• Home
  • Sumatera
    • Aceh
    • Sumatera Utara
    • Sumatera Barat
    • Riau dan Kepri
    • Sumatera Selatan
    • Jambi
    • Bengkulu
    • Bangka Belitung
    • Lampung
  • Jawa
    • DKI Jakarta
    • Banten
    • Jawa Barat
    • Yogyakarta
    • Jawa Tengah
    • Jawa Timur
  • Kalimantan
    • Kalimantan Barat
    • Kalimantan Tengah
    • Kalimantan Utara
    • Kalimantan Timur
  • Sulawesi
    • Sulawesi Selatan
    • Sulawesi Tengah
    • Sulawesi Barat
  • Bali NTB NTT
    • Bali
    • Lombok
    • Sumba
    • Flores
  • Maluku dan Papua
    • Maluku
    • Papua
instagram Email

dodonulis

blog catatan perjalanan

kawasan malioboro jogja

Jogja selalu punya cerita yang membuat banyak orang terkesan dan punya berjuta alasan untuk kembali. Kawasan Malioboro mungkin bisa dikatakan sangat lekat dan merepresentasikan Jogja secara keseluruhan. Keramahan warganya, beragam seni dan kerajinannya, dan kesyahduan suasananya. Kawasan yang tidak pernah pudar pesonanya meski saban hari makin banyak tempat populer lain yang bermunculan. 

Wajah baru Malioboro semakin rapi, meski kehilangan sedikit sajian khasnya.

Hari kedua di Jogja, cerita sebelumnya dapat dibaca di : kembali ke jogja yang selalu punya cerita. Edu Hostel tempat penulis menginap terdiri dari lima lantai dan terdapat fasilitas kolam renang yang sayangnya sedang direnovasi. Hostel ini menyediakan sarapan gratis bagi peghuninya. Menu yang ditawarkan berganti setiap harinya, misal hari ini nasi goreng, besoknya nasi kuning. 

view jogja city

Dari rooftop hostel dapat melihat pemandangan 360 derajat Jogja dari ketinggian. Nampak Gunung Merapi yang tak pernah pudar keindahannya, juga Gunung Merbabu yang terletak di Magelang. Kami sarapan sambil berdiskusi ringan, menentukan rencana perjalanan hari itu. Intinya tidak perlu banyak-banyak tempat yang didatangi, lebih fokus ke kulinerannya saja.

tempo gelato kaliurang

Tujuan pertama kami adalah tempat makan es krim mainstream di jogja. Yup betul, Tempo Gelato :D Kami mendatangi cabang di Kaliurang yang searah dengan tujuan kami berikutnya. Kalian tim cone atau cup? Penulis pribadi lebih menyukai cone karena wafernya lebih banyak untuk dicemil haha... Jujurly penulis selalu kebingungan memilih varian rasa es krimnya karena saking banyaknya pilihan.

Selepas nyemil es krim, tujuan Penulis selanjutnya adalah Kopi Klotok untuk makan siang. Jogja memang surganya pecinta kuliner, ada yang sudah melegenda namanya dan ada yang baru-baru ini terkenal karena konsepnya. Kopi Klotok ini berkonsep klasik, bangunan rumah berbentuk joglo limasan yang menghadap ke persawahan yang menghijau. 

kopi klotok jogja

Kursi dan meja kayu di dalamnya membawa suasana lawas yang disertai dengan lampu strongking di dalam rumah. Selain itu pengunjung juga bisa makan di luar rumah, sudah disediakan lesehan beralaskan tikar untuk pengunjung yang ingin makan sambil melihat areal persawahan. 

kopi klotok

Menu yang disajikan berupa telor dadar, sayur lodeh, tempe goreng, dan bermacam lauk lainnya. Namanya Kopi Klotok ya minumannya kopi dong, tapi hal itu tak berlaku bagi penulis yang saat ini berhenti minum kopi karena menghindari naiknya asam lambung. Jadilah hanya memesan teh manis saja :D. 

svarga bumi magelang

Selepas makan siang, Kami beranjak menuju ke arah Magelang. Tujuan selanjutnya adalah Svarga Bumi yang letaknya berdekatan dengan kawasan Candi Borobudur. Bahkan dari lokasi ini dapat terlihat puncak Candi Borobudur dari kejauhan. Svarga Bumi ini kawasan persawahan yang disulap menjadi tempat wisata yang menyediakan spot foto instagenik.  

wajah baru kawasan malioboro

Pulang dari Magelang, Kami menuju ke Kawasan Malioboro dan memarkirkan kendaraan di Jl. Sosrowijayan. Wajah baru Malioboro jauh lebih rapi setelah direvitalisasi. Jalur pedestrian diperlebar dan semakin nyaman bagi pejalan kaki. 

