• Home
  • Sumatera
    • Aceh
    • Sumatera Utara
    • Sumatera Barat
    • Riau dan Kepri
    • Sumatera Selatan
    • Jambi
    • Bengkulu
    • Bangka Belitung
    • Lampung
  • Jawa
    • DKI Jakarta
    • Banten
    • Jawa Barat
    • Yogyakarta
    • Jawa Tengah
    • Jawa Timur
  • Kalimantan
    • Kalimantan Barat
    • Kalimantan Tengah
    • Kalimantan Utara
    • Kalimantan Timur
  • Sulawesi
    • Sulawesi Selatan
    • Sulawesi Tengah
    • Sulawesi Barat
  • Bali NTB NTT
    • Bali
    • Lombok
    • Sumba
    • Flores
  • Maluku dan Papua
    • Maluku
    • Papua
instagram Email

dodonulis

blog catatan perjalanan

Pada blog post sebelumnya penulis membahas perjalanan selama di Sumba Barat Daya yang berjudul "Jatuh Cinta Dengan Keindahan Alam Sumba Part 1". Pada bagian kedua ini penulis akan membahas destinasi yang berada atau dekat dengan Sumba bagian timur. Selamat menyimak :)

Hari ketiga Overland Sumba, tanggal 31 Desember 2018. Bukit Warinding yang berkabut dan cuaca yang mendung di pagi hari mulai berubah menjadi panas terik ketika matahari naik sepenggala, jarum jam menunjuk di pukul sembilan pagi. Mobil yang dikendarai oleh Bang Herman kini melaju di atas jalanan beraspal yang mulus. Lalu lintas di jalan lengang sekali, jauh dari hiruk pikuk kepadatan lalu lintas seperti kota-kota besar. 

Bukit Tanarara

kawanan kuda di sumba

Di saat perjalanan menuju Bukit Tanarara, penulis bingung melempar pandangan ke arah mana. Sebelah kanan, kiri, atau depan sama semua (sama-sama indah). Sepanjang mata memandang terlihat hamparan sabana berwarna hijau, diselingi beberapa pohon-pohon tinggi. Lalu terdapat kuda-kuda yang berkoloni sedang merunduk ke rerumputan. Juga ada gerombolan sapi-sapi tambun yang sedang berjalan pelan.

jalan beraspal di sumba
kuda di sabana sumba

Lalu mobil yang dikendarai Bang Herman mulai berjalan pelan,  Mobil pun berhenti ketika melihat bahu jalan sebelah kiri terdapat tanah lapang. "Kita berhenti dulu di sini ya, barangkali kalian mau foto sama kuda-kuda itu" Ujar Bang Herman. 

Ketika didekati sudah bisa ditebak apa yang dilakukan oleh kawanan kuda liar itu? Menjauh ! hahaha. Wah berulang kali penulis mencoba mendekati namun tetap saja gagal, kawanan kuda itu kembali menjauh. Ya kurang lebih sama lah seperti PDKT dengan gebetan ya, ehhh :D. Alhasil penulis pun memotret dari kejauhan saja. Sekitar setengah jam di lokasi itu, Mobil pun kembali melanjutkan perjalanan dan tiba di Bukit Tanarara jam 10.

bukit tanarara sumba

Bentang perbukitan yang meliuk dan bergelombang menjadi ciri khas lokasi ini. Penulis datang ketika musim penghujan, warna hijau dominan menyelimuti perbukitan. Terik matahari yang menyengat membuat keringat bercucuran. Namun tidak terasa karena penulis yang terlalu antusias melihat lanskap yang begitu indah ini. Banyak sekali sudut-sudut yang menarik untuk difoto.

keindahan bukit tanarara sumba


Air Terjun Waimarang

Setelah Bukit Tanarara, destinasi berikutnya yang penulis kunjungi adalah Air Terjun Waimarang. Kurang lebih satu jam perjalanan dari Tanarara, cukup lama ya itupun tidak langsung sampai ke air terjun melainkan harus treking terlebih dahulu dari tempat parkir kendaraan. 

