• Home
  • Sumatera
    • Aceh
    • Sumatera Utara
    • Sumatera Barat
    • Riau dan Kepri
    • Sumatera Selatan
    • Jambi
    • Bengkulu
    • Bangka Belitung
    • Lampung
  • Jawa
    • DKI Jakarta
    • Banten
    • Jawa Barat
    • Yogyakarta
    • Jawa Tengah
    • Jawa Timur
  • Kalimantan
    • Kalimantan Barat
    • Kalimantan Tengah
    • Kalimantan Utara
    • Kalimantan Timur
  • Sulawesi
    • Sulawesi Selatan
    • Sulawesi Tengah
    • Sulawesi Barat
  • Bali NTB NTT
    • Bali
    • Lombok
    • Sumba
    • Flores
  • Maluku dan Papua
    • Maluku
    • Papua
instagram Email

dodonulis

blog catatan perjalanan

foto bianglala dufan ancol
Bianglala Dufan

Lembaran pertama tahun 2022, postingan di blog ini akan kuselingi sedikit catatan kecil. Bukan mengenai catatan perjalanan, melainkan refleksi sejenak setelah melalui banyak hal di tahun 2021 ini. Kuharap ada sedikit manfaat yang kuberikan.

Tahun 2021 mungkin saja bukanlah tahun yang mudah untuk dilalui. Tetapi cobalah untuk merenungi kembali betapa hebatnya kita telah melewati masa-masa sulit itu. Ada perasaan marah, kecewa, sedih, dan sesal. Namun jangan lupakan masih ada rasa bahagia, senang, dan syukur di tahun 2021. Selayaknya aku mengatakan terima kasih, atas setiap langkah yang dijalani, atas pemandangan yang bisa dilihat, atas kesembuhan dari sakit yang dialami, dan atas kebaikan dari orang-orang yang diterima. 

Terima kasih kepada orang-orang yang telah kurepotkan, wabil khusus keluarga dan teman2 terdekat yang dengan tulus membantuku dalam keadaan sulit dan butuh pertolongan. Kuharap Tuhan memberikan berkat atas kebaikan kalian dan dipenuhi keberkahan.

Ucapan maaf yang tulus kepada orang-orang yang telah kukecewakan. Maaf bila banyak kalimat ketus yang terucap, memberikan luka yang menganga di hati kalian. Tetapi percayalah, tidak ada sesenti pun niat untuk menyakiti. Maaf kepada orang yang membenciku. Kata orang-orang tua dahulu, hidup ini terlalu singkat untuk saling membenci. Marilah kita berdamai dan melapangkan hati.

Covid-19 masih menjadi musuh tak terlihat, tetapi ada musuh lain yang membungkus kehidupan sehari-hari yaitu rasa malas yang saban hari kian sulit untuk dibendung. Jam tidur kian merendah, yang diperparah dikarenakan hal yang sia-sia. Pada lembaran tahun 2022 aku berharap bisa jauh lebih produktif lagi, menyibukkan diri dengan sesuatu yang bermanfaat. 

Oh ya, komentar-komentar yang sobat kirimkan diusahakan untuk dijawab satu persatu, meski kadang agak lama. Terima kasih atas komentar positifnya, bahagia sekali ketika membaca apresiasi dari teman-teman sekalian. 

Salam - dodonulis 




 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
es krim legendaris ragusa di jakarta

Akhirnya nyempatin datang ke Ragusa, gerai es krim yang sudah melegenda namanya di Ibu Kota. Lokasinya terletak di Jalan Veteran I, Gambir, Jakarta Pusat. Dekat banget dari Monas dan Masjid Istiqlal. Apa yang spesial dari gerai es krim ini? satu, jauh sebelum Gelato populer di jogja, Es Krim Ragusa sudah berdiri sejak tahun 1932 dan bisa dibilang kedai es krim pertama di Jakarta. dua, kesan klasik karena di dalam ruangan masih menggunakan kursi rotan dan kipas angin. tiga, rasa es krimnya enak dan tanpa bahan pengawet.

gerai es krim ragusa di gambir

Jika ingin berkunjung disarankan saat hari kerja senin s.d. jumat, karena pada akhir pekan pengunjung biasanya ramai dan harus antri lama jika ingin makan di tempat. Kursi yang tersedia juga tidak terlalu banyak, sesuai dengan luas ruangan yang tidak begitu besar. Opsi lainnya adalah take away, lalu makan di luar gerai. Ada tempat duduk di trotoar seberang Ragusa, tinggal pilih duduknya mau menghadap jalan atau menghadap ke aliran kali :D.

aliran kali di jalan veteran 1

Kalau sobat membawa mobil, "PR" lagi cari tempat parkir karena lumayan susah. Paling fleksibel sih kalau bawa motor, kalau kepepet parkir di trotoar juga bisa wkwk maaf ya agak nyeleneh, tapi mau bagaimana lagi nyari tempat parkirnya, susah :D.

