Jatuh Cinta Dengan Keindahan Alam Sumba Part 2

by - 8/19/2020 11:27:00 PM

Pada blog post sebelumnya penulis membahas perjalanan selama di Sumba Barat Daya yang berjudul "Jatuh Cinta Dengan Keindahan Alam Sumba Part 1". Pada bagian kedua ini penulis akan membahas destinasi yang berada atau dekat dengan Sumba bagian timur. Selamat menyimak :)

Hari ketiga Overland Sumba, tanggal 31 Desember 2018. Bukit Warinding yang berkabut dan cuaca yang mendung di pagi hari mulai berubah menjadi panas terik ketika matahari naik sepenggala, jarum jam menunjuk di pukul sembilan pagi. Mobil yang dikendarai oleh Bang Herman kini melaju di atas jalanan beraspal yang mulus. Lalu lintas di jalan lengang sekali, jauh dari hiruk pikuk kepadatan lalu lintas seperti kota-kota besar. 

Bukit Tanarara

kawanan kuda di sumba

Di saat perjalanan menuju Bukit Tanarara, penulis bingung melempar pandangan ke arah mana. Sebelah kanan, kiri, atau depan sama semua (sama-sama indah). Sepanjang mata memandang terlihat hamparan sabana berwarna hijau, diselingi beberapa pohon-pohon tinggi. Lalu terdapat kuda-kuda yang berkoloni sedang merunduk ke rerumputan. Juga ada gerombolan sapi-sapi tambun yang sedang berjalan pelan.

jalan beraspal di sumba
kuda di sabana sumba

Lalu mobil yang dikendarai Bang Herman mulai berjalan pelan,  Mobil pun berhenti ketika melihat bahu jalan sebelah kiri terdapat tanah lapang. "Kita berhenti dulu di sini ya, barangkali kalian mau foto sama kuda-kuda itu" Ujar Bang Herman. 

Ketika didekati sudah bisa ditebak apa yang dilakukan oleh kawanan kuda liar itu? Menjauh ! hahaha. Wah berulang kali penulis mencoba mendekati namun tetap saja gagal, kawanan kuda itu kembali menjauh. Ya kurang lebih sama lah seperti PDKT dengan gebetan ya, ehhh :D. Alhasil penulis pun memotret dari kejauhan saja. Sekitar setengah jam di lokasi itu, Mobil pun kembali melanjutkan perjalanan dan tiba di Bukit Tanarara jam 10.

bukit tanarara sumba

Bentang perbukitan yang meliuk dan bergelombang menjadi ciri khas lokasi ini. Penulis datang ketika musim penghujan, warna hijau dominan menyelimuti perbukitan. Terik matahari yang menyengat membuat keringat bercucuran. Namun tidak terasa karena penulis yang terlalu antusias melihat lanskap yang begitu indah ini. Banyak sekali sudut-sudut yang menarik untuk difoto.

keindahan bukit tanarara sumba


Air Terjun Waimarang

Setelah Bukit Tanarara, destinasi berikutnya yang penulis kunjungi adalah Air Terjun Waimarang. Kurang lebih satu jam perjalanan dari Tanarara, cukup lama ya itupun tidak langsung sampai ke air terjun melainkan harus treking terlebih dahulu dari tempat parkir kendaraan. 

Lama waktu treking sekitar setengah jam melewati jalur tanah yang menurun. Kamera penulis sengaja ditinggalkan di mobil, hanya membawa ponsel dan baju ganti. Air terjunnya tidak tinggi, namun yang menjadi daya tarik adalah kolam renang alami berbentuk melingkar yang dikelilingi oleh tebing-tebing bebatuan. 

air terjun waimarang

Kolamnya dalam,  penulis tidak tau persisnya berapa meter. Disarankan memakai pelampung jika tidak pandai berenang. Penulis dan rombongan saat itu harus bergegas kembali ke tempat parkiran karena hujan mengguyur dengan derasnya. Wah jalur tanah pun menjadi licin sehingga penulis harus berhati-hati, tiba di atas langsung makan dan minum yang anget-anget (gorengan dan teh)

Pantai Walakiri

pohon bakau di pantai walakiri sumba

Pantai Walakiri menjadi persinggahan selanjutnya dan menjadi tempat penulis menyimak matahari tenggelam. Kalau mengulas tentang pantai ini pastinya terkenal dengan pohon-pohon bakau yang unik dengan latar langit jingga yang mempesona. 