Lama waktu treking sekitar setengah jam melewati jalur tanah yang menurun. Kamera penulis sengaja ditinggalkan di mobil, hanya membawa ponsel dan baju ganti. Air terjunnya tidak tinggi, namun yang menjadi daya tarik adalah kolam renang alami berbentuk melingkar yang dikelilingi oleh tebing-tebing bebatuan. 

air terjun waimarang

Kolamnya dalam,  penulis tidak tau persisnya berapa meter. Disarankan memakai pelampung jika tidak pandai berenang. Penulis dan rombongan saat itu harus bergegas kembali ke tempat parkiran karena hujan mengguyur dengan derasnya. Wah jalur tanah pun menjadi licin sehingga penulis harus berhati-hati, tiba di atas langsung makan dan minum yang anget-anget (gorengan dan teh)

Pantai Walakiri

pohon bakau di pantai walakiri sumba

Pantai Walakiri menjadi persinggahan selanjutnya dan menjadi tempat penulis menyimak matahari tenggelam. Kalau mengulas tentang pantai ini pastinya terkenal dengan pohon-pohon bakau yang unik dengan latar langit jingga yang mempesona. 

Namun sayang sekali penulis datang ke sini ketika air laut sedang pasang, pohon-pohon bakau tergenang air laut, sehingga penulis tidak bisa mendekati dan berfoto di pohon-pohon bakau yang berbentuk unik itu. Di lokasi pantai sedang ramai pengunjung, wajar karena sedang musim liburan akhir tahun. 

sunset di pantai walakiri sumba

Meskipun air laut sedang pasang, pemandangan sunset di pantai ini tetap menakjubkan. Langitnya berwarna kemerah-merahan dengan awan-awan tipis. Di sekitar Pantai Walakiri juga terdapat banyak warung dan pondok untuk bersantai. Lalu di sekitar pantai terdapat banyak deretan pohon kelapa. 

Pukul tujuh malam, Penulis dan rombongan pun kembali menuju penginapan dan makan malam. Karena malam pergantian tahun baru, suasana di Kota Waingapu menjadi ramai. Meski begitu penulis tidak ikut menantikan detik-detik pergantian tahun, memilih untuk tertidur pulas :).

Bukit Tenau

bukit tenau sumba

Keesokan paginya pada tanggal 1 Januari 2019, hari keempat overland Sumba. Destinasi pertama di tahun baru 2019 adalah Bukit Tenau. Jika pada hari-hari sebelumnya rombongan penulis menggunakan dua mobil, maka saat menuju ke lokasi ini hanya menggunakan satu mobil saja karena beberapa teman Penulis masih ada yang masih tertidur pulas :D mungkin karena terlalu larut tidur semalam.

Untuk menuju Bukit Tenau, waktu tempuhnya hanya sekitar 30 menit saja dari pusat kota Waingapu. Suasana pagi yang sejuk serta sajian bentangan perbukitan yang menghampar luas bisa menjadi opsi jika sobat berkunjung ke Sumba. Larik cahaya matahari menyembul dari gumpalan awan mendung.

Sabana Puru Kambera

pemandangan sabana di puru kambera

Selanjutnya penulis berkunjung ke Puru Kambera. Bentangan rerumputan hijau yang menghampar luas serta diselingi pohon-pohon sejauh mata memanjang. Di lokasi ini penulis juga menemui kuda-kuda yang sedang merumput. 
puru kambera sumba

Lokasi Sabana Puru Kambera ini berada di dekat laut, namun penulis tidak mengunjungi pantainya karena pukul satu siang sudah harus menuju ke Bandara Umbu Mehang Kunda, Waingapu. Siang itu juga penulis dan rombongan kembali ke Jakarta. 

Tempat-tempat lain yang menarik di Sumba

Overland selama 4 hari 3 malam memang bukan waktu yang singkat, tetapi masih ada beberapa tempat yang tidak Penulis kunjungi yaitu Air Terjun Tanggedu, Pantai Bwanna, Air Terjun Lapopu dan Bukit Persaudaraan. 

Tidak memasukkan tempat ini memang pilihan yang berat karena pemandangannya tidak kalah indahnya dibanding tempat-tempat lain. Tetapi inilah pilihan, dibutuhkan beberapa hari tambahan untuk memasukkan semuanya. Realistis saja, mudah-mudahan bisa kembali ke Sumba di lain kesempatan :). 

Jika dihitung kurang lebih penulis mengeluarkan biaya kurang lebih dua juta untuk sharing cost sewa mobil, penginapan, dan makan. Untuk biaya pesawat karena menggunakan tiket promo Sriwijaya dan Nam Air jadinya sekitar enam ratus ribu (pulang pergi Jakarta-Sumba).  

