Jatuh Cinta Dengan Rinjani (Part 3 : Sampai Jumpa Lagi Rinjani)

by - 1/14/2021 07:20:00 PM

keindahan plawangan sembalun di rinjani

31 Desember 2020. Selamat Pagi Plawangan yang entah kapan akan kutemui lagi. Beningnya Embun yang belum menguap dengan sempurna, masih tersisa di ujung daun. Nun jauh disana terlihat indahnya Danau Segara Anak yang dikelilingi perbukitan hijau. Terima kasih Tuhan atas suguhan keindahannya, semoga selalu terjaga. 

Cerita part sebelumnya dapat dibaca di : Part 1 Keindahan Sunset di Plawangan dan Part 2 Perjuangan Menggapai Puncak Rinjani

Suasana Pagi di Plawangan

Sisa-sisa kelelahan setelah summit di hari sebelumnya masih terasa, seperti sisa embun yang belum menguap sempurna dan masih tersisa di ujung dedaunan. Rencana awal seharusnya Kami menuju Danau Segara Anak. Namun niat itu urung, Trek menuju danau diperkirakan licin karena hujan, risikonya pun besar jika memaksakan di tengah fisik yang masih kelelahan. 

Jika ingin berkunjung ke danau Idealnya pendakian dilaksanakan 4h3m, namun untuk saat ini masih dibatasi 3h2m oleh Pengelola. Kita harus menghormati aturan yang telah dibuat, karena tentunya aturan tersebut sudah dipertimbangkan baik buruknya oleh pengambil keputusan. 

tenda di plawangan sembalun

Meski tidak ke danau, wajah teman-teman yang lain tetap ceria menikmati suasana pagi di Plawangan. Berswa foto dengan latar mengagumkan, lalu menyeruput kopi/teh guna mengurangi rasa dingin di tubuh.

Bisa dibilang ini adalah Quality Time bersama teman-teman peserta Open trip yang lainnya, berkumpul sambil duduk-duduk di dalam tenda atau di sekitar Pelawangan. Karena di dua hari sebelumnya lebih banyak berkutat di jalur pendakian. 

plawangan sembalun

Ketika berada di Plawangan, Jangan pernah meletakkan barang-barang kecil seperti tas dan makanan di sembarang tempat atau tanpa pengawasan kita.  Karena banyak monyet-monyet yang agresif yang bisa dengan cepat mencurinya. Hal itu terjadi di pagi itu, Tas kecil milik seorang pendaki dirampas oleh monyet. Daaaan, jika sudah dirampas maka untuk mengambilnya kembali sangat sulit.

Bang Ayom lagi-lagi dengan kebaikannya memasakkan indomie dan memanaskan sayur rendang sebagai menu sarapan. Sementara teman satu tenda Penulis yang lain (Bang Chan dan Bagus) sedang berjuang summit.

Penulis mulai mengemasi barang-barang ke dalam carrier. Lalu tidak lupa untuk membawa sampah-sampah plastik yang dimasukkan ke dalam trash bag. Sedangkan Bang Ayom tidak ikut berkemas karena menunggu teman-temannya dari Lampung yang sedang summit. 

Perjalanan Turun

perjalanan turun dari rinjani

Tepat jam sembilan pagi, Kami mulai turun dan mengucapkan sampai jumpa lagi kepada Plawangan Sembalun. Perjalanan turun kembali ditemani oleh kabut yang menggelayut. Tujuh bukit penyesalan kembali dilewati namun kali ini terasa lebih ringan karena treknya menurun (yaiyalah namanya juga turun gunung).

Karena kondisi sepatu sudah semakin parah, Penulis menggunakan sandal gunung untuk turun. Penulis tiba di Pos II pada pukul 11.45 WITA. Di pos 2 ini terdapat pangkalan ojek dengan tarif Rp 150.000. Penulis akhirnya tergiur menggunakan jasa ojek, karena sudah tidak sabaran untuk mandi di rumah singgah.

ojek di pos dua di gunung rinjani

Di tengah perjalanan hujan mengguyur dengan derasnya, pilihan yang tepat untuk memakai ojek :D. Pukul 12.22 WITA Penulis tiba di rumah singgah dan segera bergegas untuk mandi (akhirnya setelah dua hari tidak mandi di Gunung).