Namun sayang sekali penulis datang ke sini ketika air laut sedang pasang, pohon-pohon bakau tergenang air laut, sehingga penulis tidak bisa mendekati dan berfoto di pohon-pohon bakau yang berbentuk unik itu. Di lokasi pantai sedang ramai pengunjung, wajar karena sedang musim liburan akhir tahun. 

sunset di pantai walakiri sumba

Meskipun air laut sedang pasang, pemandangan sunset di pantai ini tetap menakjubkan. Langitnya berwarna kemerah-merahan dengan awan-awan tipis. Di sekitar Pantai Walakiri juga terdapat banyak warung dan pondok untuk bersantai. Lalu di sekitar pantai terdapat banyak deretan pohon kelapa. 

Pukul tujuh malam, Penulis dan rombongan pun kembali menuju penginapan dan makan malam. Karena malam pergantian tahun baru, suasana di Kota Waingapu menjadi ramai. Meski begitu penulis tidak ikut menantikan detik-detik pergantian tahun, memilih untuk tertidur pulas :).

Bukit Tenau

bukit tenau sumba

Keesokan paginya pada tanggal 1 Januari 2019, hari keempat overland Sumba. Destinasi pertama di tahun baru 2019 adalah Bukit Tenau. Jika pada hari-hari sebelumnya rombongan penulis menggunakan dua mobil, maka saat menuju ke lokasi ini hanya menggunakan satu mobil saja karena beberapa teman Penulis masih ada yang masih tertidur pulas :D mungkin karena terlalu larut tidur semalam.

Untuk menuju Bukit Tenau, waktu tempuhnya hanya sekitar 30 menit saja dari pusat kota Waingapu. Suasana pagi yang sejuk serta sajian bentangan perbukitan yang menghampar luas bisa menjadi opsi jika sobat berkunjung ke Sumba. Larik cahaya matahari menyembul dari gumpalan awan mendung.

Sabana Puru Kambera

pemandangan sabana di puru kambera

Selanjutnya penulis berkunjung ke Puru Kambera. Bentangan rerumputan hijau yang menghampar luas serta diselingi pohon-pohon sejauh mata memanjang. Di lokasi ini penulis juga menemui kuda-kuda yang sedang merumput. 
puru kambera sumba

Lokasi Sabana Puru Kambera ini berada di dekat laut, namun penulis tidak mengunjungi pantainya karena pukul satu siang sudah harus menuju ke Bandara Umbu Mehang Kunda, Waingapu. Siang itu juga penulis dan rombongan kembali ke Jakarta. 

Tempat-tempat lain yang menarik di Sumba

Overland selama 4 hari 3 malam memang bukan waktu yang singkat, tetapi masih ada beberapa tempat yang tidak Penulis kunjungi yaitu Air Terjun Tanggedu, Pantai Bwanna, Air Terjun Lapopu dan Bukit Persaudaraan. 

Tidak memasukkan tempat ini memang pilihan yang berat karena pemandangannya tidak kalah indahnya dibanding tempat-tempat lain. Tetapi inilah pilihan, dibutuhkan beberapa hari tambahan untuk memasukkan semuanya. Realistis saja, mudah-mudahan bisa kembali ke Sumba di lain kesempatan :). 

Jika dihitung kurang lebih penulis mengeluarkan biaya kurang lebih dua juta untuk sharing cost sewa mobil, penginapan, dan makan. Untuk biaya pesawat karena menggunakan tiket promo Sriwijaya dan Nam Air jadinya sekitar enam ratus ribu (pulang pergi Jakarta-Sumba).  

Film yang bersetting tempat di Sumba

Sudah ada beberapa film lokal yang berlokasi syuting di Sumba seperti Pendekar Tongkat Emas, Susah Sinyal, dan Humba Dreams. Di antara ketiga film tersebut penulis baru menonton Susah Sinyal pada tahun 2017, reviewnya bagaimana? bagus banget :D cek web sebelah saja jika penasaran alur ceritanya. 

You May Also Like

2 komentar