• Home
  • Sumatera
    • Aceh
    • Sumatera Utara
    • Sumatera Barat
    • Riau dan Kepri
    • Sumatera Selatan
    • Jambi
    • Bengkulu
    • Bangka Belitung
    • Lampung
  • Jawa
    • DKI Jakarta
    • Banten
    • Jawa Barat
    • Yogyakarta
    • Jawa Tengah
    • Jawa Timur
  • Kalimantan
    • Kalimantan Barat
    • Kalimantan Tengah
    • Kalimantan Utara
    • Kalimantan Timur
  • Sulawesi
    • Sulawesi Selatan
    • Sulawesi Tengah
    • Sulawesi Barat
  • Bali NTB NTT
    • Bali
    • Lombok
    • Sumba
    • Flores
  • Maluku dan Papua
    • Maluku
    • Papua
instagram Email

dodonulis

blog catatan perjalanan

tulisan city of makassar
Kota Makassar yang dulunya bernama ujung pandang merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kota ini mempunyai beragam daya tarik, mulai dari wisata kuliner, sejarah, budaya, dan alam. Pada tulisan kali ini penulis akan mencoba merangkum tempat apa saja yang bisa dikunjungi jika sobat hanya mempunyai waktu yang singkat di Makassar.

Pantai Losari
pantai losari sore hari
Tempat ini pasti sudah banyak yang kenal, Pantai Losari merupakan salah satu ikon Kota Makassar. Tempat yang selalu ramai dikunjungi oleh warga Makassar dan wisatawan dari luar Makassar untuk bersantai terutama saat akhir pekan.
patung tokoh dunia di pantai losari
Keunikan Pantai Losari yaitu ada banyak spot-spot foto menarik, seperti tulisan Pantai Losari, tulisan City of Makassar, dan tulisan nama-nama suku di Sulawesi Selatan. Terdapat juga patung tokoh-tokoh dunia yang sedang menghadap ke arah laut, patung ketiga tokoh tersebut adalah Patung Nelson Mandela, Patung Mahatma Ghandi dan Patung Syekh Yusuf. 
sunset di pantai losari
Waktu terbaik untuk mengunjungi Pantai Losari adalah sore hari, saat matahari akan terbenam. Dari pantai ini akan terlihat pemandangan senja yang sangat indah. Jika sobat berkunjung ke Makassar jangan lupa mampir ke Pantai Losari ya. 

Masjid Amirul Mukminin (Masjid Apung)
masjid apung makassar
Tidak jauh dari Pantai Losari, terdapat Masjid Amirul Mukminin yang dibangun di atas air laut yang dangkal. Hal itulah yang membuat masjid ini dijuluki masjid apung. Pada saat malam hari tiba, lampu-lampu yang berjejer di sekitar masjid akan menyala dan membuat refleksi indah di air laut. Masjid ini tidak begitu luas dan mempunyai bentuk bangunan yang unik.  

Masjid 99 Kubah
masjid 99 kubah makassar
Masjid 99 kubah menjadi ikon wisata terbaru di Kota Makassar. Bentuk kubahnya bertingkat-tingkat dan berwarna oranye yang cerah, membuat masjid ini terlihat cantik dan menakjubkan. Masjid ini terlihat jelas dari Pantai Losari, karena berseberangan dan dipisahkan oleh air laut.  

Jika sobat menyukai fotografi, cobalah memotret masjid ini dari Pantai Losari. Waktu terbaik adalah saat matahari akan tenggelam. Penulis belum pernah masuk ke dalam masjid ini karena saat itu belum selesai pembangunannya, hanya melihat dari Pantai Losari saja.

Benteng Rotterdam  
benteng rotterdam makassar
Salah satu wisata bersejarah di Kota Makassar adalah Benteng Rotterdam. Dibangun pada abad ke 15 oleh Raja Gowa ke-9, benteng ini menjadi saksi perjuangan warga Makassar mengusir Belanda. Halaman benteng ini sangat luas, dihiasi taman-taman yang rapi dan terawat.
halaman benteng rotterdam
Terdapat Museum yang menyimpan benda-benda bersejarah di dalam benteng ini. Terdapat juga miniatur kapal Phinisi yang berada di salah satu sudut museum. Jarak benteng Rotterdam hanya 1 km saja dari Pantai Losari.

Taman Nasional Bantimurung
air terjun bantimurung
Jika tempat-tempat yang penulis ulas sebelumnya berada di tengah Kota Makassar dan saling berdekatan satu sama lain. Nah, Taman Nasional Bantimurung lokasinya agak jauh dari tengah kota. Taman ini berada di wilayah Kabupaten Maros. Waktu tempuhnya satu jam dengan kendaraan bermotor dari Kota Makassar.

Ada banyak tempat menarik di kawasan Bantimurung, seperti tempat penangkaran kupu-kupu dan air terjun. Tempat ini bahkan dijuluki kerajaan kupu-kupu loh, mudah sekali menemukan kupu-kupu di kawasan ini. Tetap jaga kelestariannya ya sob.

Wisata Kuliner di Makassar
Sesuatu yang unik di tulisan kali ini, setelah pada tulisan sebelumnya penulis tidak pernah membahas makanan atau kuliner, maka pada tulisan ini penulis akan merekomendasikan makanan-makanan yang wajib dicoba di Makassar. 

