Solo Traveling ke Ambon, City of Music yang Manis dan Romantis

by - 4/02/2022 08:45:00 PM

sunset jembatan merah putih ambon

Momen transit di sebuah kota harus dimanfaatkan, sayang sekali jika hanya berdiam di penginapan saja padahal bisa melihat-lihat kota sebentar. Ketika solo traveling ke Ambon pada maret yang lalu penulis  menyempatkan untuk berkeliling kota, realistis saja sih tidak terlalu menggebu ke destinasi yang jauh seperti ke Morea, Pantai Liang, ataupun Pantai Lubang Buaya karena waktunya pasti tidak cukup. 

Hanya Dalam waktu hitungan jam saja Penulis mengunjungi tempat-tempat rekomendasi wisata di Kota Ambon seperti Gong Perdamaian, taman Pattimura, Pantai Natsepa, dan memotret foto sunset yang manis di Jembatan Merah Putih Ambon.

Sebenarnya tujuan utamanya adalah ke Banda Neira. Namun sebelum berangkat ke sana dengan pesawat, penulis menginap satu malam terlebih dahulu di ambon. Sengaja memberikan jeda satu hari karena jadwal pesawat Ambon ke Banda Neira itu pada pukul tujuh pagi. 

Perkara tiket pesawat menuju Ambon yang penulis pesan beberapa kali mengalami perubahan jadwal dan rute. Seharusnya hanya transit di Makassar saja, namun transitnya bertambah dan singgah dulu ke Ternate. Bukan masalah besar, lumayan bisa melihat Gunung Gamalama meski sebentar saja. Sisi gak enaknya waktu berkeliling di Kota Ambon menyempit.

gunung gamalama ternate maluku
pintu keluar bandara pattimura ambon

25 Maret 2022, 13.25 WIT. Pesawat Sriwijaya Air Tipe 737-800 mendarat dengan halus di Bandara Pattimura Ambon. Karena tidak ada barang yang dititipkan di bagasi, penulis langsung menuju pintu keluar bandara. Kemudian menumpang angkot berwarna merah menuju Michael guest house. Jaraknya sih hanya satu kilometer saja dari bandara, tapi lebih baik menumpang angkot supaya menghemat tenaga, ongkosnya pun hanya dua ribu.

Penginapan Dekat Bandara Pattimura Ambon

Setibanya di penginapan, penulis bertemu dengan keluarga pak michael. Rupanya kamar di penginapan sudah penuh dan diisi oleh enam mahasiswa dari Jerman. Sedikit kecewa sih karena penulis sudah telepon seminggu yang lalu untuk booking satu kamar, bapaknya bilang "nanti bayarnya pas sudah sampai saja". Eh pas sampai malah gak kebagian kamar,hiks :(. Penulis direkomendasikan penginapan bernama Triple T yang berada di daerah Tawiri, lokasinya juga tidak jauh dari bandara. 

penginpana triple t ambon dekat bandara

Sesampainya di sana sempat terjadi nego dengan staf penginapan terkait harga :D akhirnya dapatlah harga 150 ribu untuk satu malam (padahal harga awalnya 175 ribu).  Jarak Bandara menuju pusat kota itu lumayan jauh, sekitar 45 menit. Oleh karena itu penulis menginap di dekat bandara saja karena keesokan harinya pesawat ke Banda Neira berangkat jam tujuh pagi. Untuk menuju Kota bisa menggunakan angkot, namun supaya lebih puas dan gampang berpindah-pindah spot penulis menyewa ojek. 

Rujak di Pantai Natsepa

pantai natsepa ambon

Tujuan pertama adalah menuju Pantai Natsepa yang mempunyai pasir putih yang indah. Namun saat penulis datang air lautnya sedang naik dan pasirnya dipenuhi air laut. "Di pantai Natsepa harus nyobain rujaknya kak" ujar bang James yang mengantar penulis. Cocok banget sih makan rujak siang-siang, meski matahari terik di Pantai Natsepa terdapat pohon-pohon yang rindang.  "Chilinya banyak apa sedikit adik?" tanya ibu penjualnya. Masyarakat ambon menyebut cabai dengan chili, kata lain yang diambil dari serapan bahasa asing adalah ucapan terima kasih yaitu danke.

