • Sulawesi Barat
  • Bali NTB NTT
    • Bali
    • Lombok
    • Sumba
    • Flores
  • Maluku dan Papua
    • Maluku
    • Papua
instagram Email

dodonulis

blog catatan perjalanan

masjid baiturrahman aceh

Saya masih ingat bagaimana cerita perjalanan ini berawal. Dua minggu sebelum keberangkatan, saya sedang asik berbincang dengan Faliq dan Dicky di lantai dua masjid. Tercetuslah rencana backpacker ke Banda Aceh dan Sabang, mumpung ada tiket promo dengan harga miring yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Namun masalahnya maskapai Sriwijaya Air hanya tersedia rute Jakarta ke Medan saja, jadinya kami harus melanjutkan perjalanan dengan bus sempati star selama 12 jam untuk menuju Aceh. Jika kalian ingin meminimkan bujet untuk backpackeran ke Aceh dan Sabang, trik multi moda seperti ini layak dicoba. Selisih harganya lumayan dibanding langsung memilih penerbangan direct Jakarta ke Aceh. Kalian bisa menghemat lima ratusan ribu :) tapi ya harus siap lebih capek dan waktu tempuhnya yang lebih lama.

Apa yang membuat cerita ini spesial bagi saya? karena perjalanan dilakukan pada bulan Puasa Ramadan. Saya merasakan indahnya persaudaraan sebagai sesama umat manusia, masih lekat dalam ingatan ketika Kami diajak berbuka puasa bersama dengan warga ketika bus berhenti di Masjid Nurul Iman di Kecamatan Hinai. Lalu air mata yang keluar ketika masuk ke sumur doa di Museum Tsunami. 

Bus Medan ke Banda Aceh

bus sempati star medan

Saya pernah membahas perjalanan dengan bus medan ke aceh pada postingan terdahulu. Saat itu saya menggunakan bus Sempati Star. Saya rasa apa yang saya ceritakan masih relate dengan kondisi yang sekarang, meski perjalanan itu sudah sekitar empat tahun yang lalu. Paling yang berubah hanya harganya saja, naik mengikuti inflasi. Ketika saya cek sudah Rp 330.000 dengan tipe bus yang sama "Super high deck double glass" (dulu masih 160 ribuan).  Kabar baiknya saat ini sudah ada armada bus yang menyediakan sleeper class. 

Cerita perjalanan lengkapnya bisa dibaca di : Perjalanan naik bus sempati star dari medan ke Banda Aceh

Itinerary Backpacker ke Aceh dan Sabang

Ini adalah itinerary yang saya susun bersama Faliq dan Diki saat itu (1 Juni 2018 - 3 Juni 2018). Waktu bersih untuk eksplore wisata di Aceh dan Sabang hanya pada hari Sabtu dan Minggu saja, karena hari Jumat habis oleh perjalanan di bus saja. Itinerary ini bisa dijadikan referensi jika kalian hendak liburan ke Aceh dan Sabang namun hanya bisa memanfaatkan libur di akhir pekan.

Hari pertama (Jumat)

  •  16.00 - 06.00 WIB Perjalanan bus Medan ke Banda Aceh 

Setibanya di Terminal Batoh di Banda Aceh, Kami langsung mengontak rental motor yang sudah dipesan satu minggu sebelumnya. Nama tempat sewanya yaitu Taqin Rental Motor, beralamat di Jl. Dharma, Laksana, Kuta Alam, Banda Aceh. Satu sepeda motor merk Honda Beat ditarif 100 ribu per hari.  

Hari Kedua (sabtu)

  • 06.00 - 06.30 WIB Perjalanan ke Pelabuhan Ulee Lheue
pelabuhan ulee lheue aceh

Waktu tempuh menuju Pelabuhan dari terminal sekitar 30 menitan saja. Karena kami saat itu sedang menjalankan puasa di Bulan Ramadhan jadi tidak perlu memberikan jeda waktu untuk sarapan. Kami sengaja memilih mengunjungi Sabang terlebih dahulu, baru keesokan harinya berkeliling di Kota Banda Aceh. 