Makassar adalah kota yang mempunyai daya tarik wisata kuliner yang terkenal kelezatannya. Berikut makanan-makanan khas Makassar yang pernah penulis coba :
1. Cobalah menikmati Coto Makassar, lokasi favorit penulis adalah warung coto yang terletak di Jalan Gagak No 27, Makassar. 
2. Sop Konro Karebosi di Jalan Gunung Lampobattang No 41-43, Pisang Utara, Makassar
3. Pallubasa di Jalan Onta Lama, Mandala, Kec. Mamajang, Makassar 
4. Pisang Epe di Pantai Losari Makassar
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kalimantan terkenal sebagai paru-paru dunia karena pohon-pohon tropis yang menjulang tinggi dan tumbuh lebat di dalamnya. Sungai-sungai besar meliuk-liuk di berbagai penjuru Kalimantan. Keanekaragaman flora dan fauna menjadi mahkota di hutan Kalimantan, bahkan mahkota Indonesia yang perlu dijaga kelestariannya.
labuan cermin
Selain itu, Pulau Kalimantan mempunyai pesona bahari yang menakjubkan. Terletak di Kalimantan Timur tepatnya di Kepulauan Derawan. Pesonanya tidak kalah eksotis dengan daerah lain yang terkenal di Indonesia seperti Bali, Raja Ampat, Labuan Bajo, ataupun Togean.

Menuju ke Kepulauan Derawan
Jika sobat ingin berkunjung ke Derawan, sobat bisa memesan tiket penerbangan dari Jakarta menuju Bandara Kalimarau di Berau atau bisa juga menuju Bandara Juwata di Tarakan. Sobat harus survei harga terlebih dahulu sebelum memesan tiket penerbangannya. Biasanya tiket penerbangan Jakarta-Tarakan lebih murah.

Saat itu penulis memesan tiket pergi dari Jakarta menuju Tarakan, lalu tiket pulang dari Berau menuju Jakarta. Jadi bisa merasakan kedua-duanya dan membandingkan lama perjalanannya. Penulis saat itu menggunakan tiket promo maskapai Sriwijaya Air. 

Jika sobat datang dari Bandara Juwata Tarakan, sobat melanjutkan perjalanan darat menuju Pelabuhan Tengkayu 1.  Lalu sobat melanjutkan perjalanan dengan speedboat ke Pulau Derawan selama kurang lebih tiga jam. 

Jika sobat datang dari Bandara Kalimarau Berau, sobat melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Tanjung Batu. Lalu lama perjalanan menuju Pulau Derawan dari Tanjung Batu kurang lebih satu jam dengan speedboat.  

Saat itu penulis menggunakan paket open trip salah satu agen perjalanan selama 4 hari 3 malam. Penasaran bagaimana keindahan Derawan? berikut catatan-catatan penulis ketika berkunjung pada 8 September 2018 yang lalu.

Berenang Bersama Hiu Paus di Perairan Talisayan
hiu paus perairan talisayan

Hiu Paus atau Whale Shark adalah salah satu ikan laut yang besar di dunia. Dapat dijumpai di beberapa wilayah Indonesia seperti di perairan Teluk Cenderawasih dan Gorontalo . Salah satu tempat lainnya yaitu di Perairan Talisayan Kepulauan Derawan.

Untuk melihat hiu paus, waktu yang tepat adalah Pukul lima hingga delapan waktu setempat. Hiu Paus pada jam tersebut biasanya berenang di sekitar bagan nelayan di Perairan Talisayan. Beruntung saat itu terdapat dua hiu paus yang sedang berenang di sekitar bagan. Belum tentu setiap hari hiu paus dapat dijumpai di sini, tergantung cuaca dan ombak. 

Meski bertubuh besar, hiu paus tidak berbahaya jika ingin berenang di dekatnya. Namun, hal tersebut dapat berbahaya jika sobat memegang bagian tubuh hiu paus, Sangat dilarang ! 

Berkunjung ke Pulau Manimbora a.k.a Pulau Spongebob
pulau manimbora
Julukan Pulau Spongebob disematkan ke pulau cantik ini karena bentuknya seperti pulau yang ada di bagian pembuka serial animasi spongebob. Pulau tersebut berada di tengah laut dan terdapat beberapa pohon kelapa yang tumbuh di dalam pulau kecil ini.

Jika air laut sedang surut, hamparan pasir putih akan terlihat memanjang indah di pulau yang tidak berpenghuni ini. Air laut di dekat pasirnya pun biru dan jernih. 

Labuan Cermin
danau labuan cermin
Kenapa dinamakan Labuan Cermin? karena danau ini mempunyai air jernih dan membuat sinar cahaya memantul. Akar-akar pohon yang berada di dalam air danau dapat terlihat dari atas dermaga danau. Pepohonan yang rimbun di sekitar danau membuat suasana teduh dan sejuk.

Cobalah untuk masuk ke dalam air untuk berenang dan menikmati kesegaran air danau yang dalamnya berkisar antara 4-5 meter ini. Jika sobat tidak pandai berenang, di sini disediakan sewa pelampung juga loh.