Pemandangan yang jauh berubah adalah tidak adanya lagi PKL yang berjualan di sepanjang Malioboro. Menurut informasi yang beredar para pedagang kaki lima sudah direlokasi ke kawasan yang dinamai Teras 1 dan 2. 

titik nol jogja malam hari

Penulis sangat menikmati wajah baru Malioboro, sesekali melemparkan senyum takzim kepada pemandu delman yang menawarkan jasanya "Maaf pak, saya mau jalan saja :)".  Lampu jalan yang dipugar nampak lebih fresh. Kami pun berjalan sampai di kawasan titik 0 jogja, lalu mencari warkop terdekat untuk mengobrol ringan sebelum kembali ke hostel. Semakin malam obrolannya kian menarik, tak terasa sudah mendekati pukul sebelas malam. Mas-mas warungnya mengingatkan dengan sopan kalau mereka akan tutup sebentar lagi.

Keesokan harinya kembali ke Jakarta dengan Kereta Api Progo, lagi-lagi dengan kelas ekonomi. Syukurnya tempat duduk lebih lengang dan bisa berselenjor kaki. Sepanjang perjalanan mendengarkan musik-musik studio ghibli, film-film animenya sangat bagus meski tidak setenar disney dkk. Menyentuh, imajinatif, dan menguras emosi penonton. 

Salah satu film berjudul graves of the fireflies yang menceritakan efek domino perang dunia kedua, dua orang anak yang hidup terkatung-katung setelah kehilangan ayah dan ibunya. Percayalah, menonton film ini akan menguras emosi kalian sembari berharap redanya ketegangan yang terjadi antara Ukrania dan Rusia.

perjalanan kereta jogja jakarta

Terima kasih Jogja, semoga akan ada kunjungan berikutnya di lain waktu.

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
pantai slili gunung kidul

Jogja selalu punya cerita, banyak alasan yang membuat banyak orang jatuh cinta dengan kota ini. Kota yang menawarkan kenyamanan dan kedamaian yang membangunkan karsa untuk terus berkarya. Jogja bisa menjadi tempat menyegarkan pikiran yang sedang terhimpit stres karena pekerjaan, percintaan, atau persoalan rumit lainnya.

Tempat duduk nampak penuh malam itu, hanya satu-dua celah kursi yang kosong. Bisa jadi karena penumpang yang mengurungkan niat berangkat, atau penumpang yang telat karena masih di perempatan Salemba saat pluit petugas ditiup (tanda keberangkatan kereta). 

stasiun pasar senen jakarta pusat
Stasiun Pasar Senen

Penulis bersama kelima teman lain menggunakan kereta api Progo menuju jogja malam itu. Duduk di kursi kelas ekonomi, you know lah bagaimana posisi duduknya. Nyaman-nyaman saja sih karena sudah sering naik ekonomi sejak dulu, asal jangan bandingkan dengan reclining atau rotary seat seperti kelas bisnis dan eksekutif :D 

Mata tidak bisa terlelap, tidur-tidur ayam sepanjang perjalanan yaitu ketika mata terpejam tapi masih bisa mendengarkan obrolan teman sebelah. Guyonan dan tawa terbahak membuat Kami mendapat somasi malam itu, kondektur datang lalu menjelaskan dengan sopan bahwa ada penumpang lain yang melapor karena terganggu :) 

Pukul tujuh pagi, kereta berhenti sempurna di stasiun terakhir. Fisik yang kelelahan kadangkala membuat konsentrasi berkurang, Penulis kebingungan melihat kondisi stasiun yang nampak berbeda dibandingkan dengan dua tahun yang lalu saat terakhir kali ke Jogja. Setelah memperhatikan dengan lamat nampak tulisan Lempuyangan di dekat peron. Ya, kereta Progo rupanya tidak berhenti di Stasiun Tugu melainkan di Lempuyangan. 

