Serba-serbi Pengalaman Naik Pesawat

by - 6/16/2023 08:16:00 PM

pengalaman-naik-pesawat

Apakah pernah bertemu dan mengobrol dengan perempuan di pesawat, lalu berlanjut traveling bareng, atau karena se frekuensi obrolannya berlanjut sampai tukeran nomor WA, ketemuan lagi hingga menjalin hubungan serius. Seperti alur cerita trilogi before dan critical eleven. Tidak pernah dong, dahlah jangan membaca cerita fiksi terlalu banyak wkwk. Kalian tidak akan menemukan cerita itu di dalam artikel ini.

1. Penerbangan pertama

Penerbangan pertama selalu spesial. NAM Air adalah maskapai yang saya gunakan pertama kali tepatnya pada tahun 2015. Rute Jakarta menuju Palembang selama satu jam. Tidak ada alasan khusus mengapa saya memilih maskapai ini dibanding Garuda dan Lion Air. Beberapa tahun kemudian saya akrab dengan maskapai NAM. Perjalanan ke Sumba, Flores, Pangkalan Bun, dan Pangkal Pinang pernah saya lakukan dengan maskapai di bawah naungan Sriwijaya Air Group ini. Sayangnya jumlah pesawatnya menyusut hingga banyak rute yang tidak beroperasi lagi.

Masih teringat jelas di kepala momen kikuk pertama kali masuk ke dalam Bandara. Melalui semua proses check in yang panjang. Bahkan malam sebelum keberangkatan saya berulang kali menonton tutorial di youtube. Setidaknya saya tau langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Pertama tunjukan tiket ke petugas avsec di pintu masuk, lalu cari meja counter check in NAM Air untuk mencetak boarding pass, setelah itu pemeriksaan barang bawaan di mesin x-ray dan dilakukan body check up, dan langkah terakhir masuk ke ruang tunggu keberangkatan.

2. Pernah Berharap Pesawat Delay

Pernahkah kalian berharap pesawat yang akan kita naiki delay? Saya sih pernah. Ketika hampir semua orang berharap on time, justru waktu itu saya berharap sebaliknya. Suatu hari pada jumat malam, lalu lintas di Jakarta sedang kacau-kacaunya. Macet dimana-mana, warna merah menyala di google maps mengepung Ibu Kota. Jam pulang kerja, hujan, pembangunan di pinggir jalan, dan suara sirine mobil patwal menjadi penyebab utama.

Penerbangan saya waktu itu pukul sepuluh malam menuju Jayapura, transit terlebih dahulu di Makassar dan Timika. Meski sudah check in online, tetap saja perasaan cemas di tengah laju mobil seperti siput, beringsut dalam antrian panjang yang mengular. "Sayang sekali jika biaya sharecost sewa mobil dan penginapan di Jayapura hangus begitu saja".

Syukurlah dapat WA dari teman bahwa keberangkatan pesawatnya delay. Lega rasanya, saya pun tiba di pintu 2d tepat pukul 10 malam. Namun sayangnya delaynya terlalu lama hingga dua jam :D dasar manusia, sudah dikabulin doanya malah protes lagi. 

Karena connecting flight, otomatis penerbangan lanjutan dari Makassar-Timika-Jayapura pun tertunda. Kami pun tiba di Jayapura pukul 11 siang. Hal itu membuat itinerary berubah, ada beberapa tempat yang tidak jadi dikunjungi, termasuk melintas ke Papua New Guinea. Kami waktu itu hanya mampir ke PLBN Skouw saja.

3. Conservation with a Stranger

Mengobrol dengan orang asing atau tidak dikenal adalah hal yang biasa jika berpergian, termasuk orang yang duduk di kursi sebelah kita dalam pesawat. Saya pribadi menghindari percakapan dengan penumpang lain di pesawat. Kurang nyaman saja ngobrol dengan orang asing. Saya lebih suka memanfaatkan fasilitas flight entertainment, membaca buku atau majalah, atau tidur.

4. Kursi dekat Lorong atau dekat Jendela

Saya akan memilih kursi dekat jendela dalam kondisi dua hal. Pertama, jika lama penerbangannya lebih dari satu jam sehingga saya dapat menyenderkan kepala di jendela untuk tidur. lalu kedua, jika saya pertama kali terbang menuju sebuah kota tujuan, saya ingin melihat view sebuah tempat dari balik kaca jendela. Saya akan memilih kursi dekat lorong jika buru-buru ingin keluar saat pesawat sudah selesai proses taxing. Selain itu keuntungan kursi dekat lorong memudahkan kita ke kamar kecil. 

5.  Cancel Flight di kota Transit

Semua berjalan baik-baik saja ketika pesawat berangkat dari Ternate menuju Makassar. Kami tiba on time di Bandara Transit. Namun sayangnya pesawat lanjutan menuju Jakarta batal terbang karena permasalahan teknis. Maskapai menyediakan dua opsi, tiket refund atau berangkat keesokan harinya. Hampir semua penumpang termasuk saya memilih refund. Kami pun mendapat kompensasi penginapan di hotel dekat bandara. Yaudah kepalang di Makassar jadinya main sebentar ke Pantai Losari.

6. Turbulensi

Saya percaya setiap maskapai mengutamakan keselamatan para penumpangnya. Namun tetap saja perasaan gusar itu tetap muncul ketika pesawat mengudara, apalagi jika terbang dalam kondisi cuaca yang kurang baik. Sebagai manusia yang percaya atas kehendak tuhan, Doa sebelum perjalanan itu penting untuk dilakukan. Saya salut dengan maskapai Sriwijaya Air, satu-satunya maskapai di Indonesia yang pramugarinya mengingatkan untuk berdoa ketika hendak lepas landas. Coba deh perhatikan jika kalian naik Sriwijaya :)

7. Tidur di Ruang Tunggu

Numpang tidur di bandara pernah saya lakukan pada saat menunggu keberangkatan pesawat. Eh ini bukan tidur satu atau dua jam ketika hendak transit loh ya, melainkan tidur menginap hingga satu malam :D. Waktu itu di Bandara Makassar. Karena merasa tanggung untuk memesan hotel karena penerbangan dini hari, saya pun memutuskan untuk mengemper di kursi panjang bandara :D



You May Also Like

0 komentar