Pulau Maratua, Maldives-nya Indonesia
pulau maratua
Pulau Maratua mempunyai pasir putih dengan warna air laut yang berwarna biru dan jernih. Bahkan ikan-ikan yang sedang berenang terlihat dari atas dermaga. Di Pulau ini terdapat Resort dan Cottage yang disewakan, harganya cukup mahal.

Penulis hanya berkunjung beberapa jam saja di pulau eksotis ini. Saking indahnya pulau ini diberikan julukan "Maldivesnya Indonesia" loh.

Berenang Bersama Ubur-ubur di Pulau Kakaban
ubur ubur kakaban
Setiap tempat yang penulis kunjungi di Derawan sangat menarik. Penulis selalu takjub atas karunia tuhan yang dititipkan kepada Kepulauan ini. Hal yang paling menarik menurut penulis di Derawan adalah Pulau Kakaban. Tempat dimana dapat dijumpai banyaknya ubur-ubur yang tidak menyengat.

Ubur-ubur berjenis golden jellyfish ini tidak membahayakan loh, Namun harus tetap hati-hati ketika berenang bersama ubur-ubur ini, karena mereka ringkih dan mudah mati jika terkena benturan yang keras. Dilarang menggunakan kaki katak saat berenang, harus hati-hati sekali jangan sampai merusak mahkotanya kakaban ini.

Di dalam kawasan Pulau Kakaban juga terdapat Kehe Daing, sebuah laguna dengan air berwarna hijau toska.  Sebelum sampai ke laguna, penulis melewati lorong seperti gua dengan menerabas arus air yang tidak terlalu deras. Sebetulnya bisa lewat jalur darat atau berjalan kaki dari atas gua menuju laguna, namun sensasinya beda.

Pulau Sangalaki, Tempat Konservasi Penyu 
Pulau Sangalaki adalah tempat konservasi penyu-penyu untuk bertelur dan menetaskan tukik. Di Pulau ini juga terdapat pemandangan pantai dengan pasir putih yang lembut. Air lautnya juga biru berpadu dengan warna langit saat itu.  

Berenang Bersama Manta Ray
ikan pari manta di kepulauan derawan
Lokasi manta point berada di dekat Pulau Sangalaki, tempat ikan pari manta berenang dan beberapa kali menampakkan diri ke permukaan. Penulis pun mencoba untuk berenang ke dalam air laut, namun arus air laut yang kencang membuat penulis tidak bisa berlama-lama saat itu. 

Saat itu hanya terlihat beberapa ekor saja, kalau tidak salah perhitungan hanya sekitar tiga ekor saja yang terlihat. Info dari guide, ikan pari manta bisa lebih banyak dari itu.

Senja di Pulau Derawan
senja di derawan
Penulis menginap di salah satu water villa di Pulau Derawan. Harganya lebih murah dibanding resort di Pulau Maratua yang tadi dikunjungi. Di bawah air dekat villa terdapat beberapa ekor penyu yang sedang berenang pelan.

Setelah puas mengunjungi beberapa tempat di Kepulauan Derawan, penulis pun beristirahat di sini selama beberapa malam. Adapun aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyimak senja di pelabuhan ataupun di dekat penginapan.
milky way
Malam harinya langit sedang cantik-cantiknya, ditaburi bintang-bintang. Lalu penulis diajari oleh teman memotret milky way yang saat itu dapat terlihat. mengagumkan.
   
 
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) merupakan habitat satwa orang utan yang terletak di Provinsi Kalimantan Tengah. Penulis mengunjunginya pada 29 September 2018 yang lalu.

Jika sobat ingin mengunjungi taman nasional ini, bandara terdekatnya yaitu Bandar Udara Iskandar di Pangkalan Bun.  Adapun pilihan armada pesawat yang menyediakan penerbangan langsung dari jakarta menuju pangkalan bun adalah Trigana Air dan Nam Air. Saat itu penulis menggunakan pesawat Nam Air dengan tiket promo.

Setelah tiba di Pangkalan Bun, sobat melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Kumai. Untuk menuju Tanjung Puting sobat harus menyewa kapal klotok dari pelabuhan kumai. Disarankan pergi secara berkelompok sekitar 6-10 orang, supaya lebih hemat sharecost sewa klotoknya. 

Sobat bisa Live on Board atau menginap beberapa hari di kapal klotok, tergantung kesepakatan dengan pemilik kapal.  Saat itu penulis bersama sembilan teman yang lain menyewa kapal klotok hanya untuk satu hari saja.  Di antara teman-teman tersebut, ada satu orang perempuan yang sudah melanglang dan berpengalaman dalam traveling baik dalam negeri maupun luar negeri. Salut !

Pukul 9.30 WIB, kapal klotok meninggalkan Pelabuhan Kumai, Petualangan itu pun dimulai, tanpa sinyal seluler ! Pemandangan pertama yang dipotret adalah pohon-pohon nipah berjejer di pinggir sungai, lalu penulis melihat beberapa perahu warga melintasi Sungai Sekonyer.

Memasuki Sungai Hitam di Tanjung Puting

kapal klotok di tanjung puting

Alami dan lestari, hal itulah kesan ketika kapal klotok menyusuri Sungai Sekonyer. Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan pohon-pohon yang rindang dan berjejer di pinggir sungai. Pohonnya melambai-lambai, bergerak daun-daunnya. 