  • 07.30 - 10.30 WIB Perjalanan Kapal ke Sabang

Terdapat tiga jadwal keberangkatan kapal Lambat dari Pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh menuju Pelabuhan Balohan di Sabang. Jadwalnya yaitu pukul 07.30, 11.00, dan 16.00 WIB. Ada juga pilihan menggunakan kapal cepat namun tidak bisa membawa kendaraan untuk menyeberang. 

  • 10.30 - 11.30 WIB Menuju Penginapan di Pantai Iboih

danau aneuk laot sabang

Penginapannya tidak begitu jauh, yang membuat lama karena kami berhenti di menara pandang Danau   Aneuk Laot. Sayang jika pemandangan seperti ini dilewatkan tanpa foto-foto dulu haha. 

pantai iboih sabang

Penginapan di sekitar Pantai Iboih berkisar dari Rp 150.000 hingga Rp 500.000 an. Kami hanya memesan satu kamar saja. Namanya juga meminimkan bujet, kebetulan tiga-tiganya badannya slim. Saya suka dengan pemandangan Pantai Iboih, masih alami dan gradasi warnanya menggoda untuk nyebur. 

  • 12.30 - 13.00 WIB Menuju Tugu 0 KM Indonesia di Sabang

tugu nol kilometer indonesia

Setelah selesai salat zuhur dan meletakkan ransel di dalam kamar, Kami langsung menuju destinasi wajib di Sabang yaitu Tugu 0 KM Indonesia. Belum lengkap deh kalau berkunjung ke Sabang namun tidak singgah ke tugu penanda nol kilometer di Indonesia sebelah Barat. Tugu ini sebagai monumental saja, karena faktanya titik paling barat dari Indonesia adalah Pulau Benggala bukan Pulau Weh atau Sabang ya :). 

  • 13.00 - 16.00 WIB Foto-foto di Tugu 0 KM Indonesia

Biasanya kalau berkunjung ke tugu ini kita akan mendapatkan serfitikat sebagai penanda kalau kita sudah menginjakkan kaki di Tugu 0 KM Indonesia, sebagai kenang-kenangan. Namun sayangnya penjaga loketnya kosong, entah karena libur di bulan puasa atau karena kami berkunjung ketika akhir pekan. 

Kami menghabiskan waktu berjam-jam di lokasi ini. Pengunjungnya sepi :D ya wajar, jarang ada yang mau panas-panasan di bulan puasa :D Kami hanya bertemu dengan empat turis asal malaysia yang semuanya perempuan, dari Kota Kuala Lumpur katanya. 

  • 17.30 - 18.30 WIB Sunset di Pantai Iboih

foto sunset sabang

Kami berbuka puasa di dekat penginapan, sambil melihat matahari terbenam. 

  • 19.00 - 20.30 WIB Salat di Masjid Babussalam
masjid agung babussalam sabang

Mengunjungi Masjid Babussalam ini sih idenya Faliq, sebenarnya kan bisa saja salat isya dan tarawih di penginapan. "Sambil cari mie sabang Wak, pokoknya harus makan Mie Sabang di Sabang" kata Faliq. Okelah akhirnya kami beranjak keluar dari penginapan, membelah jalanan di Sabang yang gelap tanpa ada lampu di pinggir jalan. 

Niat awalnya kan tarawih nih ya, eh tapi setelah Isya malah keluar masjid, sudah gak sabaran cari warung mie Sabang yang buka. Pas ketemu malah harus nungguin penjualnya yang lagi tarawihan :D

Hari Ketiga (Minggu)

  • 05.00 - 06.30 WIB Chek out penginapan, menuju Pelabuhan Balohan Sabang

Setelah sahur, kami bergegas check out dan menuju pelabuhan. Untuk makanan sahur, Kami sudah meminta staf penginapan untuk menyiapkan pada malam sebelumnya. Saran saya jika kalian hendak ke Sabang, harus hati-hati berkendara terutama malam hari. Karena jalanannya berkelok dan minim penerangan.

