Indonesia Net-Zero Summit 2023, Konferensi Iklim Terbesar di Indonesia

by - 7/13/2023 05:00:00 AM

indonesia net-zero summit 2023

Pagi hari, kabut mengais lereng-lereng bukit. Bulir embun masih menggumpal di lengkungan daun, belum menguap sempurna. Petani sudah bergerak masuk ke dalam hutan, meniti jalan setapak. Pakaiannya lengkap dengan caping di kepala, mengendong kinjar dan parang menggantung dipinggang. Pemandangan ini yang saya lihat bertahun-tahun selama di kampung. Takzim dengan aktivitas itu, masyarakatnya berdamai dengan alam, tak rakus mengambil apa yang ada di dalamnya.

Sementara di sebuah tempat. Asap hitam mengebul di udara, daun-daun samar warna hijaunya bercampur dengan debu, perbukitan hijau berlobang sana-sini, truk-truk berat berlalu-lalang membuat jalanan rusak. Panas yang membuat pekat dan udara yang kering memperburuk situasi. Tapi ini demi pundi yang setara dengan apa yang terjadi. Zero Sum Game.

Jujur saya khawatir, jika apa yang terjadi di kampung saya berubah. Hijau berubah menjadi hitam, biru berubah menjadi kelabu. Ketika tawaran-tawaran prestisius masuk, seharga ratusan hingga milyaran. Mengganti lahan dengan pabrik dan aktivitas tambang. Seperti daerah-daerah lain yang sudah merasakan sebab-akibatnya. 

Dampak di atas tidak hanya terkait sosial-ekonomi saja, bukan juga hanya sekrup daerah kecil. Ada yang lebih luas dan mengkhawatirkan. Iklim, Indonesia, dan Dunia.

fpci iklim

Secara global, Negara-negara dunia sudah membunyikan gong tentang bahaya perubahan iklim. Paris Agreement 2015 atau COP21 menargetkan kenaikan suhu rata-rata bumi 1,5 derajat celcius. Namun kebijakan negara-negara Dunia (NDC) saat ini diproyeksikan masih akan menaikan suhu bumi sekitar 3.2 derajat celcius. Angka ini bukanlah angka yang kecil. Apakah kalian sadar bahwa kita mulai merasakan dampaknya? bahwa bumi kian panas dan sangat bergantungnya kita dengan alat pendingin ruangan. 


Saya bersyukur ikut menjadi peserta Net-Zero Summit 2023 pada 24 Juni yang lalu. Saya antusias sekali mengikuti dari pagi hingga sore. Banyak insight yang didapat dari pembicara-pembicara keren dan ada juga yang "menyebalkan" :D. Senang juga rasanya berkesempatan satu ruangan dengan aktivis dan NGO iklim yang tangguh dan tulus.

Acara konferensi iklim ini diselenggarakan oleh FPCI. Salut dan hormat kepada Prof. Dino Patti Djalal beserta tim FPCI climate unit yang sudah menginisiasi acara sebesar ini. Saya rasa ini merupakan konferensi iklim terbesar di Indonesia mengingat jumlah pesertanya mencapai 9.000 orang. Kebanyakan pesertanya anak-anak muda :) membuktikan bahwa kami tidak nir empati, acuh dengan kondisi bumi yang sudah renta dan tidak baik-baik saja.

Sesi pagi. Maudy Ayunda mengawali dengan kampanye The Climate Crisis in 15 Minutes. Lalu dilanjutkan dengan Menko Marves, Bapak Luhut Binsar Pandjaitan membawakan tema ambisi iklim untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Intinya beliau mengatakan apa-apa saja langkah positif yang sudah dilakukan oleh Indonesia untuk iklim. Contohnya pembangunan EBT di Kaltara dan porsi emisi CO2 kita masih di bawah rerata global. 

Tentu kita masih banyak pekerjaan rumah ya pak :D Indonesia masih "sangat" bergantung dengan fossil fuel yang berbiaya murah, deforestasi, dan carbon offset. Setelah itu sesi diskusi kian menarik dengan dihadirkannya perwakilan dari DPR, Bappenas, Kementerian LHK, dan Aktivis bernama Mellissa Kowara yang duduk di atas panggung bersama-sama, bertukar pendapat.  

Setelah sesi pagi berakhir jam 11.30 di Ballrom Theater Jakarta. Peserta dapat mengikuti sesi siang yang diselenggarakan di Ballroom utama, studio 1, dan studio 2 dengan narasumber dan topik yang berbeda. Bebas mau masuk yang mana. 

Lalu pukul empat sore acara dilanjutkan dengan tema rembuk kebangsaan untuk iklim. Bacapres dihadirkan untuk mendengarkan aspirasi mereka mengenai iklim. FPCI mengundang semua bacapres dan tokoh politik, membuktikan bahwa FPCI netral dan tidak berpihak ke salah satu aliansi saja. Sayangnya Anies dan Prabowo sedang ibadah haji, lalu Ganjar sedang mengikuti kegiatan di Senayan jadi mereka hanya mengirimkan video aspirasi saja.

Peserta dipersilahkan untuk menyampaikan pertanyaan. Sudah jelas pertanyaan seputar conflict interest pasti diajukan. Jawaban narasumbernya juga bisa kalian tebak seperti apa, mudah-mudahan bukan bualan semata :). Namun titik menariknya adalah kita bisa tau seberapa jauh mereka paham tentang isu terkini tentang iklim :).

"Siapa yang setuju jika iklim dijadikan tema dalam debat capres 2024, angkat tangan" Prof Dino bersorak dan semua peserta terlihat mengangkat tangan pertanda setuju. 

konferensi iklim indonesia 2023

Usul yang harus diamini oleh KPU. Jangan cuman pangan,papan, keamanan, ekonomi, hukum saja. Iklim ini penting loh dimasukan ke agenda debat capres. Supaya masyarakat tau kalau ada sesuatu yang penting mengenai iklim. Kita tidak hanya bicara target Indonesia di 2045, 2050, atau 2060. Kita juga bicara political will saat ini yang bisa berdampak di masa yang akan datang.

Acara ditutup dengan climate heroes award dan konser untuk iklim. Saya beberapa kali mendatangi kegiatan full day seperti ini, biasanya pesertanya akan pulang sebelum selesai kegiatan. Bahkan banyak kursi yang lowong, ditinggalkan peserta yang sudah bosan mengikuti kegiatan. Namun acara kemarin dari pagi sampe sore tetap saja ramai. Meski tidak disediakan makan siang gratis :). Saya tidak akan mendetail membahas apa-apa saja yang disampaikan oleh narasumber. Kalian bisa menyaksikan melalui channel youtube Sekretariat FPCI. 


Video di atas adalah opening session dari jam 9 - 11.30 WIB. Untuk potongan video lain kalian bisa cari sendiri. Percayalah, waktu yang kalian gunakan untuk menyaksikan video-video di atas tidak akan sia-sia. Memang seserius itu masalah iklim saat ini. Setidaknya kita punya pijakan prinsip-prinsip dasar. Meski kita tidak bisa berbuat hal-hal besar, namun kita bisa memulai dari hal-hal kecil. Dan membagikan postingan ini salah satu langkah kecil saya untuk iklim . #ClimateNowOrNever.

Salam Takzim.

You May Also Like

0 komentar