Bukan karena angin, melainkan monyet-monyet yang bergelantungan saling kejar satu sama lain. Seolah-olah ingin mengucapkan selamat datang kepada kami yang mengunjungi rumah mereka. Penulis antusias ketika melihat bekantan dengan warna bulu oranye dan hidung panjang. Ah sayangnya lensa kamera penulis tidak mampu memotret mereka lebih dekat. 
sungai hitam atau black river di tanjung puting
Kapal Klotok mulai memasuki jalur sungai kecil dan sempit dengan warna air hitam kemerah-merahan. Jalur sungai ini dijuluki "Black River". Kesannya menyeramkan sekali sob, apalagi di pinggir kanan dan kiri sungai terdapat pohon-pohon tinggi yang rimbun. Lalu terdapat juga batang-batang pohon rambat yang berada di bibir sungai. 

Air hitam di sungai ini bukan karena kotor dan tercemar loh, melainkan karena kayu dan akar-akar yang tumbuh di dasar sungai. Tidak disarankan untuk mandi di sungai ini ya sob, infonya ada buaya yang hidup di sungai ini. 

Tiba di Camp Leakey

Setelah dua jam menyusuri sungai, tibalah klotok berhenti di Camp Leakey, Tempat memberi makan orang utan. Ada tiga camp yang ada di Taman Nasional Tanjung Puting, dua camp yang lain bernama Tanjung Harapan dan Pondok Tanggui. Penulis hanya mengunjungi pos tiga saja. Jika sobat menyewa kapal dua hari atau lebih, mungkin bisa mengunjungi ketiga-tiganya.

camp leakey tanjung puting
Klotok tiba di dermaga Camp Leakey dan parkir bersebelahan dengan klotok lain yang sudah duluan sampai. Di Camp Leakey terdapat pusat penelitian orang utan loh, rumah informasi mengenai orang utan ada juga di sini. 

Untuk menuju feeding station, penulis melewati jalan kayu dan jalan tanah. Saat di perjalanan bertemu dengan monyet-monyet yang cukup agresif, untungnya tidak ada yang menganggu. Saat tiba di feeding station, rupanya sudah ramai pengunjung domestik dan mancanegara. Tali pembatas dipasang sebagai tanda bahwa pengunjung tidak boleh mendekat ke area tempat makan orang utan. 

Petugas Taman Nasional mulai berseru-seru memanggil orang utan untuk mendekat dan memakan pisang yang telah disediakan. Cukup lama menunggu, orang utan pun tak kunjung datang. Ternyata feeding station ini baru saja pindah dari tempat yang lama sehingga orang utannya perlu penyesuaian. Syukurlah satu primata datang menghampiri pisang yang telah disediakan, meskipun bukan orang utan yang penulis ingin lihat.
primata orang utan di tanjung puting
Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, penulis kembali menuju klotok dan menyudahi kunjungan di Camp Leakey. 

Kapal Menabrak Kayu, Sebuah Berkah

Klotok pun kembali menyusuri sungai sekonyer, tetapi terdapat sebuah insiden di tengah perjalanan pulang. Penulis pun tidak tahu mengapa klotok bisa keluar jalur tengah dan menabrak kayu di pinggir sungai. Hepotesanya mungkin karena pengemudi mengantuk.
klotok di tanjung puting malam hari
Klotok kami pun terhenti cukup lama, syukurnya ada klotok lain yang mendekat dan membantu. Setelah berhasil diperbaiki dan kembali ke tengah sungai, klotok pun kembali melaju. Langit mulai gelap, berkah dari insiden tadi adalah penulis dapat merasakan sensasi berada di klotok pada malam hari. 

Penulis memandangi langit yang sedang ditaburi bintang malam itu, milky way terlihat dengan mata kosong. Langit yang bersih tanpa polusi. Namun klotok yang terus melaju membuat penulis tidak bisa memotret milky way. Meski telah mencoba tetap saja tidak berhasil, karena klotok terus bergerak.

Mendekati kawasan pohon nipah, penulis dikejutkan dengan kerlip-kerlip cahaya yang berterbangan. Rupanya kunang-kunang, penulis senang sekali melihat gerombolan kunang-kunang yang jumlahnya banyak sekali. Mereka terbang di antara pohon-pohon nipah, bahkan ada yang mendekati klotok. Berkah di balik insiden kapal menabrak kayu :).

Penulis tiba di Pelabuhan Kumai sekitar pukul 21.00 WIB, Akhirnya dapat sinyal seluler lagi. Penulis bersama teman langsung menuju ke penginapan dan mengakhiri Trip Tanjung Puting yang menyenangkan ini.

Seorang teman memberitahu penulis kalau Taman Nasional Tanjung Puting ini merupakan salah satu latar tempat novel Supernova yang berjudul Partikel karya Dee Lestari. Hal itu membuat penulis tertarik membaca supernova dari seri awal. Tetapi belum sampai Partikel, sepertinya menarik :).
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Setelah mengunjungi Kota Singkawang (Catatan Perjalanan ke Singkawang), Penulis kembali ke Kota Pontianak dan mengunjungi beberapa tempat di sana. Penulis  mempunyai waktu kurang lebih 11 jam untuk berkeliling di Kota Pontianak karena harus kembali ke Jakarta pada pukul 20.10 WIB. 