  • 07.30 - 10.30 WIB Perjalanan kapal dari Sabang ke Banda Aceh

Kami kembali menggunakan kapal lambat dengan jam keberangkatan yang pertama pukul 7.30 WIB. Selama di kapal Kami banyak berinteraksi dengan warga lokal, Faliq yang bahasa inggrisnya lumayan mengajak ngobrol turis Australia yang sedang berkeliling Indonesia dengan sepeda motor kesayangannya.

  • 10.30 - 11.30 WIB PLTD Apung

museum pltd apung banda aceh

Jika kalian ingin mengunjungi bekas-bekas kejadian tsunami pada tahun 2004 yang lalu, bisa memasukkan PLTD Apung ini ke dalam Itinerary kalian. Dahsyatnya tsunami Aceh membuat kapal ini terseret arus dari pelabuhan hingga ke tengah kota kira-kira sejauh 2,4 kilometer. 

  • 11.30 - 13.30 WIB, Museum Tsunami Aceh

museum tsunami aceh

Mengunjungi museum ini akan membuat kalian seolah berrada di dimensi waktu tsunami Aceh yang dahsyat. Koleksi museum ini berupa barang-barang yang rusak dihantam arus, diorama tsunami, sumur doa, cerita-cerita korban yang selamat, hingga ruangan bioskop mini yang menampilkan video kejadian saat itu.

  • 13.30 - 15.00 WIB, Masjid Baiturrahman

Jika kalian mencari video kejadian tsunami Aceh pada tahun 2004 yang lalu, maka dipastikan akan muncul sebuah masjid yang tetap berdiri kokoh di tengah ambruknya rumah-rumah di sekitarnya. Masjid Baiturrahman juga menjadi tempat berlindung para warga di tengah arus air yang menerjang. 

  • 15.00 - 19.00 WIB perjalanan kembali ke Jakarta

bandara aceh

Kami menggunakan pesawat Lion Air menuju Medan untuk transit. Lalu dari Medan ke Jakarta kembali menggunakan Sriwijaya Air. Bisa dibilang saya mempunyai kenangan manis bersama maskapai berkode Sjy ini. 

Saya sampai lupa sudah berapa kali menggunakan Sriwijaya Air maupun Nam Air, makanya ketika mendengar berita yang menyatakan maskapai ini digugat pailit saya merasa iba. Sepuluh tahun lebih mengudara di langit Indonesia namun saat ini diambang pailit. Saya cek rute-rutenya juga sudah sedikit, banyak rute yang sudah tutup termasuk Jakarta Medan. 

Semoga postingan ini bermanfaat, salam :)

Share
Tweet
Pin
Share
11 komentar
masjid raya baiturrahman aceh
Setelah pada tulisan sebelumnya penulis menceritakan perjalanan selama di Sabang, pada tulisan kali ini akan di lanjutkan dengan cerita penulis ketika berada di Kota Banda Aceh. Cerita di Sabang dominan tentang wisata alamnya, berbeda dengan cerita ketika di Banda Aceh. Kami (Penulis, Faliq, dan Dicky) mendatangi tempat-tempat yang berhubungan dengan peristiwa tsunami Aceh pada tahun 2004 yang lalu.

Pada pukul lima pagi, setelah menyantap hidangan sahur dan melaksanakan Salat Subuh di penginapan dekat pantai Iboih, Penulis bersama Faliq dan Dicky bergerak menuju Pelabuhan Balohan Sabang dengan sepeda motor. Penulis kembali menumpang kapal lambat menuju Pelabuhan Ulee Lheu dengan jadwal keberangkatan yang pertama yaitu pukul 7.30 WIB.

Setelah tiba di Pelabuhan Ulee Lheu pukul sepuluh pagi, penulis mengendarai sepeda motor menuju destinasi pertama yaitu Museum PLTD Apung.

Kapal PLTD Apung, Diseret Arus Tsunami Sejauh 2,4 KM
kapal pltd apung aceh
Kapal PLTD Apung menjadi saksi bisu betapa dahsyatnya Tsunami Aceh pada tahun 2004. Kapal milik Perusahaan Listrik Negara ini mempunyai bobot 2600 ton. Saat peristiwa tsunami, kapal ini sedang bersandar di Pelabuhan Ulee Lheu. Lalu tsunami menyeret kapal ke tengah kota sejauh 2,4 KM dari pelabuhan.