Film yang bersetting tempat di Sumba

Sudah ada beberapa film lokal yang berlokasi syuting di Sumba seperti Pendekar Tongkat Emas, Susah Sinyal, dan Humba Dreams. Di antara ketiga film tersebut penulis baru menonton Susah Sinyal pada tahun 2017, reviewnya bagaimana? bagus banget :D cek web sebelah saja jika penasaran alur ceritanya. 
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar

Sumba bagi penulis merupakan salah satu tempat terindah di Indonesia yang pernah penulis kunjungi, bisa dibilang penulis jatuh cinta pada kunjungan pertama di pulau yang termasuk ke dalam Provinsi Nusa Tenggara Timur ini.  Pesona bukit-bukit yang menghampar luas, air terjun, pantai, dan desa adat di daerah ini menarik perhatian traveller untuk datang.  Berikut cerita perjalanan penulis.

Hari kedua overland Sumba 30 Desember 2018, cerita di hari pertama dapat sobat baca di postingan : Mengenal Desa Adat Ratenggaro di Sumba.  Setelah selesai sarapan pagi di hotel, penulis dan sembilan teman mengemasi barang bawaan karena pada sore harinya kami akan langsung menuju ke Sumba Timur dan menginap di sana.

Sebelum berangkat ke Sumba Timur, penulis menuju ke beberapa tempat wisata di Sumba Barat Daya seperti Pantai Mandorak, Danau Weekuri, Desa Praijing, dan jika sempat akan mampir sejenak ke Bukit Warinding. 

Berbeda dengan hari pertama yang cerah, kali ini cuaca di hari kedua sedikit berawan. Bang Neil dan Bang Herman yang menjadi pemandu sekaligus driver sudah bersiap menunggu di parkiran hotel. tanpa berlama-lama mobil pun melaju ke destinasi pertama yaitu Pantai Mandorak yang terletak di kecamatan Kodi Utara, Sumba Barat Daya. 

Pantai Mandorak

pantai mandorak di sumba

Untuk menuju ke lokasi Pantai Mandorak membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan. Keunikan dari pantai ini adalah memiliki kedua sisi tebing yang saling berhadapan dan mengapit pantainya. Lalu pengunjung dapat naik ke atas tebing namun harus hati-hati saat melewati batu-batu karang. Bahaya kalau terpeleset dan mengenai batu karang yang tajam.

keindahan pantai mandorak di sumba

ombak di pantai mandorak

Dari atas  tebing, terlihat ombak air laut yang terhempas dan mengenai bibir tebing. Jika ombak sedang tinggi, buncahannya bisa naik sampai ke atas oleh karena itu jangan terlalu dekat dengan bibir tebingnya. Di lokasi ini tidak disarankan untuk main air atau berenang, nah kalau mau berenang di lokasi selanjutnya yang penulis kunjungi yaitu Danau Weekuri.

Danau Weekuri

Lokasi Danau Weekuri berada di dekat Pantai Mandorak. Dari parkiran mobil, penulis meniti jalan setapak yang sudah disemen. Banyak warung-warung yang menjual makanan dan minuman ringan di dekat danau, selain itu terdapat para pedagang yang menjajalkan kain khas Sumba. 
danau weekuri di sumba

laut di dekat danau weekuri

Air yang jernih tidak membuat Penulis langsung berenang, melainkan menyusuri jalan setapak hingga menjumpai jembatan kayu. Dari sinilah penulis dapat memotret sudut keindahan Danau Weekuri yang berwarna hijau kebiru-biruan. Selain itu penulis melihat pemandangan air laut lepas yang mengenai tebing karang. 

Oh ya Selang satu bulan sejak penulis berkunjung, tepatnya pada 24 Januari 2019 terdapat kabar mengenai robohnya jembatan kayu di sana karena hantaman ombak. Teman penulis bernama Faliq pada tanggal tersebut sedang berkunjung ke Sumba, sehingga Dia tidak bisa melihat Danau Weekuri karena ditutup untuk sementara saat itu.
danau weekuri

Puas memotret, penulis beranjak ke danau dan berenang. Terdapat sebuah anjungan setinggi sekitar lima meter, dari sini bisa melompat dan nyebur ke dalam danau. Penulis sih tidak berani hahaha, kalah dengan anak-anak kecil yang begitu riangnya lompat dari atas anjungan.

