• Home
  • Sumatera
    • Aceh
    • Sumatera Utara
    • Sumatera Barat
    • Riau dan Kepri
    • Sumatera Selatan
    • Jambi
    • Bengkulu
    • Bangka Belitung
    • Lampung
  • Jawa
    • DKI Jakarta
    • Banten
    • Jawa Barat
    • Yogyakarta
    • Jawa Tengah
    • Jawa Timur
  • Kalimantan
    • Kalimantan Barat
    • Kalimantan Tengah
    • Kalimantan Utara
    • Kalimantan Timur
  • Sulawesi
    • Sulawesi Selatan
    • Sulawesi Tengah
    • Sulawesi Barat
  • Bali NTB NTT
    • Bali
    • Lombok
    • Sumba
    • Flores
  • Maluku dan Papua
    • Maluku
    • Papua
instagram Email

dodonulis

blog catatan perjalanan

keindahan taman nasional sebangau
Setelah menyelesaikan tugas selama dua hari di Palangkaraya, penulis pun mempunyai waktu luang setengah hari sebelum kembali ke Jakarta. Waktu yang cukup untuk melihat-lihat tempat wisata di Kota yang mendapat julukan Kota Cantik ini. Setelah browsing, penulis pun tertarik melihat keindahan Taman Nasional Sebangau (TN Sebangau).

Sekilas mengenai Taman Nasional Sebangau, terletak di Provinsi Kalimantan Tengah dan termasuk dalam bagian wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau. TN Sebangau Memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna termasuk Orang Utan. Air sungainya mempunyai ciri khas bertanah gambut sehingga terlihat berwarna hitam kemerah-merahan.

Penulis pun menuju ke lobi hotel tempat menginap, lalu bertanya bagaimana cara menuju taman nasional ini.  "Sebangau tidak jauh dari Kota kok mas, Naik ojek online saja dan atur lokasi tujuan ke Dermaga Kereng Bangkirai. Di sana tersedia kapal hias untuk wisata susur sungai dengan rute pendek, Rp 10.000 saja. Kalau mau treking dan masuk ke dalam lagi biayanya agak mahal, kalau tidak salah biaya sewa kapal sekitar lima ratus ribu an." Informasi yang cukup lengkap dari salah satu Staf Hotel tempat penulis menginap di Palangkaraya.

Penulis pun segera mengeluarkan gawai dari saku celana, lantas membuka aplikasi Gojek dan mengatur lokasi tujuan ke Dermaga Kereng Bangkirai. Waktu tempuh dari pusat kota sekitar 15 menit saja dengan tarif saat itu Rp 20.000.
desa kereng bangkirai
Tibalah penulis di gapura Selamat Datang di Dermaga Kereng Bangkirai, lalu berjalan kaki melewati rumah penduduk desa yang kebanyakan berdinding kayu. Seratus meter berjalan kaki penulis melihat rumah-rumah warga yang berdiri di atas sungai. Anak-anak sedang riang mandi dan bermain air, warna airnya hitam kemerah-merahan. Bukan karena kotor melainkan ciri khas air dari tanah gambut.
air hitam di sebangau
dermaga kereng bangkirai

Penulis pun menuju ke ujung dermaga, melihat klotok, perahu, dan kapal hias yang sedang bersandar. Para pengunjung sedang sepi sekali saat itu. Lalu datanglah seorang bapak menawarkan untuk naik ke atas klotoknya, penulis pun tersenyum dan mengatakan "nanti pak, saya mau keliling-keliling dermaga dulu". Sebetulnya penulis menunggu pengunjung yang lain datang, supaya bisa berangkat bersama-sama. Kalau sendiri khawatir kena tarif biaya lebih mahal :D.
taman nasional sebangau di palangkaraya
Lima belas menit menunggu datanglah rombongan empat orang pemuda yang berniat untuk susur sungai. Akhirnya penulis ikut rombongan mereka, tarifnya saat itu Rp 10.000 saja untuk satu orang. Setara dengan jarak susur sungainya yang dekat, sekitar 30 menit saja dengan tujuan pos terdekat. Jika ingin lebih jauh lagi menyusuri sungai koran harus menyewa perahu dengan tarif yang agak mahal. Penulis mau-mau saja sebetulnya saat itu, tetapi karena sore itu juga harus kembali ke Jakarta sepertinya tidak cukup waktunya.
relfeksi di air sungai taman nasional sebangau
tanaman rasau di sebangau
Klotok pun melaju, pemandangan bangunan-bangunan rumah warga berganti menjadi pemandangan tanaman Rasau yang tumbuh subur.  Pantulan warna langit yang biru dan awan yang putih  terlihat mengagumkan. Tumbuh-tumbuhan perdu gambut menghampar luas, mengingatkan penulis dengan perjalanan saat ke Tanjung Puting yang lalu.
pos taman nasional sebangau
klotok di taman nasional sebangau
Tibalah penulis di sebuah bangunan kecil seperti pos pantau, inilah titik akhir susur sungai hari itu.  Klotok pun bersandar, lalu pengemudinya memberikan waktu kepada Kami untuk bersantai sejenak di pos ini. Empat pemuda yang berangkat bersama penulis mandi di air sungai. Penulis hanya duduk memperhatikan, sambil menatap ngeri. Bagaimana jika ada reptil yang tiba-tiba terusik karena mereka mandi di sana, tetapi syukurlah saat itu tidak terjadi apa-apa.
kereta roli di taman nasional sebangau
Datanglah dua klotok yang lainnya ke pos ini, terlihat rombongan warga negara asing yang nampaknya hendak melakukan penelitian. Mereka pun bergantian menumpang sebuah kereta roli menuju ke dalam kawasan hutan. Selang beberapa menit kemudian, pengemudi klotok memanggil penulis untuk kembali naik. Lalu berakhirlah perjalananan penulis di TN Sebangau yang ada di Palangkaraya.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Membuat judul kali ini cukup membuat penulis berpikir berulang-ulang, apa sih judul yang pas dan menarik. Akhirnya terpilihnya judul diatas, berupaya mengkait-kaitkannya dengan sebuah nama yang beberapa tahun belakangan populer karena film layar lebar dan novel "Dilan".  Usut punya usut, novel karya Pidi Baiq ini berlatar tempat cerita di Kota Bandung, begitu juga lokasi syuting filmnya.