Penulis termenung sejenak, bagaimana bisa kapal sebesar dan seberat ini terseret jauh dari tempat sandarnya. Namun begitulah kenyataannya, sungguh tiada daya jika Tuhan telah berkehendak. Di luar museum Kapal PLTD Apung, terdapat sebuah monumen yang berbentuk ukiran gelombang air dan jam penunjuk kapan terjadi peristiwa yang mengenaskan itu.  
Penulis masuk ke bagian dalam kapal yang sudah dijadikan museum. Sudah tidak ada lagi peralatan kapal di sini, digantikan dengan pajangan foto-foto sisa-sisa bangunan atas kejadian tahun 2004 itu. Ada juga infografis dan videografis yang menjelaskan tentang tsunami. Penulis didampingi oleh seorang pemandu, beberapa anggota sanak keluarganya turut menjadi korban saat peristiwa tsunami.
Setelah dirasa cukup berkeliling di Museum Kapal PLTD Apung, penulis melanjutkan perjalanan menuju "Rumoh Aceh the Escape Hill" atau yang lebih dikenal dengan nama Museum Tsunami Aceh.

Museum Tsunami Aceh
museum tsunami aceh
Setelah memasuki pintu masuk museum, Penulis melewati lorong gelap, diiringi suara percikan air, suara gemuruh layaknya ombak besar, dan terdengar suara orang-orang yang menyebut asma Tuhan. Penulis berdebar pilu saat melewatinya, berada di lorong itu membawa pikiran penulis seolah berada di sebuah dimensi waktu Tsunami Aceh.

Selanjutnya penulis masuk ke dalam ruangan bernama sumur doa. Ruangan temaram yang berbentuk seperti kerucut yang menjulang ke atas. Pada dinding-dinding ruangan terdapat ukiran nama-nama korban tsunami. Terdapat tulisan lafaz "Allah" di atap ruangan. Penulis kembali tertegun, memikirkan bahwa semua makhluk tujuannya adalah kembali ke hadiratnya. Al-fatihah untuk semua korban Tsunami Aceh.
Menuju ke lantai dua museum, penulis melewati bagian jantung bangunan berupa jalan menanjak ke atas. Tulisan kata "damai" menggantung di bagian atapnya. Terdapat bendera negara-negara yang turut memberikan bela sungkawa pada peristiwa tsunami kala itu.
Penulis menonton video dokumentasi tsunami aceh di sebuah ruangan layaknya bioskop. Video berdurasi singkat itu berisikan rekaman arus air yang meluluhlantakkan Aceh, bangunan yang porak poranda, dan masyarakat yang berada di kamp pengungsian. Sungguh, video itu membuat penulis hanyut merasakan kesedihan. 
Lalu penulis memasuki ruangan infografis tentang tsunami dan membaca kisah dua orang anak kecil yaitu Martunis dan Delisa. Mungkin beberapa sobat sudah tau kisah mereka berdua. Penulis memasuki lantai tiga museum yang berisikan diorama Tsunami Aceh dan simpanan benda-benda peninggalan Tsunami Aceh seperti perabotan rumah tangga, sepeda, Al-quran, dan lain-lain.

Setelah kurang lebih dua jam berada di museum ini, jarum jam tak terasa sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Penulis memutuskan untuk kembali ke parkiran lalu memacu sepeda motor menuju Masjid Raya Baiturrahman.

Masjid Raya Baiturrahman
halaman masjid raya baiturrahman aceh
Masih ada satu destinasi wajib di itinerary yang harus penulis kunjungi, Masjid Raya Baiturrahman. Pada peristiwa tsunami tahun 2004 yang lalu, masjid ini digunakan oleh penduduk sebagai tempat berlindung dan atas kuasa Allah menjadi salah satu bangunan yang masih berdiri kokoh saat itu.

Masjid Raya Baiturrahman menjadi sebuah simbol cahaya aceh yang kembali terang. Masjid ini berbalut warna putih pada dinding dan warna hitam pada kubahnya. Di bagian luar masjid, terdapat serambi yang cukup luas dengan dilengkapi payung-payung sebagai tempat berteduh saat panas matahari yang menyengat.