Malam pergantian tahun baru tidak berbeda seperti malam-malam biasanya, Penulis tertidur lelap setelah mengikuti mini evaluasi bersama panitia dan peserta Open Trip. Ada banyak kekurangan memang, tetapi Penulis bersyukur dipertemukan dengan teman-teman baru yang luar biasa.

Keesokan harinya, kalender sudah berganti tahun menjadi 2021. Kami pun beranjak meninggalkan Sembalun, membawa kenangan dan foto-foto selama pendakian di Gunung Rinjani. Penulis meminta untuk diturunkan di Kota Mataram karena ingin bertemu dengan Bang Bimo, eks teman kantor yang saat ini bertugas di Kota Mataram.

Kelezatan Sate Rembiga 

sate rembiga di mataram lombok
  • "Lo Pernah dengar Sate Rembiga gak?" Tanya Bang Bimo
  • "Wah belum pernah Bang, enak ya?" Penulis menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.
  • "Enak, ini wajib banget dicoba kalo di Lombok. Oh iya Gue lupa lo jarang kulineran yak kalo Traveling"
  • "Iya Bang :D" jawab penulis singkat.

Penulis diajak berkeliling Kota Mataram oleh Bang Bimo. Melewati Masjid Islamic Center Mataram yang berwarna dominan kuning dan megah, lalu melewati Mall Epicentrum yang merupakan tempat pool damri menuju bandara.

Tak berselang lama tibalah Kami di tempat makan Sate Rembiga Ibu Hj. Sinnaseh, terletak di Jl. Dr. Wahidin 8 Mataram,  Dari posternya disebutkan yang pertama berdiri sejak tahun 1988. Honestly Penulis tidak bisa menjelaskan cita rasa, testur, dan lain sebagainya karena memang tidak mahir review makanan. Tetapi Penulis akui memang satenya enak banget sih, silahkan coba kalau mau membuktikannya wkwk.

Jika saat berangkat menuju Lombok menggunakan bus dan kapal, maka untuk kepulangan ke Jakarta penulis menggunakan Pesawat pada hari Sabtu tanggal 2 Januari. Harganya Rp 770.000 dengan tujuan Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta. Jauh lebih murah dibandingkan dengan tiket hari minggu/peak season libur akhir tahun yang sudah diatas satu jutaan.

Syarat untuk berpergian dengan pesawat adalah dengan menujukkan surat rapid test antigen yang masih berlaku tiga hari sejak diterbitkan jika tujuannya ke Pulau Jawa. Oleh karena itu Penulis tes dulu di posko yang berada di dekat parkiran bandara. Alhamdulillah negatif (Deg degan nunggu hasilnya). 

Penulis pun masuk ke ruang tunggu bandara dan bertemu dengan beberapa orang yang pernah bertemu saat di Rinjani. Ada yang terpaksa membeli tiket baru karena ketinggalan pesawat hari sebelumnya, ada juga yang baru membeli tiket hari itu juga. Pesawat boarding tepat waktu dan melesat cepat meninggalkan Lombok menuju Jakarta.

tas carrier consina mount baldy
Tas Consina Mount Baldy yang dipakai untuk mendaki

Satu minggu setelah pendakian, Penulis baru mencuci perlengkapan gunung yang dipakai saat di Rinjani. Entah kapan perlengkapan ini digunakan lagi, Penulis masih menyimpan harapan untuk berkunjung ke Ranu Kumbolo di Semeru yang saat ini masih tutup.

Bukan selamat tinggal, Tetapi sampai jumpa lagi karena diriku masih membuka harapan untuk bertemu kembali denganmu Rinjani

You May Also Like

0 komentar