stasiun lempuyangan di jogja
Stasiun Lempuyangan

Tidak ada itinerary kali ini, semua serba fleksibel karena niatnya memang mau bersantai tanpa tergesa-gesa mendatangi destinasi. Untuk mempermudah mobilitas kami menyewa mobil selama dua hari, tujuan pertama langsung menjajal kuliner Soto Kadipiro yang terkenal lezat. Pengunjung lain sudah ramai berdatangan meski warungnya baru buka pukul delapan pagi. 

warung soto kadipiro
belum buka udah ramai

Setelah makan, kami beranjak menuju ke Edu Hostel di Jl. Letjen Suprapto No.17, Ngampilan. Lokasinya di mana tuh? penjelasan simpelnya tidak terlalu jauh dari kawasan Malioboro, paling sekitar dua kilo saja. Edu hostel menyediakan tipe dorm room dengan ranjang bertingkat. Karena check in baru bisa pukul 12,  kami pun menunggu di ruang santai edu hostel yang agak luas. Di sana terdapat sofa panjang, karena kebetulan lagi sepi jadi kami gunakan untuk rebahan. 

Tujuan Kami selanjutnya adalah menuju Gunung Kidul yang terkenal dengan keindahan pantainya. Ada banyak pantai yang menarik dan rekomen untuk didatangi, namun pilihan kami adalah Pantai Slili yang letaknya bersebelahan dengan Pantai Krakal. Hujan turun deras, jarak pandang memendek sehingga harus lebih konsentrasi menyetir mobil. 

Kami memecah suara hujan dengan guyonan bagai gayung bersambut. Satu persatu mencoba mengeluarkan punchline terbaiknya.  Penulis yang notabene seorang introvert mencoba menyumbangkan lawakan ringan nan garing "Krik-krik dan gaje"... Intinya sih bagaimana suasana di dalam mobil harus ramai, tidak boleh ada yang mengantuk. 

pantai slili gunung kidul jogja

Kami tiba di Pantai Slili sekitar jam 15.30 WIB dan langsung menuju Cafe De Slili yang baru dibuka awal tahun 2021. Menurut penulis pribadi, cafe ini worth it untuk tempat nongkrong rame-rame meski harganya agak costly. Banyak spot menarik untuk koleksi foto potrait seperti panorama pantai Slili yang diapit oleh tebing-tebing karang di kanan dan kirinya. Pemandangan pulau karang juga terlihat jelas dari cafe ini. 

sunset di pantai slili gunung kidul

Langit perlahan berwarna keemasan di sebelah barat. Penulis berjalan menyusuri tepi pantai yang berpasir lembut, memotret satu-dua objek foto yang menarik. Pemandangan sunset yang mengagumkan di kala perjalanan itu bonus, melengkapi cerita-cerita yang hadir di setiap jejak kaki. 

Kami kembali ke Kota Jogja selepas salat Maghrib. Malam minggu jalanan kota terlihat ramai, warung tongkrongan nyaris tidak ada yang sepi.  Mungkin dari Kami berenam  hanya Penulis yang belum tau mengenai Menoewa Cafe. Saat masuk, penulis setengah kaget melihat pengunjung yang memenuhi tempat duduk di kursi panjang maupun lesehan tikar. Mata Kami memencar mencari tempat duduk kosong yang sulit sekali didapatkan, harus mengantri dulu.

menoewa cafe jogja

Apa yang membuat Menoewa Cafe begitu ramai didatangi? tidak hanya muda-mudi saja, rombongan keluarga juga ada. Duduk dan nongkrong di cafe ini bagai nonton konser sambil menghirup kopi dan jajanan ringan. Rupanya musisi yang sedang naik daun yaitu Tri Suaka sesekali tampil di cafe ini.  Sayangnya malam itu ybs tidak hadir, namun kolega yang tampil juga tidak kalah merdu suaranya. Lembut seperti ubin masjid :)

Sulit untuk melupakan Jogja yang selalu punya cerita. *semua foto di artikel ini diambil menggunakan kamera handphone, untuk menulis blog perjalanan tidak mesti menggunakan kamera dslr atau mirrorless :) 

- Gunung Kidul, 19 Februari 2022.