Penulis masuk ke dalam masjid, pilar-pilar menopang kokoh berdirinya masjid ini. Suasana damai menyelimuti ketika banyak jamaah yang memanfaatkan waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik di Bulan Ramadan.

Pukul 15.00 WIB, Kami menghubungi pemilik motor untuk mengambil motor yang telah kami sewa. Lalu Kami memesan taksi online menuju ke bandara Sultan Iskandar Muda Aceh. Kali ini penulis kembali ke Jakarta dengan menumpangi maskapai Lion Air menuju Kota Medan terlebih dahulu. Lalu transit berpindah pesawat Sriwijaya Air ketika pulang ke Jakarta.
Sekian tulisan penulis tentang perjalanan di Kota Banda Aceh, terima kasih kepada pembaca yang telah menyimak postingan blog penulis saat perjalanan Bus Sempati Star, Saat perjalanan di Sabang, dan Saat berada di Banda Aceh. Semoga bermanfaat :).
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Pagi yang cerah di Kota Banda Aceh, Penulis tiba di Terminal Batoh Banda aceh setelah perjalanan selama kurang lebih 12 jam dengan menggunakan Bus Sempati Star dari Kota Medan. Penulis tersenyum semringah, akhirnya tiba juga di Bumi Serambi Mekkah. Meski sedang berpuasa, tidak menyurutkan semangat Penulis untuk berkeliling di Aceh. 
Penulis bersama Faliq dan Dicky telah menyusun itinerary pada dua minggu sebelum perjalanan ini dilaksanakan. Itinerary sifatnya tidak mengikat, tetapi sebagai pedoman supaya Kami bisa mengatur waktu, menentukan destinasi apa saja yang akan dikunjungi, tempat menginap, prakiraan biaya, dan kontak rental kendaraan.
Faliq pun mengontak rental motor yang sudah dipesan jauh-jauh hari. Namanya Taqin Rental Motor yang beralamat di Jl. Dharma, Laksana, Kuta Alam, Kota Banda Aceh. Kami memesan dua motor dengan jenis Honda Beat dengan tarif seharga Rp.100.000/motor/hari.
Sebelum serah terima kunci, kami memastikan kondisi motor dalam keadaan baik. Hal yang harus diperhatikan saat menyewa motor adalah kondisi ban motor, rem, starter, dan lampu sen. Setelah semuanya dalam kondisi baik, kami pun mengendarainya menuju Pelabuhan Ulee Lheue. Tujuan penulis selanjutnya adalah berangkat menuju Kota Sabang yang berada di Pulau Weh. Kami memilih untuk menuju destinasi yang jauh terlebih dahulu, keliling kota Banda Aceh nanti setelah pulang dari Sabang.

Menyeberang ke Pulau Weh dengan Kapal 
pelabuhan ulee lheu
Ada dua tipe kapal penyeberangan dari Pelabuhan Ulee Lheu menuju Pelabuhan Balohan Sabang, yaitu kapal cepat dan kapal lambat. Kapal Cepat hanya untuk mengangkut penumpang saja, lalu kapal lambat bisa mengangkut kendaraan bermotor.
Jadwal keberangkatan kapal lambat dari Pelabuhan Ulee Lheu tersedia pada pukul 07.30 WIB, 11.00 WIB, dan 16.00 WIB. Jam yang sama berlaku untuk untuk keberangkatan dari Pelabuhan Balohan Sabang. Tarifnya yaitu Rp.27.000/penumpang untuk kelas ekonomi. Lalu tarif kendaraan sepeda motor diberikan tarif tambahan Rp.30.500/motor.
Setelah memarkirkan motor di dalam kapal, Penulis naik ke deck penumpang dan mencari tempat duduk strategis (dekat tempat charging HP). Oh iya, Kami menumpangi kapal lambat pada pukul 7.00 WIB, lama perjalanan sekitar tiga jam.