Sebelum mengulas Kota Bandung, sudah sekitar lima puluhan Blogpost yang penulis publikasikan sejak Maret yang lalu. Sudah tiga bulan aktif di blogger, menemukan aktivitas baru di akhir pekan atau di sela-sela istirahat dari rutinitas pekerjaan. Menulis blog rupanya menyenangkan :)

Mengapa cerita-cerita penulis baru dituliskan di blog? padahal kan sudah lama perjalanannya? Jawabannya adalah karena baru pingin dan baru sempat. Pandemi yang saat ini sedang mewabah membuat gerak dan aktivitas penulis di luar terbatas, sehingga menulis blog adalah salah satu mengusir kebosanan ketika hanya berada di ruang 4x4 (a.k.a kamar kos) di akhir pekan. Ya sekalian melatih tulis menulis, masih jauh dari kata enak dibaca dan dilihat. Tetapi mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca yang ingin berperjalanan.

Bandung, tiga tahun yang lalu tepatnya pada 21 Oktober 2017. Penulis tidak menginap di hotel atau hostel, melainkan menginap di kosan teman SMA yang sedang berkuliah di Unpad. Berkumpul dengan teman-teman yang sudah lama tidak berjumpa. Mengenang dan bercerita hal-hal konyol saat tinggal di asrama sekolah.

Penulis sempat berkunjung ke beberapa tempat di Kota Bandung. Jika Yogyakarta itu Istimewa maka Bandung itu apa ya? mungkin menawan, romantis, spesial, syahdu.
quote pidi baiq tentang bandung

"Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi" - Pidi Baiq
Di atas adalah foto dan quote dari penulis Novel Dilan, Pidi Baiq. Tertulis di Jalan Asia Afrika Bandung yang menarik untuk dijadikan spot foto oleh para pejalan kaki termasuk penulis. Penulis yang baru sebentar melihat Bandung saja sudah meninggalkan rasa rindu untuk kembali berkunjung, bagaimana mereka yang pernah tinggal dan mempunyai keterkaitan kenangan di Kota Kembang ini?
tugu bola dunia di jalan asia afrika bandung
Penulis berjalan menyisiri trotoar di Jalan Asia Afrika, Jalan yang sangat strategis dan populer di Kota Bandung. Bagi yang baru pertama kali berkunjung ke Bandung, penulis sarankan untuk mencoba menyisir jalan ini. Penulis saat itu berbekal kamera ponsel biasa untuk memotret tempat atau bangunan yang menarik. Salah satunya adalah Tugu Bola Dunia ini.

