Tiga Objek Wisata di Marunda, Sisi Lain Ibu Kota

by - 5/27/2021 09:57:00 PM

rumah si pitung

Pantai Marunda memang tidak sepopuler tetangganya seperti Pantai Ancol dan Pantai di kawasan Kapuk. Namun Penulis penasaran untuk datang berkunjung ke pantai ini, yang berada di sudut Ibu Kota. Katanya banyak spot foto menarik yang bisa dieksplor seperti Rumah Si Pitung dan Masjid Al Alam yang lokasinya berdekatan. Pada hari libur Raya Waisak pada tanggal 26 Mei 2021, Penulis manfaatkan dengan aktivitas jelajah ke kawasan Marunda, sisi lain Ibu Kota.

Kawasan Marunda masih terasa asing bagi Penulis, Penulis belum pernah berkendara sampai ke Marunda sebelumnya. Pada situasi seperti ini google maps sangatlah berguna menjadi penuntun jalan. Penulis sarankan jika menggunakan motor maka bawalah masker lebih banyak, karena jalanan di kawasan Marunda penuh debu. 

Lalu lalang truk kontainer berukuran besar kadang menjadi hambatan, harus hati-hati kalau mau mendahuluinya, kalau memilih untuk mengikuti di belakang truk harus siap-siap "mandi debu". Maklum Marunda merupakan kawasan industri dan pelabuhan, tak jarang ditemui bangunan pergudangan dan tumpukan kontainer di sisi jalan. Saat menuju lokasi Pantai Marunda, Kalian akan melihat gerbang Kawasan Berikat Nusantara yang bersebelahan dengan Kantor Bea Cukai Marunda. Lalu terdapat juga gedung kampus Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran yang tidak jauh dari lokasi pantai.

gapura kawasan wisata rumah si pitung

Tanda panah di google maps sedikit lagi akan berhenti di titik akhir, pertanda akan sampai ke lokasi tujuan. Penulis berhenti sejenak  di depan gapura bertuliskan Rumah Si Pitung 12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir,  lalu tidak jauh dari sana Penulis melihat keramaian warga yang sedang memancing di empang-empang. Mereka duduk di bawah Pohon Bakau yang tumbuh, berlindung dari sengatan matahari yang saat itu sedang terik. 

memancing di empang dekat rumah si pitung marunda

Museum Rumah Si Pitung

museum rumah si pitung marunda

Setelah tiba di lokasi, Penulis memarkirkan sepeda motor dan membayar biaya parkir sebesar Rp 5.000. Lalu Penulis bergegas masuk ke dalam museum, Penjaga loket tiket menyambut dengan senyum ramah, lantas memeriksa suhu tubuh Penulis yang saat itu sedang normal, 36 koma sekian. Biaya masuk ke museum adalah Rp 5.000 saja, tiap pengunjung akan mendapatkan pamflet yang menjelaskan secara singkat tentang museum si Pitung. 

rumah si pitung jakarta

Tiap daerah mempunyai kisah rakyat masing-masing, termasuk Jakarta yang mempunyai cerita Si Pitung, jagoan betawi yang kerap dijuluki Robin Hood Betawi. Dikenal sebagai perampok tetapi hasil rampokannya diberikan kepada orang-orang yang kesusahan. 

Menurut informasi dari Pamflet yang penulis dapatkan, Rumah si Pitung menjadi ikon kisah perjuangan dan perlawanan  masyarakat Betawi terhadap penjajahan Belanda. Dahulu rumah ini adalah milik seorang saudagar kaya bernama H. Saifuddin. Terdapat legenda yang menyatakan bahwa H. Saifuddin hanya salah satu dari korban perampokan yang dilakukan oleh si Pitung.

Sementara versi lain menyebutkan bahwa H. Saifuddin seseungguhnya adalah sahabat Pitung dan rumahnya kerap dijadikan lokasi bersembunyi si Pitung. Agar tidak menimbulkan kecurigaan pihak Belanda bahwa rumah itu menjadi lokasi persembunyian si Pitung kemudian dilakukan skenario perampokan tersebut. Rumah ini adalah lokasi shooting film "Pitung Jago Betawi" dan pada tahun 1993, bangunan ini dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya.

balkon depan rumah si pitung

ruang tengah rumah si pitung

Museum rumah si Pitung berbentuk rumah panggung yang dominan terbuat dari kayu. Bangunan dalam rumah terdiri dari balkon depan, ruang tengah, kamar, dan balkon belakang. Museum ini buka setiap Selasa s.d. Minggu pada pukul 08.00 WIB s.d. 17.00 WIB, sementara untuk hari Senin museum tutup untuk umum. Menurut Petugas yang berjaga, di lokasi ini sering diadakan pagelaran seni seperti Gambang Kromong Betawi, namun semenjak pandemi sudah tidak diadakan lagi. 

