Bukit Barisan, Sang Ksatria Penjaga

by - 12/26/2025 07:54:00 PM

Kalian perhatikan pemandangan perbukitan yang menjadi latar paling belakang di foto ini. Ini adalah Bukit Barisan. Foto yang saya ambil dari kampung halaman saya di Sumatra Selatan. Bukit Barisan jajaran pegunungan yang membentang hingga 1.650 kilometer dari Provinsi Lampung di bagian paling selatan Pulau Sumatra hingga Provinsi Aceh di bagian paling utara.

Bukit Barisan adalah ksatria penjaga Pulau Sumatra, rumah bagi makhluk hidup yang berbagi ruang, membentuk sebuah harmoni kehidupan, saling bergantung satu sama lain. Namun semakin hari Ksatria Penjaga kian kritis, ironinya adalah pelakunya adalah manusia itu sendiri, yang telah dilindungi selama bertahun-tahun oleh Sang Ksatria Penjaga.

Bencana alam memang atas takdir dari Tuhan, cuaca ekstrem tak bisa dikendalikan bahkan oleh alat canggih sekalipun. Namun kita lupa, bahwa ada peran manusia dalam bencana ini. Andai pohon-pohon itu tidak dibabat, dampak bencana mungkin tidak akan separah ini, melumpuhkan beberapa daerah, kota menjadi gelap gulita dan sunyi. 

Lantas siapa yang harus bertanggung jawab atas rentetan peristiwa bencana alam yang terjadi? Semoga sistem hukum dan pemerintahan kita masih bisa berpikir jernih, tidak takut dengan kuasa korporat besar, menghukum seadil-adilnya. Saat ini yang menjadi prioritas adalah masyarakat yang terdampak bencana, untuk pejabat yang mempunyai wewenang dan kuasa, semoga masih ada simpati dan empati.

Melihat bagaimana gerakan rakyat bantu rakyat yang begitu menggema, membuat saya takjub dan bangga dengan semangat gotong royong yang masih kental. Saling membantu dalam semua bentuk, menguatkan dalam bagai rupa. Ada yang terjun langsung ke lokasi yang terdampak, ikut berdonasi, mengirim bantuan, membuat tulisan, melakukan amplifikasi konten dukungan dan menguatkan sesama saudara. Semua itu dilakukan tanpa merendahkan peran orang lain, memahami semua orang berhak peduli dalam bentuk apapun. Bukan untuk kompetisi gagah-gagahan dan paling-palingan.

Tulisan ini tidak mengandung tendensi serius tentang tambang dan perkebunan kelapa sawit. Saya tidak anti dua-duanya, tidak bisa dipungkiri manusia masih membutuhkan energi fosil, listrik yang menerangi rumah-rumah berasal dari tambang, peralatan teknologi, dan lain sebagainya. Perkebunan kelapa sawit juga sama, petani-petani sederhana menggantungkan hidupnya dari perkebunan kelapa sawit, untuk menghidupi keluarganya, menyekolahkan anak-anaknya.

Pada akhirnya dunia dan seisinya akan runtuh, janji Tuhan berkata demikian, namun manusia punya tanggung jawab untuk menjaganya, mengedapankan keberlanjutan. Karena dampaknya tidak hanya dirasakan oleh generasi sekarang, anak cucu kita yang tidak bersalah atas peristiwa hari ini akan mendapatkan imbasnya. 

Bencana banjir besar di Sumatra seharusnya menjadi pengingat, bagaimana pentingnya hutan dan perlindungan hutan lindung dan hutan konservasi di sekitar kita. Jangan memaksakan perizinan alih fungsi hanya untuk kepentingan sepihak semata. Ancaman bencana serupa bisa saja terjadi di sekitar kita, di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Papua, dan pulau-pulau lainnya. Oleh karena itu, jaga hutan kita.

Catatan :

Tulisan ini saya selesaikan dalam perjalanan pulang ke kampung halaman Sumatra. Beberapa waktu yang lalu, sesorang sahabat lama yang berkunjung ke Bangka bertanya, "masihkah aktif menulis?". Jawaban saya masih. Meski blog ini sudah tidak mengeluarkan artikel terbaru, saya masih sering menulis. Namun tidak selalu tulisan saya share di blog ini. 

Jika kalian mengikuti blog ini sejak lama, blog ini dikhususkan untuk mengutas tulisan mengenai sebuah tempat atau bertema traveling. Taksiran kasar saya mengatakan 90% jumlah tulisan ini tentang keindahan alam di negeri ini.  

Belakangan ini beberapa artikel saya endapkan, tidak jadi saya posting. Karena perasaan saya gundah melihat situasi bencana Sumatera, tanah kelahiran saya, tempat saya pulang dan berteduh selama puluhan tahun. Lekas pulih Sumatra Utara, Sumatera Barat, Aceh, dan daerah lainnya. 


You May Also Like

0 komentar