Selanjutnya penulis melihat Gedung Merdeka yang menjadi salah satu objek wisata sejarah di Kota Bandung. Tempat pelaksanaannya konferensi Asia Afrika tahun 1955, perwakilan 29 Negara dari Asia dan Afrika saat itu hadir, menghasilkan Dasasila Bandung. Sungguh sangat membanggakan negara kita menjadi tuan rumah pertemuan dan Bandung terpilih menjadi lokasinya.
gedung merdeka bandung

museum konferensi asia afrika di bandung

Langkah kaki penulis berlanjut, suhu udara di Kota Bandung tidak terlalu panas dibanding Jakarta. Kalau masalah kemacetan? ada beberapa titik yang sama. Azan Salat Zuhur berkumandang, Masjid Raya Bandung menjadi titik pemberhentian penulis berikutnya. Di depan masjid terdapat alun-alun Bandung yang dihias rumput sintetis berwarna hijau. Pengunjung ramai bersantai dan menikmati sore hari bersama keluarga.
masjid raya dan alun alun bandung
Pada keesokan harinya penulis bersama seorang teman bernama Tri menuju ke kawasan Lembang. Saat itu menggunakan sepeda motor, pilihan menggunakan alat transportasi roda dua ini adalah pilihan yang tepat. Penulis bisa mencari celah melalui kemacetan panjang yang mengular. Ya libur akhir pekan membuat kawasan ini selalu ramai oleh pengunjung, mobil-mobil pribadi berjalan pelan seperti mengantri.
floating market di lembang
dusun bambu lembang

Penulis mengunjungi dua tempat saja yaitu Floating Market dan Dusun Bambu. Suasana sejuk terasa di kawasan ini. Ada banyak sekali tempat menarik di Lembang dan ingin penulis kunjungi, tetapi penulis harus bergegas menuju stasiun dan kembali ke Jakarta malam itu juga dengan kereta api. Oh ya jika sobat menyukai wisata kuliner, Bandung merupakan kota yang sangat kaya dengan makanan yang lezat.

Perjalanan yang singkat tapi seru dan menyenangkan. Rindu berkunjung kembali ke Bandung? Semoga nanti bisa kembali berkunjung ke sana :).
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
candi prambanan yogyakarta
Setuju dengan judul di atas? banyaknya tempat wisata menarik yang ada di Yogyakarta membuat kita kebingungan untuk memilih mendatangi yang mana dulu. Apalagi jika waktu untuk liburan hanya singkat, dua atau tiga hari saja. Penulis pertama kali berkunjung ke Kota Istimewa ini tiga tahun yang lalu, tanggal 20 September 2017. Saat itu juga penulis pertama kali menggunakan kereta jarak jauh di Pulau Jawa :D, Penulis ingat sekali nama keretanya yaitu "Fajar Utama" dari Pasar Senen menuju Stasiun Yogyakarta.

Pukul setengah enam pagi di hari Rabu, suasana di Stasiun Pasar Senen sudah ramai oleh para calon penumpang. Penulis membeli jajanan gorengan yang dijual di dekat pintu masuk.  Lalu beranjak menuju tempat untuk mencetak boarding pass. "Kance (panggilan untuk Kawan), aku sudah di stasiun dan lagi cetak boarding pass. Kau sudah dimana?" sebuah pesan WA singkat kepada Anggi, teman perjalanan penulis kali ini.

Tak kunjung mendapat jawaban, penulis pun menelepon. Rupanya Anggi baru terbangun dari tidur pulasnya, setelah semalam bertugas piket di kantor. "Aku baru jalan ke stasiun, tolong kau cetakkan saja boarding passku. Ini kode bookingnya" Pesan dari Anggi membuat penulis agak cemas, jarak menuju stasiun dari tempatnya cukup jauh. Sedangkan jadwal keberangkatan menyisakan setengah jam lagi.

Suara pengumuman terdengar di seluruh penjuru stasiun, para penumpang Fajar Utama telah dipanggil masuk ke dalam kereta. Batang hidung teman penulis tidak kunjung terlihat, Penulis kembali mengirimkan pesan WA namun tidak dibalas. Penulis masih mematung di dekat petugas yang menjaga pintu check in.  "Nak, mau masuk tidak? kalau telat masuk bisa ditinggal loh" petugas itu meminta penulis untuk segera masuk kereta.

"Saya menunggu teman saya pak, orangnya belum datang" jawab penulis sambil menelepon Anggi. "Ya sudah kamu duluan masuk, boarding pass temanmu dititipkan ke saya saja. Bilang ke temenmu untuk langsung ke meja check in" petugas itu memberikan saran.

Selang beberapa menit, akhirnya seseorang yang ditunggu itu datang juga dengan tas ransel birunya. Keringatnya mengucur, nafasnya tidak beraturan. Sepertinya Anggi berlari dari depan pintu masuk stasiun. Beruntung saat itu tidak ada insiden ketinggalan kereta :D.
pemandangan saat naik kereta menuju jogja
Perjalanan delapan jam Jakarta-Jogja itu membuat penulis antusias melempar pandangan ke arah luar jendela. Melihat hamparan lanskap alam yang menyampaikan bait-bait keindahannya. Sawah yang menghijau, pohon-pohon jati yang berjejer, serta kemegahan Gunung Selamet yang terlihat saat kereta memasuki kawasan Purwokerto.