Mobil yang penulis tumpangi tiba di Kota Pontianak pada hari Minggu pukul 9.00 WIB, penulis meminta langsung diantar menuju Tugu Khatulistiwa. Berikut ulasan catatan-catatan penulis ketika berada di Kota Pontianak.

Tugu Khatulistiwa, Penanda dilewati garis lintang 0 derajat
 
Kota Pontianak dikenal sebagai sebutan Kota Khatulistiwa, karena dilewati oleh garis equator atau garis lintang nol derajat. Ada beberapa daerah lain di Indonesia yang juga dilewati oleh garis ini, Pontianak salah satunya. 

tugu khatulistiwa
Sebagai penanda dilewai oleh garis khatulistiwa, dibangunlah sebuah tugu yang letaknya berada di Jalan Khatulistiwa, Kecamatan Pontianak Utara. Tugu ini dibangun pada tahun 1928, pada awalnya hanya berbentuk tonggak dengan anak panah. Seiring perkembangan zaman, dilakukanlah beberapa renovasi sehingga bentuknya seperti saat ini.

Penulis masuk ke dalam bangunan yang berbentuk seperti kubah, lalu di tengah bangunan terdapat tonggak dengan anak panah. Terdapat informasi yang edukatif mengenai ilmu geografi di dinding-dinding bangunan. Lalu ada juga sejarah pembangunan tugu dari awal pembuatan, dulunya dibangun dalam rangka ekspedisi geografi. 

Cobalah datang pada saat peristiwa titik kulminasi Matahari pada tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September.

Bertemu Dengan Orang Baik

Setelah mengunjungi Tugu Khatulistiwa, penulis mencoba memesan ojek online menuju Masjid Sultan Syarif Abdurrahman yang letaknya berdekatan dengan Keraton Kadriah. Namun selama kurang lebih 30 menit menunggu, tidak ada driver yang mau mengambil pesanan penulis.

Penulis sempat kebingungan menggunakan transportasi apa, penulis duduk di sebuah halte bus dan berpikir sejenak. Lalu dari kejauhan ada sebuah angkot yang lewat, penulis pun melambaikan tangan meminta berhenti. Angkot tersebut belum ada penumpang satu pun dan yang mengendarainya seorang bapak kisaran 50 tahun, penulis menanyakan apakah angkot ini akan melewati Keraton Kadriah. 

"Tidak nak, angkotnya hanya sampai terminal dan masih lumayan jauh jaraknya ke keraton" jawaban bapak itu membuat penulis kembali kebingungan. Lalu bapak itu dengan baik hatinya bilang "ayoklah naik, nanti bapak antar sampai sana". Beruntungnya penulis saat itu bertemu dengan orang baik. Mobil angkot berjalan pelan sekali, mungkin kecepatannya hanya sekitar 40 km/jam. Penulis mengobrol dengan bapak itu dan saling bertanya banyak hal.

Masjid Sultan Syarif Abdurrahman
masjid sultan syarif abdurrahman pontianak

Masjid ini dikenal juga dengan Masjid Jami',  merupakan masjid tertua di Kota Pontianak. Didirikan pada tahun 1778, masjid ini terletak di Kampung Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Masjid ini menjadi bangunan penting yang bersejarah dari Kesultanan Pontianak.

Jika ingin mengetahui sejarah lebih jauh tentang Kesultanan Pontianak, cobalah berkunjung ke Keraton Kadriyah yang letaknya berdekatan dengan masjid ini.
masjid jami keraton pontianak
Arsitektur masjid ini mirip dengan masjid-masjid keraton yang ada di pulau jawa. Atapnya berundak-undak dengan bentuk yang semakin mengecil hingga bagian atas. Penulis masuk ke dalam masjid, bertepatan juga dengan waktu salat zuhur. Di dalam masjid terdapat banyak tiang penyanggah yang terbuat dari kayu. 

Keraton Kadriah

Seperti yang penulis sebutkan sebelumnya, lokasi keraton berdekatan dengan masjid yang tadi penulis kunjungi. Penulis hanya berjalan kaki sekitar 500 meter saja. Penulis melewai jalan kecil yang berada didekat Sungai Kapuas. Lalu penulis melihat sebuah dermaga sepit dan pengendara sepit yang sedang duduk-duduk di sekitar dermaga.

keraton kadriyah pontianak
Keraton Kadriyah merupakan bangunan yang bersejarah bagi Kota Pontianak. Bangunan ini berbahan kayu dan didominasi warna kuning. Terdapat meriam yang mengarah ke arah pintu pagar. Tentunya meriam ini sudah tidak berfungsi lagi.

Penulis masuk ke dalam keraton, lalu terdapat seorang guide yang menemani penulis dan menjelaskan sejarah pendirian keraton ini. Terdapat silsilah sultan pontianak yang terletak di dinding-dinding keraton, lalu informasi tentang sejarah Kesultanan Pontianak juga ada. 