Siang itu matahari begitu terik, ditambah lokasi museum yang berada di dekat laut. Para pengunjung cukup ramai saat itu, semuanya nampak mematuhi aturan untuk memakai masker sepanjang berada di lokasi museum. Beberapa ada yang berteduh di bawah rumah panggung, bersandar di tiang-tiang penyanggah rumah. Di lokasi ini terdapat dua bangunan pendukung yang berfungsi sebagai kantin, tempat dagangan aksesoris, musala, dan ruangan petugas museum. 

Masjid Al-Alam Marunda

rusun marunda jakarta utara
Rusun Marunda

jalan menuju masjid al alam marunda
Jalan menuju Masjid Al Alam Marunda
Jika dilihat dari google maps, lokasinya hanya sekitar 500 m dari museum rumah si Pitung. Namun karena berada di gang kecil membuat Penulis kebingungan mencari lokasi masjid. Penulis bertanya ke kumpulan Bapak-bapak yang sedang mengobrol di sebuah warung. Mereka sangat ramah ketika penulis bertanya, mengarahkan penulis ke jalan terdekat. Penulis sempat memotret bangunan rusun Marunda yang terlihat dari jalan. 

gerbang masjid al alam marunda

Masjid ini diperkirakan dibangun pada tahun 1600 Masehi, merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Jakarta sehingga bentuk fisiknya dipertahankan dan tidak banyak berubah. Ruangan dalam masjid sederhana dan tidak terlalu luas. Empat pilar bercat putih berdiri kokoh di bagian tengah, jarak dari lantai ke atap tidak terlalu tinggi, paling hanya 2,5 meteran. Mihrab dan mimbar juga tidak terlalu besar, terkesan klasik dan sederhana.

masjid al alam si pitung marunda

dalam masjid al alam marunda

Terdapat juga pendopo masjid yang bisa digunakan untuk menggelar berbagai kegiatan, saat datang Penulis melihat empat orang bapak-bapak yang sedang berdiskusi ringan. Penulis memilih rebahan sejenak di pendopo, berteduh dari sengatan cahaya matahari yang masih terik meski jarum jam menunjuk pukul tiga sore.

pendopo masjid al alam marunda

Pantai Marunda

penunjuk arah menuju pantai marunda

Dari salah satu gerbang kecil masjid Al-Alam, Penulis melihat tulisan yang memberikan petunjuk tentang arah pantai Marunda. Benar saja, setelah ditelusuri jalan setapak itu mengarah ke laut. Terlihat warung dan pondok berdiri di sepanjang tepi laut yang sudah dipasangi tanggul. Berjalan lebih jauh, Pengunjung terihat lebih ramai di ujung pantai. Terdapat pohon-pohon bakau dan sedikit bagian pantai yang berpasir, namun penulis sama sekali tidak tertarik mendekat karena pengunjung ramai sekali di sana.

pantai marunda jakarta utara

Penulis memilih untuk duduk di jembatan bambu sederhana yang menjorok ke laut, melihat tiga orang anak-anak yang sedang berenang dan bermain air. Air laut di pantai ini cukup bersih dari sampah, meski airnya terlihat cokelat dan keruh (mungkin faktor air laut yang sedang sedikit pasang). "Ommm, ommm. fotoin kita dong" ujar seorang anak. Waduh, udah dipanggil om,om saja nih:D.

anak-anak bermain di pantai marunda

Dengan senang hati Penulis memotret mereka, berbagai atraksi dan gaya mereka peragakan agar foto terlihat menarik. Penulis juga bersemangat sekalian berlatih foto potrait, selama ini hanya fokus mengambil foto landscape alam saja. Semacam simbiosis mutualisme, anak-anak senang difoto, Penulis senang ada objek foto potrait. "Aku, minta nomor hp kalian ya, nanti malam bakal dikirim foto-fotonya melalui wa" Salah satu dari mereka memberikan nomornya.

sunset di pantai marunda jakarta utara

Pukul setengah enam sore, Penulis mencari spot untuk memotret sunset. Aktivitas pelabuhan dan kapal-kapal tongkang menjadi sasaran foto Penulis, Pemandangan matahari terbenam di pantai Marunda bisa dijadikan spot foto sunset favorit di Jakarta, selain Pantai Ancol dan Pantai Muara Kamal. Sayangnya saat itu baterai kamera habis dan lupa membawa cadangan, akibat terlalu asik berlatih foto potrait jadinya tidak terlalu memperhatikan kondisi baterai. Momen sunset hanya beberapa kali jepretan saja, sekejap kamera langsung mati tak berdaya.


You May Also Like

0 komentar