Pukul dua siang, tibalah penulis di Stasiun Tugu Yogyakarta. Langsung dijemput oleh seorang teman bernama Riski, Ia sedang berkuliah di sebuah universitas swasta di Jogja. Selama di Jogja penulis menginap di kosannya, lumayan menghemat biaya penginapan. Terima kasih ya bro :).  Langsung saja inilah tempat-tempat Wisata yang penulis kunjungi :)

1. Candi Prambanan

candi prambanan jogja
"Prambanan" itulah nama tempat yang penulis lontarkan ketika teman bertanya tentang tempat yang dikunjungi pertama. Candi Prambanan dibangun pada abad ke 9 Masehi saat masa Raja Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya.  merupakan kompleks Candi Hindu terbesar di Indonesia.  Candi  ini telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. 

Di Kompleks Candi Prambanan terdapat tiga candi utama yaitu Candi Siwa, Candi Brahma, dan Candi Wisnu. Penulis mengelilingi dan memasuki beberapa candi saja, melihat relief-relief yang dipahat di dinding-dinding candi.  Lalu melihat arca-arca yang tersimpan di dalam candi. 

2. Tugu Jogja dan Kawasan Malioboro

monumen tugu jogja
Malam harinya penulis besama teman-teman menuju kawasan Tugu Jogja dan kawasan Malioboro. Tempat yang menjadi landmark dan ikon kota Jogja. Katanya sih mesti ke sini kalau ke Jogja, Penulis malam itu singgah di sebuah angkringan di Jalan Malioboro. 

Saat itulah penulis mencoba Kopi Joss atau Kopi Arang untuk pertama kali, setelah itu penulis belum pernah mencobanya lagi meski sudah mengulangi kunjungan ke Jogja dua kali. Kawasan Malioboro selalu ramai oleh pengunjung. Jalur pedestrian di sini menjadi ciri khas yang sangat menarik. Setelah puas kulineran, penulis menuju alun-alun keraton.

3. Pantai di Gunung Kidul

pantai sepanjang gunung kidul
Keesokan harinya, Menikmati keindahan wisata pantai menjadi pilihan berikutnya. Deretan pantai-pantai yang ada di kawasan Gunung Kidul membuat penulis bingung mau ke mana hahaha. Teman penulis bernama Riski pun menyarankan untuk ke dua tempat saja, yaitu Pantai Sepanjang dan Pantai Krakal.
pantai sepanjang yang indah di gunung kidul
Di Pantai sepanjang penulis lebih banyak menyisiri pantai yang saat itu sedang surut. Penulis berjalan di atas pasir pantai dan meniti batu-batu karang, lalu mengamati beberapa hewan laut kecil yang terdampar. Tersedia warung-warung yang menjajalkan kelapa muda, sangat cocok untuk dibeli di saat siang hari yang begitu terik.
pantai krakal gunung kidul
Pantai kedua adalah Pantai Krakal. Di lokasi ini terdapat bangunan monumen yang dijadikan sebagai point view.  Terdapat juga ikon yang berbentuk seperti kerangka ikan. Dari atas sana penulis memandang keindahan laut lepas yang menghampar, deburan ombak terlihat membentuk sebuah lanskap alam yang menarik. Ketika pulang dari lokasi ini penulis dan teman-teman singgah ke kawasan Bukit Bintang. Dari sini penulis melihat Kota Yogyakarta yang diterangi cahaya lampu.

4. Candi Borobudur

candi borobudur
Lokasinya sudah termasuk ke dalam daerah Magelang Jawa Tengah. Tetapi waktu tempuhnya hanya satu jam perjalanan dari Jogja. Penulis berangkat menggunakan sepeda motor namun sebelum menuju lokasi ini penulis terlebih dahulu mendaki ke Gunung Andong, mungkin ceritanya akan dibagikan di postingan lain.

Candi Borobudur bercorak Budha, berbentuk seperti punden berundak yang semakin ke atas semakin mengecil. Dibangun  pada masa Dinasti Syailendra berkuasa. Tiga tingkatan bangunan candi mencerminkan Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu dalam kepercayaan Budha.

Candi Borobudur juga termasuk dalam situs warisan dunia UNESCO. Di bagian paling atas penulis melihat stupa-stupa dan Patung Budha. Relief-relief terukir di dinding-dinding candi, mengagumkan sekali :)

5. Masjid Gedhe Kauman

masjid keraton jogja
Setelah berkunjung ke Candi Borobudur, penulis kembali ke jogja dan berkunjung ke Masjid Gedhe Kauman atau yang dikenal dengan Masjid Keraton. Sejarah masjid ini dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1773 Masehi.