Sisi unik Selama Solo Traveling di Pontianak, Naik Sepit

Penulis tidak menyewa kendaraan motor selama berada di pontianak, jadi sarana transportasi selama mengunjungi tempat-tempat wisata di Pontianak adalah dengan menggunakan sepit dan ojek online.
sepit di sungai kapuas pontianak
Sepit adalah perahu terbuka yang mempunyai mesin di bagian belakang. Digunakan untuk mengangkut penumpang dengan daya tampung 4-7 orang. Sepertinya alat transportasi sungai ini masih sering digunakan oleh warga sekitar. Memang terdapat Jembatan Kapuas yang menghubungkan Pusat Kota Pontianak dengan daerah lain, tetapi dengan adanya sepit lebih menghemat waktu yang terpakai. 

Setelah mengunjungi Keraton Kadriah, penulis menghampiri pengemudi sepit di dermaga. Penulis meminta untuk di antar menuju taman alun-alun Kapuas, biayanya Rp.15.000. Penulis juga tidak tau pasaran harganya berapa, jadi asal naik saja tanpa menawar. Bingung juga mau nawar kalau tidak tau harga pasar :D. 

Ada sebuah novel fiksi tentang pengemudi sepit di Pontianak, judulnya Aku, Kau, dan Sepucuk Angpau Merah. Di dalam novel fiksi tersebut diceritakan keseharian pengemudi sepit yang mengagumi penumpang bernama mei, gadis keturunan tionghoa. Bisa dibaca kalau sedang senggang, menarik ceritanya hehehe.

Taman Alun-alun Kapuas
taman alun alun kapuas
Setelah sepit tiba di sebuah dermaga dekat Taman Alun-alun Kapuas, penulis menjumpai keramaian di taman ini. Rupanya sedang diadakan sebuah kegiatan karnaval budaya. Pesertanya menggunakan pakaian adat kalimantan, seperti pakaian adat Suku Dayak, Pakaian Adat Melayu, dan bahkan ada yang menggunakan pakaian Adat Madura.

Taman Alun-alun Kapuas selalu ramai ketika akhir pekan. Infonya tempat ini juga ramai dikunjungi saat malam hari loh. Ada sebuah kapal wisata keliling sungai yang disediakan, tarifnya Rp.15.000. Penulis tidak tahu rutenya sampai mana saja karena saat itu tidak mencobanya.

Terdapat replika tugu khatulistiwa di salah satu sisi taman, agak menjorok ke sungai lokasinya. Lalu saat itu sedang ada kegiatan melukis, penulis pun tertarik memotret salah satu pelukis yang sedang memegang kuas. 

Rumah Radakng
Waktu masih menujukkan pukul 14.00 WIB, penulis memesan ojek online lalu berangkat menuju Rumah Radakng. Terletak di jalan Sutan Syahrir, Kota Baru, Pontianak. Namanya cukup unik, Dalam Bahasa Dayak berarti rumah panjang.

rumah radakng pontianak
Bentuk Rumah Panggung yang terbuat dari kayu, yang paling unik dari rumah adat ini adalah bentuknya yang memanjang. Saking panjangnya lensa kamera penulis tidak bisa mengambil foto semua bagian rumah ini tanpa terpotong. Harus pakai mode tambahan.

Masjid Raya Mujahidin Pontianak
masjid raya mujahidin pontianak
Penulis masih mempunyai waktu yang cukup lama, penulis pun menuju masjid besar ini. Berwarna dominan putih pada bagian dinding masjid, lalu kubahnya berawrna merah. Sekilas masjid ini bernuansa timur tengah dan mempunyai halaman yang luas.

Penulis cukup lama berada di masjid ini, Menumpang ke kamar mandi sejenak lalu sempat rebahan di bagian serambi masjid. Sekitar pukul lima sore penulis memesan gojek menuju Bandara Supadio Pontianak. 

Sekian catatan penulis ketika berada di Pontianak, Semoga dapat bermanfaat.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ketika mencari referensi tempat-tempat yang akan dikunjungi di provinsi Kalimantan Barat, penulis sempat kebingungan. Ada begitu banyak tempat-tempat menarik di Provinsi ini. Namun terkendala apakah waktunya pas atau tidak dengan jatah libur penulis di kantor.  

Penulis mendapatkan jatah cuti selama 12 hari dalam satu tahun. Itu pun sudah penulis bagi-bagi porsinya ke tempat lain yang penulis kunjungi pada tahun 2018. Penulis pun memutuskan untuk mengunjungi provinsi ini hanya pada saat libur akhir pekan saja. Saat itu menggunakan tiket penerbangan promo Sriwijaya Air, jadinya dapat harga yang murah hanya membayar airport tax saja.

Setelah menelusuri informasi dan menemukan banyak tempat yang menarik, mengerucutlah dua tempat/daerah. Pertama, Pos Lintas Batas Negara Entikong menjadi salah satu tempat yang cukup realistis, lama perjalanan lima sampai enam jam saja dari Kota Pontianak. Bisa PJKA (Pergi Jumat malam, Kembali Ahad), tidak perlu menggunakan cuti.

Kedua, Berkunjung ke Singkawang. Lama perjalanan dari Kota Pontianak sekitar tiga jam saja, lalu tempat-tempat wisatanya juga sangat menarik. Penulis tertarik melihat Bukit Jempol yang ada di Singkawang, alasannya karena di dekat kampung penulis juga mempunyai bukit yang dijuluki bukit jempol. Lalu Kota Singkawang juga dijuluki kota seribu kelenteng, karena di sana banyak dijumpai banyak kelenteng. 