Bersambung di : pesona Malioboro yang tidak pernah pudar

 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
perahu di dermaga servis waduk jatiluhur

Penulis tiba di stasiun Purwakarta pukul 8.40 WIB, setelah perjalanan 1,5 jam dengan kereta lokal Walahar ekspres dari Cikarang (baca selengkapnya di : Solo Traveling ke Purwakarta dengan Kereta Lokal). Penulis bergegas keluar dari stasiun dan celingukan mencari angkot nomor 03 berwarna merah tujuan Terminal Ciganea. Setelah ketemu penulis pun masuk dan memastikan lagi ke pak sopirnya. Berjalan sendirian atau solo traveling ini harus sering bertanya agar tidak salah naik, meski penulis sudah sempat mencari info mengenai angkot ke waduk Jatiluhur.

angkot di stasiun purwakarta

"Pak, ini betul kan angkot ke Terminal Ciganea?" Tanya penulis

"Betul dek, kamu mau lanjut naik bus ke Bandung ya?" jawab pak sopir.

"nggak pak, saya mau main ke waduk jatiluhur"

"oh gitu... kalau ke Jatiluhur nanti saya turunin ke simpangannya saja, nanti kamu lanjut naik angkot nomor 11" 

"Baik pak"

Setelah turun dari angkot nomor 03 dan membayar ongkos Rp 3.000, penulis melihat angkot nomor 11 berwarna merah yang sedang ngetem di pinggir jalan. Namun karena perut belum diisi, penulis mencari tempat sarapan terlebih dahulu dan ketemu warung nasi kuning.

Lokasi nyarap menghadap ke jalan raya jadi keliatan kendaraan yang lalu-lalang. Angkot nomor 11 pun sudah dua kali lewat ketika penulis sarapan. Lucunya adalah ketika selesai dan sudah siap untuk berangkat malah lama nunggu angkotnya lewat :D ada kali 10 menitan nunggu.

"Dek, mau diturunin dimana?" tanya pak sopir.

"Di pinggir waduknya aja pak"

Bapaknya terlihat mengerenyitkan dahi yang kelak nantinya penulis tau maksudnya. Penulis pun minta diturunkan ketika  melihat tulisan mural "Jatiluhur" seberang waterpark. Penulis membayar ongkos sebesar Rp 10.000. Wah salah tempat turun nih (dalam hati), karena lokasinya sepi dan view nya bukan seperti yang penulis harapkan. 

waterpark jatiluhur

Penulis melihat tiga orang sebaya yang sedang duduk-duduk, lalu bertanya sambil memperlihatkan foto dari internet. "Bang, kalau mau ke tempat yang di foto ini gimana ya?" tanya penulis. "Wah kalau ini di Pelabuhan Biru bang" kata abangnya. "kalau jalan kaki berapa lama bang?"tanya penulis. "Masih agak jauh bang, saya antar pakai motor aja deh".

Syukurlah ketemu orang baik, abangnya jelasin angkot yang nomor 11 itu melewati pelabuhan biru juga dan rute terakhirnya di Dermaga Servis. Harusnya penulis ngasih lihat foto yang ingin didatangi ke pak supir angkot tadi agar tidak salah tempat turun wkwk. 

pelabuhan biru waduk jatiluhur purwakarta

Tibalah Penulis di Pelabuhan Biru, senyum mengembang ketika melihat pemandangan perbukitan menghijau. "Gak usah bang, jangan !. saya ikhlas kok" Abang yang nganter menolak pemberian uang Penulis sebagai bentuk terima kasih karena telah di antar. 

pelabuhan biru waduk jatiluhur

Hari Sabtu orang yang datang di Pelabuhan Biru Jatiluhur nampak sepi, hanya ada pedagang yang berjualan. Entah kenapa tempat ini dinamai Pelabuhan Biru :D terdapat bebatuan besar yang tersebar di pinggir waduk dan ada lapangan rumput yang luas. Sayangnya banyak enceng gondok yang tersebar dan menutupi permukaan air waduk. Saat ke sana ada alat berat yang sedang membersihkan enceng gondoknya, karena memang tanaman ini tergolong hama.

Tempat ini sepertinya sering dijadikan lokasi camping, terlihat dari bekas arang dan kayu bakar di sekitar bebatuan. Sayangnya masih ada jejak vandalisme dengan coretan tidak senonoh di sebuah batu besar. Puas mengambil beberapa foto, penulis berjalan kaki menuju Dermaga Serpis yang jaraknya sekitar satu kilo dari Pelabuhan Biru. Sebetulnya saat jalan kaki ada angkot yang lewat tapi nanggung juga karena jaraknya sudah dekat. 