6. Candi Ijo

candi ijo di yogyakarta
sunset di candi ijo
Menyimak matahari terbenam di Candi Ijo yang bercorak Hindu adalah daftar penulis selanjutnya. Duduk bersantai sambil sesekali belajar memotret, saat itu penulis belum terlalu paham dengan kamera, saat ini juga masih belum ahli sih :D.

Dari lokasi ini Penulis dapat melihat pesawat yang sedang landing atau take off di Bandara Adisutjipto. Candi Ijo terletak di perbukitan, sajian lanskap alam yang terpampang indah menjadi suguhan di penghujung sore kala itu.

7. Universitas Gajah Mada

universitas gajah mada
Penulis memasukkan tempat ini ke dalam list, saat itu penulis berjumpa dengan kakak sepupu yang sedang berkuliah S2 di sini. Sekalian berkeliling melihat salah satu kampus terbaik di Indonesia. Kota Jogja juga dikenal dengan sebutan Kota Pelajar. 

Itulah tempat-tempat yang penulis kunjungi saat pertama kali ke Jogja. Apakah tertarik untuk kembali? Iya, Ada apa lagi tempat menarik di Jogja? banyak !.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
curug cibaliung
Libur akhir pekan adalah momen untuk melepaskan kepenatan selama menjalani aktivitas pekerjaan yang rutin. Untuk mengisi waktu dua hari itu, banyak yang memiliki cara untuk menikmatinya. Berkumpul bersama keluarga, belanja di mall, nongkrong di tempat-tempat favorit, bermain game, mengikuti les tambahan, melakukan kegiatan bakti sosial, hingga melakukan hobi lain di luar pekerjaan rutin. Tentunya itu menjadi pilihan masing-masing individu ingin melakukan apa.

Penulis mengajak sobat untuk melihat keindahan dua curug yang lokasinya dekat di sekitar Jakarta, sejenak melepaskan diri dari keramaian dan menuju tempat sunyi dan mendamaikan pikiran. Mungkin saja setelah mengunjungi curug bisa menimbulkan ide-ide yang positif. Kedua curug tersebut bernama Curug Leuwi Lieuk dan Curug Cibaliung di Kabupaten Bogor.

Pukul lima Pagi di hari Minggu 6 Oktober 2019, penulis terbangun dari lelapnya tidur. Lalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh tangan, mengusap kepala, hingga kaki. Penulis bergegas memasukkan air mineral, baju ganti, dan kacamata renang ke dalam tas ransel. Setelah semua siap, dua potong roti sobek dimakan sebagai penjegal perut dari rasa lapar.

Penulis tidak sendirian, jumlah kami genap berenam. Kami memutuskan untuk menggunakan tiga motor, dua motor matic dan satu motor Vega ZR.  Sepagi itu jalanan masih sepi, berbeda dengan hari kerja yang selalu ramai dan padat. Untuk menuju lokasi, penulis menggunakan google maps sebagai penunjuk arah.
hamparan sawah saat menuju curug leuwi
Hamparan sawah yang menghijau menandakan beberapa menit lagi Penulis akan tiba di lokasi parkiran Curug. Jika diakumulasikan tanpa singgah-singgah ke minimarket, waktu tempuhnya sekitar Dua jam saja dari Jakarta. Setelah tiba rupanya sudah banyak motor dan mobil yang telah tiba duluan.

Dari Parkiran, penulis dan teman melanjutkan treking untuk menuju curug. Kontur jalan tanahnya sedikit menanjak, melewati beberapa kebun milik warga. Suara aliran sungai terdengar sepanjang perjalanan, masih bersih dan alami. Warung-warung dapat dijumpai di beberapa titik, jadi jangan khawatir kehausan. Tetapi lebih baik membawa air mineral sendiri karena pedagang warung di sini menjualnya lebih mahal, wajar sih butuh tenaga untuk membawa dagangan di lokasi ini.

Ada banyak Curug yang dapat dijumpai di Bogor, khususnya di dekat lokasi yang kami kunjungi. Tetapi penulis spesifik menceritakan dua saja, karena hanya di kedua tempat inilah penulis singgah dan berenang merasakan kesegaran airnya.

Leuwi Lieuk

luewi lieuk di kabupaten bogor
Dinding-dinding batu yang berada di sisi aliran air membuat sebuah lanskap yang menarik. Penulis mencoba menaiki dinding batunya, tentunya dengan amat hati-hati karena sangat licin. Sudah tersedia tali tambang yang dipasang sebagai pegangan untuk mendaki dinding. Setelah tiba di tempat yang agak tinggi, penulis melompat dan nagih untuk mengulanginya lagi.