Perjalanan ke Singkawang 

vihara tri dharma bumi raya singkawang
Baiklah, sepertinya sobat sudah tau penulis akan mengunjungi yang mana, terlihat dari judul blog post ini. Pagi hari tanggal 13 Oktober 2018 penulis tiba di Bandara Supadio Pontianak, lalu berjalan ke arah pintu kedatangan. Di Bandara Supadio terdapat sebuah replika tugu khatulistiwa yang dipajang di salah satu sudut bandara. Menarik perhatian penumpang yang baru saja datang, beberapa ada yang foto selfie dengan replika tugu tersebut.

Penulis keluar dari pintu kedatangan, berpakaian kemeja flanel biru dengan kancing yang dibiarkan terbuka lalu memakai kaos berwarna putih. Itulah petunjuk yang penulis berikan kepada sopir taksi yang sedang berbicara diujung telepon. Setelah bertemu penulis pun naik ke dalam mobil yang telah berisikan tiga orang penumpang lainnya. 

Penumpang yang duduk di kursi depan yaitu seorang ibu berusia kisaran 40 tahunan, lalu duduk di samping penulis perempuan berusia kisaran 30 tahunan, lalu di kursi bagian belakang seorang bapak berusia kisaran 40 tahunan. Sepertinya tidak ada yang mengenal satu sama lain di mobil ini, hampir tidak ada percakapan selama perjalanan, hanya Pak Sopir yang sibuk berbicara dengan telepon genggamnya. Oh iya, tarif mobil taksinya adalah Rp.150.000 saat itu.

Sepanjang perjalanan selama tiga jam penulis bermain gawai, kadang melihat pemandangan di sepanjang perjalanan. Mobil pun sempat singgah di sebuah rumah makan yang letaknya dekat dengan bibir pantai. Ah penulis lupa nama rumah makannya, bentuknya sederhana dan harga makananya pun tidak terlalu mahal. 

Saat berada di rumah makan, penulis mendengar warga yang sedang mengobrol, penulis sedikit mengerti bahasa yang mereka gunakan. Sepertinya menggunakan bahasa melayu kalimantan. Setelah selesai makan mobil pun kembali melaju dan tiba di Singkawang pada pukul 12.30 WIB.

Mendaki Gunung Poteng, Balik Kanan Karena Hujan

Penulis bertemu dengan seorang teman laki-laki yang tinggal Singkawang, seumuran dengan penulis. Namanya Randa yang berbakat di bidang musik, penulis yakin jika terus mengasah kemampuannya , dia akan berhasil meraih kesuksesan di bidang ini.

Setelah bertemu dengan Randa, penulis pun diantar dengan sepeda motor menuju kaki gunung poteng. Sepeda motor melintas di jalanan Kota Singkawang. Setelah kurang lebih 20 menit penulis pun tiba di kaki Gunung Poteng, lebih mirip seperti bukit karena tidak terlalu tinggi. Rupanya sudah ada beberapa teman Randa yang telah menunggu,  mereka akan bersama-sama dengan penulis naik ke atas.

Gunung Poteng masuk ke dalam kawasan Cagar Alam Gunung Raya Pasi, oleh karena itu harus dijaga kelestariannya. Jika beruntung, selama pendakian ke Gunung Poteng akan bertemu dengan Bunga Rafflesia. Untuk sampai ke puncak pun tidak memerlukan waktu yang lama, sekitar tiga jam. 
 
Namun baru sebentar berjalan, sayangnya saat itu hujan turun dengan deras. "Jika kita melanjutkan naik, percuma juga sampai atas pasti viewnya tertutup kabut. Tetapi jika turun kembali sayang sekali sudah jauh-jauh datang tetapi tidak sampai puncak" Ujar Randa. Penulis memilih untuk turun saja, karena jalurnya juga akan licin dan membahayakan. Lupakan ambisi untuk ke puncak, karena itu bukan tujuan utama.

air terjun bukit poteng
Meski tidak naik ke puncak gunung, Penulis masih bisa melihat air terjun yang bercabang dua di dalam kawasan ini. Terdapat juga saluran pipa air yang dulunya digunakan oleh masyarakat setempat untuk keperluan air bersih.

air terjun yang ada di bukit poteng
Terdapat juga air terjun lain yang penulis jumpai di kawasan Gunung Poteng. Airnya jatuh ke sebuah danau yang tidak begitu luas. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitar air terjun mempercantik pemandangannya. 

Batu Belimbing, Tempat Melihat Panorama Gunung Poteng
batu belimbing singkawang
Penulis bersama randa melanjutkan perjalanan menuju Batu Belimbing, dinamai seperti itu karena bentuk bebatuan besar ini mirip seperti buah belimbing, terbentuk karena proses alamiah erosi dan pelapukan . Randa bercerita kalau pemandangan batu belimbing saat ini jauh berbeda dengan pemandangan beberapa tahun yang lalu. Dulunya terletak di tengah semak-semak. Pemerintah setempat mempercantik objek wisata ini dengan menggerus tanah dan membuat danau buatan yang mengelilingi batu.