angkot 011 ke waduk jatiluhur

Setibanya di gapura dermaga serpis, penulis melihat angkot nomor 11 yang sedang ngetem jadi tidak perlu khawatir kalau mau kembali ke kota. Penulis memasuki kawasan dermaga dan terdapat kantor pos pengawasan Dinas Perhubungan. Di plang nama kantornya yang tertulis "Servis" bukan "Serpis" seperti yang tertulis di gapura. Entah mana tulisan yang benar. 

pos pengawasan servis waduk jatiluhur

Ada tempat parkir kendaraan yang luas dan penulis kaget ada banyak mobil berplat Jakarta dan Bandung yang sedang terparkir di sini. Berjalan jauh lagi ke ujung dermaga penulis melihat banyak perahu warga yang sedang bersandar, satu-dua lalu lalang mengantar penumpang yang ingin ke kerambah. 

dermaga serpis waduk jatiluhur

gunung bongkok di waduk jatiluhur
Gunung Bongkok

Penulis bergerak ke arah gundukan bukit kecil karena dari posisi ini nampak jelas aktivitas di area waduk. Waduk Jatiluhur merupakan spot mancing favorit, mobil yang tadi terparkir pemiliknya sedang mancing di waduk. Kebanyakan mereka menyewa perahu untuk memancing, bermalam di sana dan baru kembali keesokan harinya. 

"Teteh mau nyeberang ke mana teh, berapa teh ongkosnya?" penulis bertanya ke seorang perempuan yang membawa kardus berisikan barang-barang warung (seperti aqua dan indomie). 

"15 ribu aa', mau ke kerambah. Mau ikut gak? di sana pemandangannya bagus" jawab teteh.

"Gak dulu teh, saya mau lihat sekitaran sini aja" jawab penulis.

Penulis khawatir ketinggalan kereta kalau ikut. Lagian masih mau nyobain sate maranggi di dekat alun-alun Purwakarta.  Oh ya sekilas mengenai Waduk Jatiluhur, waduk terbesar di Indonesia ini dibangun pada era Presiden Soekarno tahun 1957. Berapa luas waduk Jatiluhur? kurang lebih 83 kilometer persegi. Kalau kalian mau lihat view waduk ini dari atas, cobalah mendaki Gunung Lembu atau Gunung Bongkok. Suasana sunrise dan sunset di Waduk Jatiluhur juga mengagumkan tapi harus menginap sih tidak bisa "balik hari".

Pukul 12 Siang, matahari tepat berada di atas kepala. Penulis beranjak keluar dari dermaga, menuju angkot nomor 11 yang sedang ngetem. "Mau balik ke kota ya aa'?. saya ngabisin rokok sebatang dulu ya" ujar pak sopir.

Dengan cara yang sama, penulis kembali naik angkot nomor 11 menuju simpangan terminal Ciganea dan lanjut naik angkot nomor 03. Bedanya penulis tidak turun di stasiun purwakarta melainkan turun di Taman Air Mancur Sri Baduga. Di tempat ini dulunya terdapat pertunjukan air mancur menari pada malam minggu. Namun tidak pernah diadakan lagi semenjak pandemi, pagarnya pun ditutup dan dijaga oleh petugas. Penulis meminta izin sebentar untuk masuk dan syukurlah diperbolehkan untuk memfoto patung Prabu Kian Santang. 

taman air mancur sri baduga purwakarta

patung prabu kian santang di purwakarta

Setelah itu Penulis berjalan kaki menuju warung sate maranggi Maskar Ajib yang terletak di dekat alun-alun. Menjajal rasa sate maranggi adalah menu wajib jika datang ke Purwakarta :). Perut kenyang, timbullah rasa malas berjalan kaki jadinya berangkat stasiun menggunakan gojek. 

Suasana stasiun lebih ramai dibanding tadi pagi, sebab ada dua kereta yang jadwalnya berdekatan yaitu KA Walahar ekspres menuju Cikarang dan KA Cibatuan menuju Bandung. Tempat duduk lebih banyak terisi ketika pulang ke Cikarang, sebelah penulis seorang mahasiswa sebuah universitas di Bandung. "Naik kereta lokal lebih murah bang, 12 ribu udah nyampe Bandung" katanya.

kereta api walahar ekspres purwakarta

Penulis tiba di Cikarang sekitar pukul tujuh malam dan melanjutkan perjalanan dengan KRL menuju stasiun Jatinegara. Perjalanan yang seru, short escape satu hari PP Jakarta-Purwakarta. Selamat mencoba :)

Pengeluaran backpackeran ke Waduk Jatiluhur :

KRL Jatinegara - Cikarang = Rp 8.000 (PP)

Kereta Walahar Ekspress Cikarang - Purwakarta = Rp 8.000 (PP)

Angkot 03 dari stasiun purwakarta ke terminal ciganea = Rp 6.000 (PP)

Angkot 011 dari terminal ciganea ke waduk jatiluhur = Rp 20.000 (PP)

Sate Maranggi = Rp 35.000

Gojek ke stasiun = Rp 6.000.

Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
stasiun purwakarta

Waduk Jatiluhur menjadi tujuan pelarian singkat sabtu lalu. Penulis tertarik mengunjungi waduk ini setelah membaca Novel Negeri Para Bedebah yang mempunyai latar tempat salah satunya di Waduk Jatiluhur. Ya namanya juga cerita fiksi tentunya tidak betulan ada rumah keluarga Thomas di Waduk Jatiluhur, pun andai di sana ada yang namanya Thomas bukanlah Thomas penasihat keuangan yang berupaya menyelamatkan bank semesta dengan negosiasi dana talangan dari kementerian. Fiksi tetaplah fiksi, meski seseru apapun ceritanya. 

Ulasan singkat Tere mengenai Waduk Jatiluhur membuat penulis tertarik mendatangi waduk ini. Lokasinya terletak di Kabupaten Purwakarta-Jawa Barat,  jika diilihat di google maps jaraknya sekitar 100 km dari Jakarta dengan waktu tempuh sekitar tiga jam dengan berkendara motor. Karena motor penulis tidak terlalu mumpuni untuk jalan jarak jauh, jadilah penulis mencari alternatif lain yaitu menuju Kota Purwakarta terlebih dahulu dengan kereta api lalu dilanjutkan dengan menumpang angkot. Berangkat sama siapa ke sana? Sendirian saja atau solo traveling ke waduk Jatiluhur.

Tiket KA Lokal Walahar Ekspress

tiket kereta cikarang purwakarta 2022
setting pencarian tiket

Thanks to missnidy.com atas ulasan yang informatif mengenai pengalamannya menggunakan KA Lokal ke Bandung. Penulis pun mencoba memesan melalui aplikasi KAI Akses namun hasilnya "jadwal tidak ditemukan" , rupanya kita harus mengubah pengaturan pencarian dari KA Antar Kota ke KA Lokal terlebih dahulu. 

jadwal kereta lokal cikarang purwakarta 2022
jadwal bisa berubah, cek kai akses

Nama kereta api yang penulis gunakan adalah Walahar Ekspress dengan rute Cikarang menuju Purwakarta. Ada banyak pilihan jam keberangkatannya dari yang paling awal pada pukul 5:45 dan yang terakhir pukul 18:45. Karena mempertimbangkan waktu untuk menuju Cikarang sekitar satu jam, Penulis mengambil keberangkatan kedua pada pukul tujuh pagi. 

Lalu untuk tiket pulang dari Purwakarta ke Cikarang, Penulis memilih untuk mengambil jam keberangkatan terakhir pada pukul 17:45 WIB. Untuk pembayaran terdapat dua metode yaitu QRIS atau linkaja. Penulis sendiri menggunakan linkaja dengan biaya Rp 8.000 (PP).

Bukannya justru PR lagi ya ke stasiun Cikarang? bagi penulis tidak terlalu masalah karena letak kos dekat dengan stasiun Jatinegara jadi bisa pakai krl pukul 5:30 WIB menuju Cikarang dan tiba pada pukul 6:20 WIB. Masih aman dan tidak perlu khawatir ketinggalan kereta ke Purwakarta. Bagi sobat yang ingin mencoba silahkan survei dulu jadwal KRL dan KA lokalnya, sandingkan dan estimasikan sendiri waktunya:). Semua jadwalnya ada di KAI Akses, lengkap !. 

Lalu bagaimana syarat berpergiannya apakah harus menyertakan hasil tes antigen ketika masuk ke dalam kereta?  Yang penulis alami sendiri tidak ada syarat tersebut dan tidak diminta saat melakukan boarding, tidak seperti KA antar Kota pada umumnya. Namun tentunya kita harus tetap memperhatikan kesehatan masing-masing, kalau kondisi kurang fit janganlah memaksakan untuk pergi. Jangan lupa juga memakai masker dan membawa hand sanitizer.