Tiba di Kota Sabang, Panorama Indah Danau Laut Tawar Aneuk Laot dan Teluk Sabang
Penulis tiba di Pelabuhan Balohan Sabang pada pukul 10.30 WIB, tujuan selanjutnya adalah tempat penginapan di dekat Pantai Iboih. Namun baru sebentar motor melaju meninggalkan pelabuhan, penulis singgah sejenak di sebuah taman yang bertuliskan "I Love Sabang".
danau lau tawar aneuk laot
Lalu di seberang taman, terdapat menara pandang dengan panorama Danau Laut Tawar Aneuk Laot dan Teluk Sabang. Penulis memandang takzim, kagum dengan lanskap alam dihdapan Penulis. Sangat disayangkan waktu penulis di Sabang tidak terlalu lama sehingga belum bisa mengunjungi Danau Aneuk Laot.
Meski dalam kondisi letih dan berpuasa, Kami tetap semangat dan sangat antusias untuk mengunjungi tempat-tempat yang ada di itinerary. Setelah puas mengambil banyak foto, penulis kembali memacu sepeda motor menuju penginapan terlebih dahulu untuk meletakkan ransel, supaya beban di pundak berkurang.

Ingin Snorkeling di Pulau Rubiah, Tetapi Sedang Berpuasa
Tiba di penginapan, penulis terpana melihat pemandangan air laut yang biru dan bersih di Pantai Iboih. Sabang memang terkenal dengan wisata lautnya, bahkan pernah diadakan event Sail Sabang tahun 2017 yang mengundang banyak tamu dari mancanegara. 
Tak jauh dari lokasi penginapan terdapat pulau Rubiah, namun harus ditempuh dengan kapal. Pulau ini merupakan salah  satu Spot snorkeling dan diving dengan pesona bawah laut yang menakjubkan. Kami tidak memasukkan Pulau Rubiah ke dalam itinerary. Buat apa ke sana kalau tidak bisa snorkeling (puasa), mungkin next time kalau ada kesempatan kembali lagi ke Sabang.
Oh ya, penulis bersama faliq dan dicky memesan satu kamar dengan tarif Rp.300.000/malam. Demi hemat, kami pun tidur bertiga dalam satu kamar. Emang muat? ya dimuat-muatin hehe, sharecost-nya lebih ringan.

Tugu 0 KM Indonesia 
tugu nol km indonesia
Belum sempat rebahan di penginapan, penulis langsung mengendarai motor menuju destinasi yang wajib di kunjungi di itinerary, Tugu 0 KM Indonesia ! Belum lengkap rasanya jika ke Sabang namun belum berkunjung ke tugu penanda nol kilometer dari Barat Indonesia ini. Kami melewati jalanan aspal dengan sisi jalan hutan, ada banyak monyet yang terlihat sedang santai nongkrong di pinggir jalan.
Setibanya di tugu, Penulis melihat tulisan landmark yang bertuliskan "Kilometer 0 Indonesia" lalu terdapat tugu berwarna putih yang megah. Rencong atau senjata khas aceh dijadikan simbol di tugu ini. Di hadapan Tugu 0 KM, terbentang luas hamparan laut yang biru. Saat itu sepi sekali pengunjung yang datang, selain kami bertiga ada empat turis dari Malaysia, katanya sih dari kota KL (Kuala Lumpur).


Berbuka Puasa Sambil Menikmati Sunset, Lalu Berkunjung ke Masjid Babussalam
Penulis kembali ke penginapan untuk persiapan berbuka puasa. Tidak perlu jauh-jauh mencari tempat hunting sunset, karena lokasi penginapan berada di dekat pantai. 
masjid babussalam sabang
Setelah berbuka puasa, penulis berangkat menuju Masjid Babussalam yang terletak di tengah Kota Sabang. Bangunannya tinggi besar dengan empat menara berdiri di sudut-sudut masjid. Terdapat juga satu kubah besar yang berada di atap masjid. Masjid ini dilengkapi dengan serambi yang luas. Bagian interiornya pun kelihatan seperti baru direnovasi, dominasi warna dindingnya yaitu warna putih dan warna emas.
dalam masjid babussalam sabang