Waktu terbaik mengunjunginya adalah saat musim kemarau, kejernihan airnya akan nampak sangat mengagumkan. Koral-koral di dasar curug dapat terlihat dengan jelas. Kedalaman air bisa mencapai lima meter, tersedia sewa pelampung jika sobat tidak terlalu pandai berenang. Ramainya pengunjung di akhir pekan membuat penulis tidak bisa memotret dengan leluasa. Salah satu teman bernama Ajiz mengajak kami untuk kembali treking ke lokasi curug selanjutnya.

Curug Cibaliung

curug cibaliung di bogor yang indah
Waktu trekingnya hanya 15 menit saja dari Curug Leuwi Lieuk, setelah tiba suasananya lebih sepi dan penulis bisa bebas berenang tanpa khawatir menganggu pengunjung lain. Tetapi untuk keindahan pemandangannya lebih menarik curug sebelumnya :D, opini pribadi.
curug cibaliung yang jernih
Suara aliran air curug membuat pikiran lebih tenang dan nyaman. Kebersihan dan kejernihan air masih sangat terjaga, di lokasi ini penulis tidak terlalu banyak memotret. Lebih banyak berselonjor kaki dan duduk di atas bebatuan, berlindung di bawah pohon yang rindang. Cemilan ringan yang penulis bawa dikeluarkan, satu persatu isinya di makan sambil menikmati pemandangan curug.

Pukul 12 siang penulis pun beranjak meninggalkan curug, kembali menuju parkiran. Nah saat menuju parkiran penulis menemui seekor babi yang ukurannya masih kecil, tidak menganggu hanya numpang lewat saja, sepertinya terpisah dari rombongannya :D.  Setelah tiba di parkiran, motor pun melaju kembali ke arah Jakarta. Kami pun singgah sebentar ke warung makan untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.

Jika saat berangkat di pagi hari jalanan masih sepi, maka sangat berbeda ketika pulang ke Jakarta. Jalan Raya penuh sesak, terutama di dekat kawasan PGC. Bualan klakson terdengar nyaring, deru kendaraan membuat bising. Asap-asap knalpot menyembul di udara. Syukurlah penulis tiba di Jakarta dengan selamat. Penulis sempat mengalami pecah ban di sekitar Cawang, agak kerepotan mendorong motor karena tidak kunjung bertemu dengan tempat tambal.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
waduk setiabudi barat jakarta saat senja
Pukul lima sore pada pertengahan bulan september 2019, ketika bunyi sirine dinyalakan pertanda jam kerja telah usai. Penulis bergegas  menyandang tas ransel dan memakai jaket abu-abu, lantas menuju parkiran. Kemudian memasang helm dan menyalakan starter motor.

Sebelum tangan menyentuh handle gas, penulis mengambil gawai di saku celana. Memberikan pesan singkat kepada seorang teman bahwa penulis baru berangkat ke lokasi pertemuan. Paling cepat setengah jam lagi tiba, jika sedang terjebak macet parah mungkin bisa satu jam lebih. Kemungkinan tidak akan terlambat, karena acaranya baru dimulai pukul delapan malam.

Setelah melihat dua ceklis berwarna biru dan jawaban "siap, kasih info jika sudah sampai", motor pun segera beranjak dari parkiran. Penulis menyapa takzim petugas keamanan di pintu keluar, memberikan kartu parkir yang sudah terlihat lusuh itu.

Kemacetan masih menjadi masalah yang serius di ibu kota dan kota besar lainnya di Indonesia. Penulis yang menyewa kosan di dekat kantor tidak merasakannya setiap hari, tetapi terkadang penulis membayangkan letihnya pekerja yang pergi-pulang menemui macet. Sore itu situasi di jalan tetap sama, mobil-mobil bergerak pelan seperti mengantri. Pengendara motor termasuk penulis mencari celah supaya dapat melaju secepat mungkin.

Beberapa menit berlalu, tibalah penulis di kawasan Jl. Sultan Agung-Galunggung. Kedua jalan ini mempunyai banyak lampu merah. Badan sudah lengket dengan keringat dan wajah terasa banyak tertimpa debu. Penulis menghembuskan nafas kesal, kening mengkerut karena mendengar bualan klakson kendaraan di belakang yang terus nyerocos. Padahal lampu lalu lintas masih berwarna merah, sungguh sangat tidak mengerti maksud orang-orang yang memencet tombol klakson itu.

Bukan kali pertama penulis melalui jalan ini, namun tidak terlalu sering juga.  Jika sobat tau kawasan jalan ini,  terdapat sebuah waduk pengelolaan limbah yang berada di sebelah Jalan Galunggung. Waduk itu bernama Waduk Setiabudi Barat.

Sedikit mundur beberapa hari sebelumnya, penulis sempat membaca artikel mengenai tempat-tempat memotret senja di Jakarta. Salah satunya adalah Waduk Setiabudi Barat. Penulis pun berpikir ini adalah kesempatan untuk mencobanya, saat itu penulis juga sedang membawa kamera di dalam tas ransel.

