Jatuh Cinta Dengan Keindahan Alam Sumba part 1

by - 8/15/2020 06:16:00 PM

Sumba bagi penulis merupakan salah satu tempat terindah di Indonesia yang pernah penulis kunjungi, bisa dibilang penulis jatuh cinta pada kunjungan pertama di pulau yang termasuk ke dalam Provinsi Nusa Tenggara Timur ini.  Pesona bukit-bukit yang menghampar luas, air terjun, pantai, dan desa adat di daerah ini menarik perhatian traveller untuk datang.  Berikut cerita perjalanan penulis.

Hari kedua overland Sumba 30 Desember 2018, cerita di hari pertama dapat sobat baca di postingan : Mengenal Desa Adat Ratenggaro di Sumba.  Setelah selesai sarapan pagi di hotel, penulis dan sembilan teman mengemasi barang bawaan karena pada sore harinya kami akan langsung menuju ke Sumba Timur dan menginap di sana.

Sebelum berangkat ke Sumba Timur, penulis menuju ke beberapa tempat wisata di Sumba Barat Daya seperti Pantai Mandorak, Danau Weekuri, Desa Praijing, dan jika sempat akan mampir sejenak ke Bukit Warinding. 

Berbeda dengan hari pertama yang cerah, kali ini cuaca di hari kedua sedikit berawan. Bang Neil dan Bang Herman yang menjadi pemandu sekaligus driver sudah bersiap menunggu di parkiran hotel. tanpa berlama-lama mobil pun melaju ke destinasi pertama yaitu Pantai Mandorak yang terletak di kecamatan Kodi Utara, Sumba Barat Daya. 

Pantai Mandorak

pantai mandorak di sumba

Untuk menuju ke lokasi Pantai Mandorak membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan. Keunikan dari pantai ini adalah memiliki kedua sisi tebing yang saling berhadapan dan mengapit pantainya. Lalu pengunjung dapat naik ke atas tebing namun harus hati-hati saat melewati batu-batu karang. Bahaya kalau terpeleset dan mengenai batu karang yang tajam.

keindahan pantai mandorak di sumba

ombak di pantai mandorak

Dari atas  tebing, terlihat ombak air laut yang terhempas dan mengenai bibir tebing. Jika ombak sedang tinggi, buncahannya bisa naik sampai ke atas oleh karena itu jangan terlalu dekat dengan bibir tebingnya. Di lokasi ini tidak disarankan untuk main air atau berenang, nah kalau mau berenang di lokasi selanjutnya yang penulis kunjungi yaitu Danau Weekuri.

Danau Weekuri

Lokasi Danau Weekuri berada di dekat Pantai Mandorak. Dari parkiran mobil, penulis meniti jalan setapak yang sudah disemen. Banyak warung-warung yang menjual makanan dan minuman ringan di dekat danau, selain itu terdapat para pedagang yang menjajalkan kain khas Sumba. 
danau weekuri di sumba

laut di dekat danau weekuri

Air yang jernih tidak membuat Penulis langsung berenang, melainkan menyusuri jalan setapak hingga menjumpai jembatan kayu. Dari sinilah penulis dapat memotret sudut keindahan Danau Weekuri yang berwarna hijau kebiru-biruan. Selain itu penulis melihat pemandangan air laut lepas yang mengenai tebing karang. 

Oh ya Selang satu bulan sejak penulis berkunjung, tepatnya pada 24 Januari 2019 terdapat kabar mengenai robohnya jembatan kayu di sana karena hantaman ombak. Teman penulis bernama Faliq pada tanggal tersebut sedang berkunjung ke Sumba, sehingga Dia tidak bisa melihat Danau Weekuri karena ditutup untuk sementara saat itu.
danau weekuri

Puas memotret, penulis beranjak ke danau dan berenang. Terdapat sebuah anjungan setinggi sekitar lima meter, dari sini bisa melompat dan nyebur ke dalam danau. Penulis sih tidak berani hahaha, kalah dengan anak-anak kecil yang begitu riangnya lompat dari atas anjungan.

Air di Danau Weekuri terasa asin karena berada di dekat laut. Saat berenang pengunjung harus hati-hati karena di danau ini terdapat bulu babi. Penulis sedang apes karena tidak hati-hati dan menginjak bulu babi :D Ini merupakan pengalaman pertama penulis terkena bulu babi sehingga membuat sedikit cemas, penulis diberi tahu oleh Bang Herman ada cara pertolongan pertama jika terkena bulu babi dan penulis melakukan cara itu dan berhasil. Bisa cek web sebelah ya untuk tahu caranya :D

Desa Praijing

desa praijing sumba

Satu lagi desa adat yang penulis kunjungi di Sumba yaitu Desa Praijing di Kecamatan Waikabukak, Sumba Barat. Pada hari sebelumnya penulis mengunjungi Di desa adat Ratenggaro yang berada di dekat laut, nah berbeda dengan desa adat ini yang terletak di perbukitan dan dikelilingi pohon-pohon tinggi. 
desa praijing di sumba ntt

Bagian dalam rumah mempunyai tiga tingkatan, bagian bawah digunakan sebagai tempat memelihara ternak, bagian tengah untuk tempat tinggal penghuninya sementara bagian atas digunakan sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan benda-benda pusaka.

Penulis tidak berlama-lama di lokasi ini dan tidak masuk hingga ke ujung desa karena sudah pukul tiga sore saat itu. Penulis dan teman-teman yang lain harus kembali ke mobil untuk segera menuju Sumba Timur. Lama perjalanan diperkirakan kurang lebih tiga jam, di tengah perjalanan hujan pun turun mengguyur. Jalan menuju Sumba Timur sudah beraspal dan mulus loh sob :)
jalan di sumba

Bukit Warinding

bukit warinding di sumba

Sebelum menuju penginapan di Sumba Timur, Bang Herman mengajak Kami untuk singgah ke Bukit Warinding. Saat itu beruntung sekali tiba di saat langit belum gelap :) Penulis masih bisa melihat bukit-bukit hijau yang bergelombang dan menghampar luas. Selang kemudian matahari mulai terbenam, langit di arah barat berwarna kemerah-merahan. 
sunset di bukit warinding di sumba

Pukul tujuh  malam waktu setempat, penulis menuju ke penginapan untuk beristirahat dan makan malam. Perjalanan overland memang melelahkan, oleh karena itu hindari tidur terlalu larut. Keesokan paginya Penulis dan rombongan kembali ke Bukit Warinding, tetapi saat itu cuaca sedang tidak bersahabat. Kabut pun menggelayut dan bukit-bukit hijau itupun terhalang kabut. Tidak apa-apa, karena sore hari sebelumnya sudah ke sana hehehe.

Sambungan cerita dapat dibaca pada : "Jatuh Cinta Dengan Keindahan Alam Sumba Part 2"


 

You May Also Like

0 komentar