Penulis selanjutnya mencoba menyantap Mie Sabang di warung makan yang berada di dekat masjid. Setelah habis satu mangkok mie, penulis kembali ke penginapan dan beristirahat untuk merebahkan badan yang letih ini. keesokan harinya penulis melanjutkan perjalanan mengunjungi destinasi di Kota Banda Aceh.
Sekian tulisan kali ini, foto di atas adalah poster destinasi-destinasi wisata di sabang. Cerita lanjutannya dapat dibaca pada part 2 : Traveling ke Banda Aceh.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
bus sempati star
Siang hari yang terik pada hari Jumat, 1 Juni 2018. Pesawat Sriwijaya Air yang membawa saya berhasil landing dengan halus di Bandara Kualanamu Medan. Pada blogpost kali ini Saya akan bercerita tentang perjalanan Road Trip dari Medan ke Banda Aceh dengan menggunakan Bus Sempati Star. Mungkin sebagian sobat bertanya, mengapa berangkat dari Kota Medan dan tidak langsung memesan tiket penerbangan langsung menuju Banda Aceh? alasannya karena saya menggunakan tiket promo Sriwijaya Air dan maskapai tersebut tidak menyediakan rute Jakarta ke Kota Banda Aceh. Jadinya saya memesan tiket pesawat menuju Kota Medan yang letaknya paling dekat dengan Kota Banda Aceh. 
Rencana perjalanan ini sudah disiapkan dua minggu sebelumnya, bermula dari obrolan singkat bersama Dicky dan Faliq setelah selesai salat di masjid kantor. Karena ajakan dan godaan dari mereka berdua saya ikut membeli Sriwijaya Travel Pass, tiket promo satu tahun terbang bersama maskapai Sriwijaya dan Nam Air. 
Karena maskapainya tidak menyediakan rute direct Jakarta ke Banda Aceh, saya akan melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh dengan Bus Sempati Star. Perjalanan road trip terlama saya yang tidak terlupakan, hampir 10 jam lamanya di bus.  Kesan lainnya adalah Kami berangkat ketika menjalankan puasa ramadhan. 

Harga Bus Sempati Star Medan Banda Aceh

Saya memesan tiket bus melalui Traveloka dengan harga Rp.160.000, tergolong murah karena saat itu sedang ada promo lewat situs traveloka. Referensi memakai jasa Sempati Star ini setelah membaca blog Satya Winnie, seorang Travel Blogger yang telah melanglang buana ke tempat-tempat keren di Indonesia. 
Saya iseng mengecek kembali  harga tiket terbaru per Juni 2022 Sempati Star dari Medan ke Banda Aceh harganya saat ini yaitu Rp 300.000 untuk tipe Super High Deck Double Glass (Scania)

