Backpacker ke Ijen dan Baluran di Banyuwangi

by - 2/25/2023 01:07:00 PM

backpacker-ke-ijen-dan-baluran

Perencanaan yang matang sebelum backpackeran penting dilakukan, namun sematang apapun rencana itu tetap saja tidak bisa lepas dari faktor-faktor yang di luar kendali. Pada postingan kali ini Saya akan membagikan cerita backpacker ke Ijen dan Baluran selama dua hari satu malam. 

Malam itu, selepas salat isya di masjid tengah kota, Kami melaju menuju basecamp Gunung Ijen. Semua berjalan aman-aman saja, sebelum hujan mengguyur dengan deras. Tengah hutan, kabut membuat jarak pandang memendek, tubuh yang sudah menggigil, ahh pengalaman yang sangat membekas. Rasa lelah terbayar tuntas ketika melihat sunrise of java yang memukau, matahari terbit dari ujung pulau Jawa. 

Tiba di Bandara Banyuwangi, Green Airport di Indonesia

Pukul delapan pagi. Bandara Blimbing Sari di Banyuwangi terlihat sibuk karena kedatangan dua maskapai yang mendarat dalam waktu yang berdekatan. Baggage claim area terlihat ramai, cukup lama saya menantikan tas keril consina mount baldy 60 liter terlihat di conveyor belt. keril tersebut berisikan tenda, nesting, dan tiga helai baju-celana ganti. 

Bila bandara lain fasad luarnya dominan kaca dan berdinding semen, berbeda dengan Bandara Banyuwangi yang berkonsep tropis atau green airport pertama di Indonesia. Kalian akan melihat kolam ikan di beberapa sudut ruangan. Juga tanaman sulur yang menghias koridor. Pada bagian atap juga tak lepas dari pengaruh rumah adat Osing yang merupakan suku asli Banyuwangi. 

Kali ini saya tidak solo traveling, melainkan ditenami seorang teman bernama Faliq yang sudah pernah berkunjung ke Banyuwangi. Katanya sih tujuannya mengulang ke sini karena ingin memotret banyak hal, kunjungan pertamanya tidak membawa kamera yang memadai. 

Setelah keluar bandara, kami memesan taksi online menuju tempat penyewaan sepeda motor di kawasan Stasiun Karang Asem. Ada banyak pilihan motor di sana, tinggal sesuaikan budget dan kebutuhan kalian saja. Kami menyewa Jupiter Mx dengan tarif Rp 90 ribu per hari. 

Itinerary Backpacker ke Banyuwangi

Waktu dua hari di Banyuwangi kami manfaatkan untuk eksplor dua tempat saja yaitu Baluran dan Gunung Ijen. Bisa saja memasukkan Desa adat Osing, Taman Alas Purwo, atau tempat lain di itinerary. Tetapi waktunya sangat mepet, tidak akan puas menikmati keindahan alamnya karena berburu waktu. 

Mengunjungi Taman Nasional  Baluran, Africa van Java

Tujuan pertama kami adalah Taman Nasional Baluran yang memakan waktu satu jam perjalanan dari pusat kota. Sepanjang perjalanan, saya sudah bisa melihat lautan selat dan pulau Bali. Kami tiba pukul sepuluh pagi, matahari sudah beranjak naik ke atas kepala, entah sudah berapa kali saya menyeka keringat di wajah.

Biaya tiket masuk ke Taman Nasional sebesar Rp 17 ribu per orang, lalu ada biaya tambahan Rp 5 ribu untuk sepeda motor. Waktu itu jalanan di Baluran masih beralas bebatuan keirikil dan tanah. Saat ini pengunjung bisa lebih nyaman berkendara karena sudah beraspal.

Waktu terbaik berkunjung ke Baluran adalah saat musim kemarau. Ketika padang rumputnya bewarna cokelat, lebih berasa africa van java-nya. Tapi ya harus siap-siap mengeluh karena gerah, mataharinya panas pollll apalagi di sana jarang ada pepohonan, namanya juga sabana :D. 

Luas Taman Nasional Baluran sekitar 25 ribu Ha, tidak semua kawasan taman nasional bisa leluasa dimasuki pengunjung. Jika beruntung kalian dapat melihat beragam jenis burung, kawanan rusa, hingga kerbau.

Spot foto Baluran

1. landmark Savana Bekol dengan latar gunung Baluran.

savana-bekol-baluran

2. Fosil Kepala Kerbau dan banteng

fosil-kepala-banteng-di-baluran

3. Pepohonan yang jarang

spot-foto-baluran

4. Fauna di Baluran

pohon-di-baluran

5. Pantai Bama

pantai-bama-di-baluran

lah di Baluran ada pantai? ada dong, namanya Pantai Bama dengan pemandangan yang lumayan bagus. Pasir pantainya bersih, lalu di dekat pantai ini bergerumul pohon bakau. Fasilitas penunjangnya juga lengkap, ada kamar mandi untuk bilas, toilet, mushola, dan warung. 