Motor pun berbelok dan parkir di sekitar kawasan waduk. Setelah itu mengirimkan pesan kepada teman bahwa kemungkinan penulis akan datang terlambat di lokasi. Entah apa alasan yang disampaikan saat itu, tetapi sudah pasti bukan karena ingin memotret di waduk :D

Sebuah pos penjaga waduk berdiri di sekitar kawasan ini, penulis menyapa para petugas yang sedang berada di lokasi. "boleh numpang foto pak?" penulis memulai percakapan. "Oh boleh dek, silahkan" Salah satu petugas menjawab.

Penulis memang membawa kamera, tetapi saat itu tidak ada tripod. Penulis mencari cara supaya bisa memasang mode long exposure tanpa bantuan tripod. Akhirnya penulis menyusun batu-batu yang ada di sekitar penulis, lalu meletakkan kamera di atas tumpukan batu itu. Hasil fotonya memang terlihat miring, tetapi bisa di edit untuk diluruskan.

Matahari senja terlihat tumbang, langit yang tadi berwarna biru perlahan berganti jingga-kemerahan. Gedung-gedung perkantoran yang menjulang tinggi bermandikan cahaya, Seperti Menara Astra, Menara Indofood dan Menara BNI 46. Air waduk yang terlihat biasa saja pada siang hari memperlihatkan keindahan yang menakjubkan di kala senja.

Sudah pukul enam sore, penulis pun menyimpan kamera ke dalam tas. Lalu sebelum pulang penulis diajak makan gorengan oleh petugas, lengkap dengan kopi yang masih hangat. Segan untuk menolak, Penulis pun ikut duduk bersama mereka sambil menikmati gorengan dan kopinya. Setengah jam kemudian penulis berpamitan dan kembali bergelut dengan kemacetan. Penulis tiba di lokasi acara sebelum pukul delapan, syukurlah tidak terlambat dan bertemu dengan teman yang sudah datang duluan.

Waktu melesat cepat, hari-hari berlalu. Beberapa bulan belakangan ini jalanan Jakarta lebih lengang. Hiruk pikuk kemacetan berkurang drastis semenjak PSBB diberlakukan. Penulis belum melihat secara langsung, informasi itu didapatkan melalui media sosial dan media massa. Mobilitas penulis sejak diumumkannya ada pasien positif corona sampai saat ini hanya di sekitar kawasan kantor saja.  Semoga wabah ini segera menemui akhirnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Dalam beberapa tahun terakhir, perpindahan Ibu Kota dari Jakarta ke daerah yang baru menjadi topik yang diperbincangkan di berbagai media. Keputusan itu akhirnya disampaikan pada Agustus 2019 yang lalu oleh Presiden Joko Widodo. Beliau menyatakan lokasinya akan berada di Penajam Paser Utara dan sebagian wilayah Kutai di Kalimantan Timur.

Penulis tidak akan membahas tentang progres pemindahan Ibu Kota, karena tidak mempunyai kapabilitas membahasnya. Konsen blog ini seputar cerita perjalanan penulis menuju tempat yang pernah dikunjungi saja, belum berencana memuat hal lain, entah esok lusa belum tau kedepannya :). Pada postingan ini penulis akan membahas tentang Tugu Soekarno yang berada di Palangkaraya, Kota yang dulunya sempat diisukan menjadi Ibu Kota Negara yang baru.

Setiap Ibu Kota Provinsi di Indonesia mempunyai tempat atau bangunan ikonik. Dapat berupa museum, tugu, jembatan, tempat ibadah, benteng bersejarah, dan sebagainya. Ketika berkunjung ke Palangkaraya pada januari yang lalu, penulis menyempatkan diri mengunjungi ikon kota yang dijuluki Kota Cantik ini, yaitu Tugu Soekarno dan Taman Pasuk Kameloh yang menyajikan pemandangan Jembatan Kahayan.

Ada satu ikon lagi yang belum penulis sebutkan yaitu Bundaran Besar Palangkaraya, saat itu penulis tidak singgah dan hanya melihat sepintas saja saat menumpang ojek online. Lokasi Tugu Soekarno dan Taman Pasuk Kameloh ini bersebelahan, itulah alasan yang membuat penulis membahasnya sekaligus. 