Pool Bus Sempati Star Medan

bus sempati star medan ke aceh
Setelah tiba di Bandara Kualanamu, Kami memesan taksi online menuju pool Bus Sempati Star yang berada di Jl. Asrama, Tanjung Rejo, Medan Sunggal, Sei Sikambing C. II, Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara. Selain rute Medan-Banda Aceh, Sempati Star juga menyediakan rute lain seperti Medan-Lhokseumawe, Medan-Meulaboh, dan Medan-Takengon. Sebetulnya masih ada jurusan lain tetapi saya lupa persisnya apa saja hehehe.
Waktu tempuh dari Bandara menuju pool bus sekitar satu jam, setelah tiba saya melihat sebuah bus bertingkat dua dan berwarna kuning sedang terparkir. Jujur, baru kali itu saya merasakan naik bus double decker yang berukuran besar dan terlihat mewah.  Kami pun menuju loket untuk mengkonfirmasi pesanan dan posisi tempat duduk, setelah itu membeli cemilan untuk persiapan berbuka puasa nanti. Beli cemilannya tidak perlu jauh-jauh, karena terdapat minimarket di dalam pool. 
Setelah melihat tampilan luar bus, saya masuk ke dalam dan makin terkagum dengan fasilitasnya. Deck bagian bawah dikhususkan untuk penumpang first class tentunya dengan harga yang lebih mahal. Saya, Faliq, dan Dicky duduk di deck bagian atas. Komposisi tempat duduknya adalah 2-2. 
Penumpang mendapatkan fasilitas seperti kursi empuk yang luas beserta bantal dan selimut yang tebal. Terdapat juga toilet di deck bawah yang dapat digunakan semua penumpang, jadi tidak perlu khawatir kalau kebelet buang air. Saya kaget ketika menyadari bus ini menyediakan fasilitas TV entertain yang berada di depan kursi masing-masing. Penumpang  bisa menonton film-film yang lumayan terupdate. saya saat itu mencoba memutar film Fantastic Beast and Where to Find Them, meskipun sudah pernah menonton di bioskop tetapi film ini tetap menarik untuk ditonton ulang.
Salah satu nilai tambah dari pelayanan Bus Sempati Star adalah ketepatan waktu keberangkatannya. Pada pukul 16.10 WIB sesuai dengan jadwal yang tertera di tiket, bus pun bergerak meninggalkan Kota Medan. Penumpang yang ada di dalam bus tidak terlalu penuh, mungkin hanya setengah kapasitasnya saja.
Saat azan maghrib berkumandang, bus berhenti di depan Masjid Nurul Iman yang terletak di Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat. Saya berbuka puasa ala kadarnya bersama Dicky dan Faliq dengan cemilan yang tadi dibeli saat di minimarket.
Saya beranjak ke masjid, di sana terlihat rombongan bapak-bapak desa setempat yang sedang berbuka puasa bersama, mereka pun mengajak Kami untuk ikut bergabung makan bersama. Ajakan yang sungkan untuk ditolak :). Saya pun bergabung bersama mereka, ikut menyantap gorengan, buah kurma, dan teh manis yang disediakan. Sungguh indahnya kebersamaan dan kekeluargaan sesama muslim yang saya rasakan saat itu. 
Bus pun kembali melaju, selama perjalanan saya lebih banyak tertidur. Bus kembali berhenti ketika waktu sahur di sebuah rumah makan, sebetulnya saya tidak terlalu bernafsu untuk makan sahur karena efek mual dan lelah selama perjalanan. Tapi kalau tidak makan sama sekali bagaimana bisa kuat explore Aceh dan Sabang, pikir saya.
Bus pun kembali melanjutkan perjalanan, langit pun perlahan menerang. Saya tiba di Terminal Batoh Aceh sekitar pukul enam pagi. Sebuah pengalaman baru bagi saya melakukan perjalanan berjam-jam dengan menggunakan bus ke provinsi paling barat di Indonesia, super excited.  Seperti yang tertera di judul, tulisan ini merupakan prolog atau catatan pembuka saya saat mengunjungi beberapa tempat di Banda Aceh dan Sabang. Semoga tulisan ini bermanfaat ya sobat pembaca :). 
Cerita lanjutan dapat dibaca pada : Traveling ke Sabang.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Older Posts

Official Logo

Official Logo
Pada tanggal 8 Oktober 2022, blog ini mempunyai logo resmi untuk pertama kali. Sudah lama saya berkeinginan untuk membuat logo sebagai identitas blog, terima kasih kepada seseorang yang telah membantu mengkreasikan logo yang luar biasa ini. Logo ini sebagai bentuk semangat untuk terus konsisten dalam membagikan hal-hal yang bermanfaat. Dalam perjalanannya, saya mendapatkan banyak ucapan dan respon yang baik dari para pembaca. Terima kasih atas energi positifnya :)

Popular Posts

  • Solo Traveling ke Banda Neira
  • Review Open Trip Overland Sumba Bersama Indonesia Juara
  • Travel Blogger di Bangka Belitung
  • Naik Kapal Dari Muntok ke Tanjung Api-Api Membawa Mobil Pribadi
  • Perjalanan ke Banda Neira Dengan Pesawat Sam Air

Tentang Penulis

Halo para pembaca, penulis adalah seorang pemuda kelahiran tahun ’97. isi blog ini seputar cerita dan catatan penulis ketika berkunjung di beberapa provinsi di Indonesia, tujuan membuat blog ini supaya dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama yang mempunyai hobi traveling. penulis dapat dihubungi dengan berkirim email ke dodonulis1@gmail.com

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

recent posts

    Pages

    • Privacy Policy
    • About Me
    • Disclaimer
    • Contact

    BloggerHub

    BloggerHub Indonesia

    Created with by ThemeXpose