Apa enaknya sih jalan sendirian? gak ada teman ngobrol. Justru itu serunya, karena gak ada teman ngobrol jadinya interaksi sama warga lokal lebih banyak. Meski bukan akhir pekan, Pantai Natsepa saat itu banyak didatangi pengunjung. Bahkan ada yang sedang duduk mengelilingi meja bundar, entah sedang membahas apa sepertinya cukup serius melihat laptop di depannya. Ada juga remaja yang nampaknya baru pulang dari sekolah, sambil menikmati menu rujak khas pantai Natsepa.

rujak natsepa di pantai ambon

Tujuan selanjutnya adalah menuju pusat kota namun tidak melewati Jembatan Merah Putih melainkan melewati jalan lingkar kota Ambon. Jika sobat perhatikan peta Pulau Ambon, geografis kotanya secara garis besar dipisahkan oleh teluk Ambon. Jembatan Merah Putih atau biasa disingkat JMP diresmikan pada tahun 2016 dan sangat menghemat waktu perjalanan dari kawasan Bandara menuju pusat kota. JMP adalah jembatan terpanjang di kawasan Indonesia Timur. 

Gong Perdamaian Dunia 

gong perdamaian dunia di ambon

Setibanya di pusat kota, Bang James memarkirkan sepeda motor di dekat alun-alun kantor gubernur. Penulis langsung berjalan kaki menuju Gong Perdamaian yang letaknya berdekatan dengan alun-alun. Gong ini berdiameter kira-kira dua meter, bagian tengahnya tergambar lambang agama seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Lalu dikeliling luarnya terdapat bendera negara di seluruh dunia. 

Gong ini diresmikan pada tahun 2009 yang lalu sebagai wujud perdamaian dan toleransi antar sesama umat manusia. Tragedi kemanusiaan pada tahun 1999 di Ambon tentunya menjadi peristiwa yang memilukan, semoga hal itu tidak pernah terjadi lagi. Karena tidak ada tempat untuk rasisme dan intoleran :).

Taman Pattimura 

taman pattimura di ambon

patung pattimura di ambon

Di dekat Gong Perdamaian terdapat taman Pattimura yang cukup luas. Penulis menyukai suasana di taman ini karena banyak anak-anak muda yang beraktivitas mengisi waktu sore seperti bermain basket, voli, dan ada yang berlatih teater. Nama taman ini diambil dari nama pahlawan yang berasal dari maluku yaitu Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura. Di taman ini terdapat patung beliau yang sedang mengenggam golok dan perisai. Di dekat tulisan taman terdapat monumen gitar yang menghadap ke jalan, pertanda merepresentasikan Ambon yang lekat dengan julukan "City of Music".

Mural Sang Legenda, Bung Glenn Fredly

mural glenn fredly di ambon

Kasih putih, Januari, Sedih Tak Berujung, dan masih banyak lagi masterpiece yang dipopulerkan oleh musisi yang telah berpulang pada April 2020 yang lalu ini. Pembuatan mural Bung Glenn di Kota Ambon sebagai wujud penghargaan kepada sang legenda yang dekat dengan masyarakat Maluku.

Jembatan Merah Putih

sore hari di jembatan merah putih ambon

Destinasi terakhir yang penulis kunjungi dan sebagai penutup perjalanan singkat di Ambon ini adalah Jembatan Merah Putih. Penulis meminta Bang James untuk mengantar penulis menuju ke bawah jembatan, karena menurut penulis di sanalah spot terbaik untuk memotret sunset Jembatan Merah Putih. Kota ambon yang bermandikan cahaya lampu menjadi objek foto yang penulis incar. 

spot sunset di teluk ambon

Anak-anak yang sedang mandi di teluk Ambon menjadi objek foto human interest penulis.  Beruntung sekali ketika cuaca mendukung dan nampak perlahan langit berwarna keemasan. Sebuah kapal besar yang sedang melintas menjadi pelengkap foto sore itu.  Saking antusiasnya memotret sampai lupa waktu, bang james yang menunggu di motor sampai ketiduran.

Catatan Solo Traveling di Ambon :

1. harga tiket pesawat Jakarta-Ambon bisa dilihat di Travoleka, Tiket.com, dll

2. Bagi yang sudah vaksin booster tidak diwajibkan swa/pcr

3. Bagi yang ingin mengejar flight pagi lebih baik menginap di dekat bandara saja, jarak ke kota lumayan jauh.

4. Saat balik dari Banda Neira, penulis menginap di Triple T lagi (bisa dilihat di google maps lokasinya). Lalu mencoba naik angkot menuju kawasan Wayame dengan tarif Rp 4.000. Di Wayame banyak coffe shop dan tempat makan dengan view teluk ambon.

You May Also Like

7 komentar