Tugu Soekarno

monumen di palangkaraya
Di lokasi ini terdapat monumen yang mempunyai 17 pancang, lalu terdapat tiang utama yang berdiri paling depan dan paling tinggi di antara yang lainnya. Di bawah tiang utama terdapat prasasti yang bertuliskan  "17 Juli 1957, pemantjangan tiang pertama kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah oleh P.J.M Presiden R.I, Dr.Ir. Soekarno". Monumen ini menjadi simbol penting sejarah Provinsi Kalimantan Tengah dan Kota Palangkaraya,

Presiden Jokowi sempat mengunjungi lokasi ini Mei 2019 yang lalu, di Akun Instagram Beliau bahkan sempat membuat sebuah post mengenai kunjungannya. Kunjungan itu santer membuat warga menduga Palangkaraya lah yang akan menjadi ibu kota baru, meskipun dalam pengumuman resmi beliau berkata lain.
tugu soekarno di palangkaraya
Berjarak hanya beberapa meter saja dari lokasi monumen, terdapat Tugu Soekarno yang sedang menunjuk ke arah tiang-tiang pancang yang berdiri. Dibangun untuk mengenang tokoh negara yang pernah berkunjung langsung ke kota ini. Waktu terbaik berkunjung ke lokasi ini adalah sore hari, sobat bisa melihat keramaian warga yang berkunjung di sekitar taman sembari melihat pemandangan Jembatan dan Sungai Kahayan.

Taman Pasuk Kameloh

sungai kahayan di palangkaraya
Penulis berjalan kaki menuju ke arah gapura yang berada di belakang tugu. Lalu menyisir jalan yang mengarah ke pinggir sungai, mengamati rumah-rumah panggung yang berdiri di tepi sungai, perahu-perahu kecil lalu lalang membentuk suara yang khas.

Pulau Kalimantan terkenal mempunyai banyak sekali aliran sungai, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah ini adalah salah satunya. Beberapa perahu sedang bersandar di dermaga kecil, pemiliknya menawarkan jasanya ke penulis untuk berkeliling menyusuri sungai. Penulis sebetulnya ingin mengiyakan tawarannya, tetapi tidak ada pengunjung lain yang berniat sama seperti penulis. Kalau pergi sendirian pasti biaya yang dikeluarkan lebih banyak, urung :D
jembatan kahayan di palangkaraya
Penulis pun berjalan ke ujung jalan yang terbuat dari papan, dari sana terlihat Jembatan Kahayan yang mempunyai bentuk lengkungan seperti busur pada bagian tengah. Berwarna oranye dan berdiri megah di atas sungai. Kebetulan saat itu penulis sedang menggunakan baju bola Timnas Belanda berwarna oranye, jadinya senada dengan warna jembatan.

Kemudian penulis berjalan menuju Taman Pasuk Kameloh, pengunjung saat itu cukup ramai. Bapak-Ibu, anak-anak, Muda-mudi berkumpul menikmati sore hari. Sendiri di tengah keramaian, itulah yang penulis rasakan saat itu hahaha. Di taman ini terdapat sebuah Masjid bernama Darulamin yang mempunyai kubah berbentuk kerucut berwarna hijau. 
taman pasuk kameloh di palangkaraya
Tempat wisata yang dibangun di tepi sungai banyak dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia, tetapi di setiap tempat selalu mempunyai ciri khas masing-masing. Mungkin menikmati view sungai bisa dijadikan ide untuk mengisi waktu jika sobat berkunjung ke Kota Cantik ini. Saat itu awan mendung terlihat bergumul menebari langit, membuat penulis mengakhiri kunjungan di taman ini lebih cepat pada pukul lima sore.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Official Logo

Official Logo
Pada tanggal 8 Oktober 2022, blog ini mempunyai logo resmi untuk pertama kali. Sudah lama saya berkeinginan untuk membuat logo sebagai identitas blog, terima kasih kepada seseorang yang telah membantu mengkreasikan logo yang luar biasa ini. Logo ini sebagai bentuk semangat untuk terus konsisten dalam membagikan hal-hal yang bermanfaat. Dalam perjalanannya, saya mendapatkan banyak ucapan dan respon yang baik dari para pembaca. Terima kasih atas energi positifnya :)

Popular Posts

  • Kolam Renang Bojana Tirta, Murah dan Nyaman
  • Transportasi Umum dari Pangkalpinang ke Sungailiat
  • Travel Blogger di Bangka Belitung
  • Naik Kapal Dari Muntok ke Tanjung Api-Api Membawa Mobil Pribadi
  • Brilliant Inn, Review Hotel Murah di Pangkalpinang, Cocok Untuk Backpacker

Tentang Penulis

Halo para pembaca, penulis adalah seorang pemuda kelahiran tahun ’97. isi blog ini seputar cerita dan catatan penulis ketika berkunjung di beberapa provinsi di Indonesia, tujuan membuat blog ini supaya dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama yang mempunyai hobi traveling. penulis dapat dihubungi dengan berkirim email ke dodonulis1@gmail.com

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

recent posts

    Pages

    • Privacy Policy
    • About Me
    • Disclaimer
    • Contact

    BloggerHub

    BloggerHub Indonesia

    Created with by ThemeXpose