Cerita perjalanan ke Purwakarta

stasiun jatinegara pagi hari

Tidak banyak perlengkapan yang penulis bawa saat traveling ke Purwakarta sabtu lalu. Tas backpack 15 liter yang penulis gunakan hanya berisi satu lembar baju cadangan, kamera, satu buku, cover bag, dan payung (musim hujan, sedia payung wkwk). Penulis berjalan kaki sekitar 1 kilometer dari kos menuju Stasiun Jatinegara pukul lima pagi. Jalanan masih sepi dan angkot belum ada yang melintas sepagi itu.

krl jatinegara ke cikarang
peron stasiun jatinegara

KRL yang ditunggu datang tepat waktu, tempat duduk nampak lengang hanya sedikit yang terisi. Situasi yang berbanding terbalik saat hari kerja yang penuh sesak. Penulis tiba di stasiun Cikarang pukul 6:20 dan harus tap out dulu dari peron kedatangan penumpang KRL. Setelah itu penulis mengikuti papan penunjuk arah menuju tempat boarding KA lokal. Tidak perlu cetak-cetak lagi, tinggal tunjukan saja e-ticket yang sudah mempunyai barcode.  

stasiun cikarang
stasiun cikarang

 
boarding ka lokal di stasiun cikarang
meja pengecekan tiket KA Lokal

Penulis langsung memasuki kereta dan mencari tempat duduk 13E yang penulis pilih saat memesan tiket. Rupanya tempat duduk yang dipilih menghadap ke belakang (bukan menghadap ke moncong kereta). Bukan masalah besar sih, tapi lebih nyaman aja kalau duduknya se arah dengan arah lajunya kereta. Syukurlah penumpangnya sepi saat itu, penulis bisa duduk di kursi nomor 14 dan bisa selonjoran hehehe.

ka walahar ekspres 2022

 
tempat duduk ka walahar ekspres 2022

Komposisi tempat duduk kereta 2-3 hadap-hadapan sama seperti kereta api kelas ekonomi pada umumnya. Ada dua colokan untuk ngecas dan WCnya bersih loh. Lama perjalanan sekitar 1,5 jam saja dan kereta api ini akan berhenti di tiap stasiun kecil. Penulis tidak menghitung sudah berapa kali keretanya berhenti saking banyaknya.

bangkai kereta di stasiun purwakarta
Sudah ada pagarnya

Sekitar pukul 8.40 kereta api Walahar Ekspress tiba di Stasiun Purwakarta. Bangkai kereta yang bertumpuk menjadi pemandangan yang familiar di stasiun ini. Penulis langsung keluar stasiun dan celingukan mencari angkot nomor 03 menuju terminal Ciganea. 

Bersambung dan silahkan baca lanjutannya di : Solo Traveling ke Waduk Jatiluhur.

Share
Tweet
Pin
Share
7 komentar
Newer Posts
Older Posts

Official Logo

Official Logo
Pada tanggal 8 Oktober 2022, blog ini mempunyai logo resmi untuk pertama kali. Sudah lama saya berkeinginan untuk membuat logo sebagai identitas blog, terima kasih kepada seseorang yang telah membantu mengkreasikan logo yang luar biasa ini. Logo ini sebagai bentuk semangat untuk terus konsisten dalam membagikan hal-hal yang bermanfaat. Dalam perjalanannya, saya mendapatkan banyak ucapan dan respon yang baik dari para pembaca. Terima kasih atas energi positifnya :)

Popular Posts

  • Transportasi Umum dari Pangkalpinang ke Sungailiat
  • Review Open Trip Overland Sumba Bersama Indonesia Juara
  • Naik Kapal Dari Muntok ke Tanjung Api-Api Membawa Mobil Pribadi
  • Perjalanan ke Banda Neira Dengan Pesawat Sam Air
  • Kolam Renang Bojana Tirta, Murah dan Nyaman

Tentang Penulis

Halo para pembaca, penulis adalah seorang pemuda kelahiran tahun ’97. isi blog ini seputar cerita dan catatan penulis ketika berkunjung di beberapa provinsi di Indonesia, tujuan membuat blog ini supaya dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama yang mempunyai hobi traveling. penulis dapat dihubungi dengan berkirim email ke dodonulis1@gmail.com

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

recent posts

    Pages

    • Privacy Policy
    • About Me
    • Disclaimer
    • Contact

    BloggerHub

    BloggerHub Indonesia

    Created with by ThemeXpose