Oh ya, dilarang mandi di dalam air danau ya sob. Berbahaya karena tekstur dasar danau berlumpur. Cukup memandangi panorama yang indah saja ya. Namun cuaca masih belum bersahabat setelah hujan berhenti, kabut menggelayut menutupi pemandangan gunung poteng. Cukup lama penulis menunggu kabutnya bergeser.

bukit jempol singkawang
Buah manis sebuah kesabaran, kabut pun perlahan bergeser ke area yang lain. Bentuk jempolnya kelihatan cukup jelas. Gunung Poteng dijuluki jempol karena puncaknya berbentuk seperti jempol tangan manusia. Bentuk gunung/bukit yang menyerupai jempol tangan manusia ini juga ada di daerah lain loh. Tepatnya di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.

Berteduh di Sebuah Gereja

Setelah mengunjungi Batu Belimbing, penulis pun menuju ke penginapan di tengah Kota Singkawang. Sebetulnya Randa sudah menawarkan untuk menginap di rumahnya saja, tetapi penulis menolak karena sudah memesan kamar di sebuah penginapan, kebetulan dapat promo juga jadi harganya lebih murah.

Di Kota Singkawang, sangat mudah menjumpai penginapan dengan berbagai pilihan tarif dan fasilitas. Wajar saja karena kota ini sering dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara terutama saat perayaan Cap Go Meh. 

Di tengah perjalanan menuju penginapan, hujan kembali turun deras. Penulis pun diajak singgah berteduh di sebuah gereja. Gereja tersebut terletak di kawasan SMP St. Aloysius Gonzaga Nyarumkop. 

Penulis pun diajak masuk ke dalam gereja, ini merupakan kali pertama penulis memasuki tempat ibadah umat kristen. Penulis duduk di kursi belakang sambil menyaksikan anak-anak yang sedang melantunkan nyanyian untuk keagungan tuhan mereka.

Vihara Tri Dharma Bumi Raya

Setelah hujan reda, penulis pun melanjutkan perjalanan dan tiba di penginapan pukul tujuh malam. Penulis pun langsung mandi dan berganti pakaian. Setelah itu makan malam di dekat penginapan. Penulis lalu mengunjungi Vihara Tri Dharma Bumi Raya.
vihara tri dharma bumi raya singkawang
Seperti yang penulis sebutkan di awal-awal tulisan, Kota Singkawang terkenal dengan julukan kota seribu kelenteng. Salah satunya Vihara Tri dharma Bumi Raya yang sudah ada sejak tahun 1878, merupakan salah satu vihara tertua di Singkawang. 

Saat itu vihara sudah tutup dan penulis tidak bisa masuk ke dalam. Hanya bisa memotret dari luar saja. Di dekat vihara terdapat Masjid Raya Singkawang yang berukuran cukup besar. Penulis pun sempat berjalan menuju ke depan masjid meski tidak masuk karena sudah tutup. Sudah Malam :).

Jika sobat tertarik menunjungi Kota Singkawang, waktu terbaiknya adalah saat perayaan Cap Go Meh. Tetapi harus disiapkan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan, karena hotel di sini akan cepat penuh saat perayaan Cap Go Meh.

Penulis pun kembali ke penginapan untuk beristirahat, lalu pamit dengan teman penulis dan mengucapkan terima kasih telah menemani penulis selama di Singkawang. Keesokan harinya pada pukul 6.00 WIB Penulis berangkat menuju Kota Pontianak.

Sekian ulasan catatan perjalanan penulis di Singkawang, terima kasih telah membaca dan semoga bermanfaat. Catatan perjalanan penulis di pontianak dapat dibaca pada "Tempat Wisata Menarik di Pontianak"
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Official Logo

Official Logo
Pada tanggal 8 Oktober 2022, blog ini mempunyai logo resmi untuk pertama kali. Sudah lama saya berkeinginan untuk membuat logo sebagai identitas blog, terima kasih kepada seseorang yang telah membantu mengkreasikan logo yang luar biasa ini. Logo ini sebagai bentuk semangat untuk terus konsisten dalam membagikan hal-hal yang bermanfaat. Dalam perjalanannya, saya mendapatkan banyak ucapan dan respon yang baik dari para pembaca. Terima kasih atas energi positifnya :)

Popular Posts

  • Transportasi Umum dari Pangkalpinang ke Sungailiat
  • Naik Kapal Dari Muntok ke Tanjung Api-Api Membawa Mobil Pribadi
  • Review Open Trip Overland Sumba Bersama Indonesia Juara
  • Kolam Renang Bojana Tirta, Murah dan Nyaman
  • Travel Blogger di Bangka Belitung

Tentang Penulis

Halo para pembaca, penulis adalah seorang pemuda kelahiran tahun ’97. isi blog ini seputar cerita dan catatan penulis ketika berkunjung di beberapa provinsi di Indonesia, tujuan membuat blog ini supaya dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama yang mempunyai hobi traveling. penulis dapat dihubungi dengan berkirim email ke dodonulis1@gmail.com

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

recent posts

    Pages

    • Privacy Policy
    • About Me
    • Disclaimer
    • Contact

    BloggerHub

    BloggerHub Indonesia

    Created with by ThemeXpose