Rute Menuju Rumah Raden Saleh dari Stasiun Cikini
Raden Saleh terkenal dengan karya seni lukis yang sangat memukau. Sang Maestro seni lukis ini hidup jauh sebelum negeri kita merdeka, lahir pada tahun 1811 dan meninggal pada tahun 1880. Raden Saleh hidup di dunia selama 69 tahun, namun karyanya tetap abadi ratusan tahun setelahnya, tak lekang oleh waktu, menginspirasi generasi muda untuk berkarya. Salah satu lukisannya yang paling banyak diperbincangkan adalah Penangkapan Pangeran Diponegoro.
Selain karya seni lukis, peninggalan Raden Saleh yang terkenal yaitu sebuah rumah yang terletak di kawasan Cikini. Semasa delapan tahun di Jakarta, hampir setiap minggu saya pergi ke Cikini namun belum pernah berkunjung ke rumah tersebut. Oleh karena itu, sebelum meninggalkan Jakarta tahun lalu, saya meniatkan datang langsung berkunjung, agar tidak pergi dengan rasa penasaran.
Salah satu moda transportasi favorit jika hendak pergi ke Rumah Raden Saleh yaitu dengan menggunakan KRL, stasiun terdekatnya adalah Stasiun Cikini. Saya tidak merekomendasikan jika kalian hendak menggunakan kendaraan pribadi karena lokasi rumahnya terletak di dalam kawasan kompleks Rumah Sakit PGI Cikini.
Dari stasiun, saya jalan kaki hanya sekitar satu kilometer, menurut saya itu jarak yang cukup dekat. Percayalah, jalan kaki di kawasan Cikini itu menyenangkan, lingkungannya sejuk, trotoarnya lebar, dan banyak spot kuliner yang menarik. Cocok bagi kalian yang mempunyai target 1.000 hingga 5.000 langkah sehari.
Nah saran saya, berangkatlah pada pagi hari. Sarapan dulu dengan bubur Cikini yang terletak di seberang stasiun, ambil tempat duduk di lantai dua, spot yang menurut saya menarik, kita bisa menyaksikan kesibukan kawasan Cikini di pagi hari, terkadang ide-ide itu muncul secara acak.
Setelah tiba di Rumah Sakit PGI Cikini, saya celingukan mencari posisi pintu masuk, sempat bingung dan ragu di mana pintu masuk Rumah Raden Saleh-nya, atau jangan-jangan saya salah lokasi. Untunglah ada Pak Satpam yang menjelaskan dengan ramah. Lokasi rumahnya terletak di dalam kawasan rumah sakit tersebut. Di sana, berdiri indah sebuah rumah dengan arsitektur yang khas.
Waktu itu saya sempat berbincang dengan satpam yang sedang berjaga. Kini rumah Raden Saleh tidak dibuka untuk publik, jadi pengunjung tidak bisa masuk ke dalam rumah karena alasan keamanan. Meski tidak bisa masuk, bagi saya melihat dari luar saja sudah cukup untuk mengagumi keunikan rumah ini, kawasan di sekitarnya juga sejuk dengan banyak pohon-pohon besar.
Terdapat sebuah chapel yang berada di dekat rumah tersebut. Gereja kecil yang indah dengan nuansa putih.Gereja kecil ini masih digunakan hingga sekarang. Karena berada di kawasan rumah sakit, di sana saya melihat bangsal-bangsal rumah sakit yang masih berarsitektur kuno khas zaman dahulu.
Karena datang sendirian, saya tidak terlalu banyak berkeliling. Setelah memotret beberapa foto, saya memutuskan untuk keluar dan beranjak menuju Taman Ismail Marzuki (TIM). Di sana terdapat sebuah lukisan wajah seorang Raden Saleh, terletak di antara belakang planetarium dan Gedung Bhakti Budaya. Jika datang ke Jakarta, Cobalah sesekali mampir ke sana, kawasan TIM sejak dulu hingga sekarang selalu hidup dengan aktivitas anak-anak muda.
Nah setelah setengah hari berkeliling kawasan Cikini, banyak spot favorit jika hendak mengisi kembali energi yang sudah kosong karena kelelahan. Ada dua spot makan yang paling sering saya datangi, pertama yaitu RM Ampera 2 Tak Cikini, lalu yang kedua Bakmi Roxy. Kedua tempat makan tersebut harganya terjangkau dengan rasa yang enak. Biasanya sih kalau sudah makan malas banget untuk gerak. Oleh karena itu, ketika pulang saya sering naik angkot Jak-10A menuju stasiun Cikini dengan biaya 0 rupiah.
Artikel ini sudah lama mengendap di draft, juga dengan artikel-artikel lain yang belum saya edit dan tulis. Senang rasanya masih konsisten menulis di blog ini selama bertahun-tahun. Salam takzim, dodonulis yang masih terus belajar menulis.
0 komentar