Air di Danau Weekuri terasa asin karena berada di dekat laut. Saat berenang pengunjung harus hati-hati karena di danau ini terdapat bulu babi. Penulis sedang apes karena tidak hati-hati dan menginjak bulu babi :D Ini merupakan pengalaman pertama penulis terkena bulu babi sehingga membuat sedikit cemas, penulis diberi tahu oleh Bang Herman ada cara pertolongan pertama jika terkena bulu babi dan penulis melakukan cara itu dan berhasil. Bisa cek web sebelah ya untuk tahu caranya :D

Desa Praijing

desa praijing sumba

Satu lagi desa adat yang penulis kunjungi di Sumba yaitu Desa Praijing di Kecamatan Waikabukak, Sumba Barat. Pada hari sebelumnya penulis mengunjungi Di desa adat Ratenggaro yang berada di dekat laut, nah berbeda dengan desa adat ini yang terletak di perbukitan dan dikelilingi pohon-pohon tinggi. 
desa praijing di sumba ntt

Bagian dalam rumah mempunyai tiga tingkatan, bagian bawah digunakan sebagai tempat memelihara ternak, bagian tengah untuk tempat tinggal penghuninya sementara bagian atas digunakan sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan benda-benda pusaka.

Penulis tidak berlama-lama di lokasi ini dan tidak masuk hingga ke ujung desa karena sudah pukul tiga sore saat itu. Penulis dan teman-teman yang lain harus kembali ke mobil untuk segera menuju Sumba Timur. Lama perjalanan diperkirakan kurang lebih tiga jam, di tengah perjalanan hujan pun turun mengguyur. Jalan menuju Sumba Timur sudah beraspal dan mulus loh sob :)
jalan di sumba

Bukit Warinding

bukit warinding di sumba

Sebelum menuju penginapan di Sumba Timur, Bang Herman mengajak Kami untuk singgah ke Bukit Warinding. Saat itu beruntung sekali tiba di saat langit belum gelap :) Penulis masih bisa melihat bukit-bukit hijau yang bergelombang dan menghampar luas. Selang kemudian matahari mulai terbenam, langit di arah barat berwarna kemerah-merahan. 
sunset di bukit warinding di sumba

Pukul tujuh  malam waktu setempat, penulis menuju ke penginapan untuk beristirahat dan makan malam. Perjalanan overland memang melelahkan, oleh karena itu hindari tidur terlalu larut. Keesokan paginya Penulis dan rombongan kembali ke Bukit Warinding, tetapi saat itu cuaca sedang tidak bersahabat. Kabut pun menggelayut dan bukit-bukit hijau itupun terhalang kabut. Tidak apa-apa, karena sore hari sebelumnya sudah ke sana hehehe.

Sambungan cerita dapat dibaca pada : "Jatuh Cinta Dengan Keindahan Alam Sumba Part 2"


 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

desa adat ratenggaro di sumba
Hola Sobat Pembaca, kali ini penulis akan menceritakan perjalanan selama di Sumba yang dilangsungkan akhir tahun 2018.  Sebelumnya penulis menjelaskan akses menuju Sumba terlebih dahulu. Terdapat dua bandara di Sumba yaitu  bandara Tambolaka yang berada di Sumba Barat Daya dan Bandara Waingapu di Sumba Timur. 

Bebas sih mau pilih landing dan take off di bandara yang mana. penulis saat itu menggunakan tiket promo dari maskapai Nam Air, dan syukurlah maskapainya juga melayani penerbangan di kedua bandara tersebut. Rute perjalanan overland Sumba saat itu berawal dari Sumba Barat Daya dan berakhir di Sumba Timur.

 29 Desember 2018, Pesawat yang membawa penulis dan sembilan teman yang lain mendarat dengan sempurna di Bandara Tambolaka sekitar pukul tiga sore waktu setempat. Di sana telah menunggu Bang Neil dan Bang Herman yang merupakan driver dan guide Kami selama empat hari tiga malam overland di Sumba. Perjalanan ini bukanlah open trip dari agen tour, Penulis dan teman-teman sendirilah yang menyusun itinerary, mencari sewa mobil, dan penginapan. Bisa dibilang sharing cost sifatnya.

Perjalanan itu pun dimulai, untuk mengefisiensikan waktu Kami pun tidak menuju penginapan terlebih dahulu, melainkan langsung menuju ke destinasi pertama yaitu Desa Adat Ratenggaro yang berjarak kurang lebih 40 KM dari Bandara Tambolaka. Kondisi jalan menuju ke sana sudah beraspal dan baik, 1,5 jam perjalanan penulis lebih banyak melempar pandangan ke luar jendela memperhatikan jalanan yang sepi dan lengang. Sesekali berbincang dengan teman penulis lainnya. 