Pukul tiga sore, Saya beranjak kembali ke kota untuk persiapan mendaki Gunung Ijen. Tidak disangka, Perjalanan semakin seru menanti...

Berkemah di Pos Paltuding Gunung Ijen

Kami tiba di kota sebelum azan maghrib berkumandang. Kami singgah sejenak di Masjid Agung Banyuwangi, masjid terbesar di kota ini. Syukurlah di dalam masjid juga terdapat kamar mandi yang bersih dan terawat. Saya menumpang mandi di sana lalu menunaikan salat. Setelah itu beranjak ke alun-alun untuk makan malam.

Kami singgah ke minimarket untuk membeli perbekalan, termasuk membeli gas portbale yang tidak bisa dibawa ke dalam bagasi pesawat saat berangkat dari Jakarta. Tabung bensin motor juga wajib terisi penuh, oleh karena itu kami singgah sebentar di SPBU. 

Pos Paltuding merupakan titik awal pendakian Gunung Ijen. Di sanalah kami berencana mendirikan tenda untuk bermalam, lalu keesokan paginya mendaki ke Kawah Ijen. Perjalanan menuju pos Paltuding memakan waktu sekitar dua jam saja dari pusat kota. Saya memakai baju yang hangat dan jaket berbahan polar untuk mengantisipasi dinginnya malam. 

Perjalanan berjalan lancar, sebelum hujan melanda dengan deras di sisa 30 menit perjalanan. Kami kelabakan, langsung mengambil ponco di dalam jok lalu bergegas memakainya. Tidak ada pilihan lain selain terus melaju ke depan, karena tidak ada tempat berteduh di tengah hutan. 

Kabut yang menggelayut memperburuk keadaan, jarak pandang memendek. Kami berkendara dengan amat pelan di tengah penerangan yang minim. Waktu 30 menit berasa berjam-jam karena diiringi rasa khawatir. 

Kami tiba pukul sepuluh malam di parkiran pos Paltuding. Hujan mulai berhenti, menyisakan rintik-rintik yang awet. Kami langsung mendirikan tenda dan berganti pakaian kering.  Salahnya lagi si Faliq tidak membawa sleeping bag, alhasil tubuhnya menggigil kedinginan. "nih anak udah tau mau berkemah malah gak bawa sleeping bag :(" 

ojek-gerobak-di-gunung-ijen

Jam 2 dini hari, kami bersiap memulai pendakian. Waktu normal pendakian dari basecamp paltuding ke puncak gunung ijen sekitar dua jam. Treknya yang lebar memungkinkan untuk taksi gerobak beroperasi, tarifnya berkisar 150 ribu rupiah untuk sekali jalan. Kalau PP tinggal dikalikan dua saja.

Saya tiba pukul 4 pagi di Puncak Gunung Ijen, lalu berjalan menuruni lereng ke arah kawah untuk melihat blue fire yang katanya hanya ada di dua gunung, satu di Ijen dan satunya lagi ada di Islandia. Blue fire menyala karena reaksi gas belerang yang bertemu dengan oksigen pada suhu tertentu (koreksi jika salah ya).  

view-gunung-ijen

Di sepanjang perjalanan, saya melihat para penambang belerang yang sedang memikul bongkahan belerang dari bawah kawah. Pemandangan yang membuat perasaan saya luluh, sungguh. Bau belerang masih menyengat meskipun sudah memakai buff. Oh ya bagi yang tidak membawa masker, di puncak juga banyak warga yang menyediakan sewa masker anti asap. harganya berkisar Rp 25 ribu. 

blue-fire-di-kawah-ijen

sunrise-of-java

Setelah melihat blue fire, Saya bergegas kembali naik ke puncak Gunung Ijen. Pemandangan matahari terbitnya sayang untuk dilewatkan. Apalagi langit sedang cerah dan mendukung untuk memotret banyak foto.  Perjuangan semalam yang berat terbayar tuntas, langit berwarna jingga menyemburat anggun, indah sekali. 

foto-kawah-ijen

Saya turun ke Basecamp Paltuding pukul 8 pagi, lalu bersiap kembali ke Bandara mengingat jadwal keberangkatan pukul dua siang.  Harga tiket pesawat reguler Jakarta Banyuwangi berkisar satu jutaan sekali pergi. 

Jika ingin lebih hemat bisa menggunakan kereta api, namun keberangkatannya hanya ada dari Surabaya atau Yogyakarta. Oleh karena itu kita harus menuju dua kota tersebut terlebih dahulu (transit kereta). Saat menunggu waktu transit, kalian bisa kulineran atau mengunjungi tempat wisata di tengah kota.

Pilihan transportasi lain yaitu menggunakan bis dari Jakarta ke Banyuwangi. Ada bus Pahala Kencana, Lorena, Handyo, yang tiketnya bisa dilihat di traveloka. Saya tidak bisa mengulas banyak mengenai bus ini, karena belum pernah mencoba. 

Semoga bemanfaat, salam takzim.

You May Also Like

2 komentar