Sumba memang terkenal dengan lanskap alamnya seperti pantai dan bukit yang menakjubkan, namun selain itu Sumba mempunyai wisata desa adat yang masih lestari dan dijaga hingga sekarang. Desa adat ini salah satunya, Ratenggaro mempunyai arti "Rate" yaitu kuburan dan "Garo" artinya nama suku. Ceritanya dulu terjadi peperangan antar suku dan desa ini berhasil direbut dari suku Garo. Korban yang terbunuh dikubur di tempat ini juga.  

rumah di desa ratenggaro 
Nah Ciri khas dari Desa Adat ini adalah rumah (Uma) penduduk dengan atap yang tinggi menjulang, kisaran 15-20 meter. Bagian di dalam rumah terdapat empat tingkat yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda. paling bawah untuk kandang hewan peliharaan, tingkat kedua untuk tempat tinggal pemilik rumah, ketiga tempat menyimpan hasil panen, dan paling atas sebagai menyimpan benda keramat dan juga untuk meletakkan tanduk kerbau sebagai simbol tanda kemuliaan. 
anak anak desa ratenggaro Kain-kain khas Sumba terpajang di depan rumah, tetapi penulis belum tertarik untuk membelinya. Sore itu anak-anak sedang riang bermain di teras rumah yang terbuat dari susunan bambu. Terlihat juga orang tua mereka yang sedang duduk bersantai dan ada juga yang sedang memberi makan hewan ternak. Di sekitar halaman desa terdapat kubur batu yang berbentuk menyerupai meja dan jumlahnya cukup banyak.

kubur batu ratenggaro
kubur batu di desa adat ratenggaro

Desa adat ini berada di dekat laut,  pengunjung dapat melihat hamparan air laut yang sedang menyapu bibir pantai. "Masih jam lima, sempatlah ya sunset di Pantai Pero" Bang herman pun mengajak kami menuju salah satu pantai di dekat sini, waktu tempuhnya hanya sekitar 15 menit saja berkendara mobil. Pantai Pero menyuguhkan pemandangan ombak yang pecah menabrak dinding batu karang. Tiba di sana, penulis antusias mengambil foto dari jarak jauh saja karena khawatir percikan airnya membasahi kamera.  Pengunjung disarankan jangan terlalu dekat ke bibir pantai ya, berbahaya :). 

pantai pero di sumba

Menikmati keindahan matahari terbenam di Pantai Pero menjadi penutup cerita hari pertama Overland Sumba saat itu. Penulis dan teman-teman yang lain pun menuju hotel. Penulis dan teman-teman menginap di Hotel Ella yang terletak di Jl. Sapurata, Wee Tobula, Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya. Hotelnya terbilang masih baru dan menyediakan beberapa tipe pilihan kamar. Selain itu di hotel ini mempunyai restoran dan menyediakan sarapan pagi.

Sambungan ceritanya dapat dibaca pada : "Jatuh Cinta dengan Keindahan Alam Sumba Part 1"




Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Official Logo

Official Logo
Pada tanggal 8 Oktober 2022, blog ini mempunyai logo resmi untuk pertama kali. Sudah lama saya berkeinginan untuk membuat logo sebagai identitas blog, terima kasih kepada seseorang yang telah membantu mengkreasikan logo yang luar biasa ini. Logo ini sebagai bentuk semangat untuk terus konsisten dalam membagikan hal-hal yang bermanfaat. Dalam perjalanannya, saya mendapatkan banyak ucapan dan respon yang baik dari para pembaca. Terima kasih atas energi positifnya :)

Popular Posts

  • Transportasi Umum dari Pangkalpinang ke Sungailiat
  • Kolam Renang Bojana Tirta, Murah dan Nyaman
  • Review Open Trip Overland Sumba Bersama Indonesia Juara
  • Perjalanan ke Banda Neira Dengan Pesawat Sam Air
  • 2025 Mau Senang-senang Lagi dengan Menulis

Tentang Penulis

Halo para pembaca, penulis adalah seorang pemuda kelahiran tahun ’97. isi blog ini seputar cerita dan catatan penulis ketika berkunjung di beberapa provinsi di Indonesia, tujuan membuat blog ini supaya dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama yang mempunyai hobi traveling. penulis dapat dihubungi dengan berkirim email ke dodonulis1@gmail.com

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

recent posts

    Pages

    • Privacy Policy
    • About Me
    • Disclaimer
    • Contact

    BloggerHub

    BloggerHub Indonesia

    Created with by ThemeXpose