Cerita Pertama Kali ke Ragusa

gerai es krim ragusa di jakarta

Penulis datang saat jam tiga sore setelah pulang dari Perpusnas. Cuaca sedang panas membuat otak berpikir cepat untuk mencari tempat mengademkan badan. Dari jalan Merdeka Utara belok ke kiri menuju Jalan Veteran I dan berhenti di Gerai Ragusa. Setelah masuk ke dalam, sorot mata memencar ke seisi ruangan yang sederhana. Dinding-dinding ruangan dipenuhi foto-foto lawas gerai Ragusa serta foto menu es krim yang nampak menggugah selera. 

Ketika Penulis datang tidak langsung mendapat tempat duduk, harus menunggu dulu sebentar hingga ada kursi kosong. Setelah melihat daftar menu penulis memutuskan memesan Banana Split yang ada tanda jempol di fotonya, menandakan salah satu menu favorit di Ragusa. Selain itu ada menu Spaghetti Ice Cream, Cassata Sicilliana, dan Tutti Frutti yang bertanda sama.  

daftar menu terbaru ragusa

Penyajiannya tidak terlalu lama, berkisar lima menit saja pelayan yang berseragam hitam putih mengantar es krim yang Penulis pesan. Karena niatnya memang mau share di blog, sebelum makan difoto dulu :D Mungkin saja setelah membaca ini sobat mau berkunjung ke sana juga. Kalau dilihat dari foto memang gak kelihatan pisangnya, karena letaknya berada di bawah tumpukan es krim cokelat, stroberi, dan vanila.

es krim banana split ragusa
Hari itu hanya pesan Banana Split saja, ntar kapan-kapan kalau berkunjung lagi mau pesan menu yang berbeda.

harga es krim ragusa

Harga es krimnya bisa dilihat di atas, untuk banana split harganya 35 ribu rupiah. Penulis tidak bisa berlama-lama duduk di dalam gerai, karena kasihan juga melihat pengunjung lain yang berdiri mengantri belum dapat tempat duduk.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

foto sunset di masjid hasyim ashari

Sunset, momen di mana pencahayaan secara perlahan mulai minim dan menimbulkan warna jingga yang mengagumkan. Bagi penulis memotret sunset seperti terapi yang dapat menimbulkan kebahagiaan tersendiri, uniknya di musim hujan saat ini justru beberapa kali sunset di ibu kota terlihat memukau.  Polusi udara menjadi berkurang karena disapu air hujan. Jakarta mempunyai banyak spot memotret sunset, beberapa sudah pernah penulis bahas seperti rooftop gedung kantor, pesisir utara jakarta,  Waduk Setiabudi, hingga Lapangan Banteng. 

iibf 2021

Sabtu siang, hujan deras diiringi angin kencang membungkus sebagian wilayah di Jakarta. Penulis saat itu sedang berada di JCC Senayan untuk melihat-lihat kemeriahan IIBF yang sudah vakum dua tahun imbas dari pandemi. Tapi berhubung pendingin ruangan terasa sekali, penulis pun tak sanggup berlama-lama dan langsung memacu motor menuju Masjid KH Hasyim Ashari di Jakarta Barat.

Motivasi ke sana ngapain? memang tidak ada event apapun yang sedang berlangsung di Masjid Hasyim, sekedar ingin datang saja karena menurut penulis masjid ini terlihat megah. Halamannya luas dan terdapat semacam waduk buatan, cocok untuk menghasilkan foto refleksi dari air. Lokasinya memang cukup jauh dan sudah masuk daerah Cengkareng, penulis juga baru pertama berkendara motor ke arah sana. Jadinya kaget melihat kemacetan sepanjang Kali Mookervaart yang berwarna hitam.

Harus Punya Izin Menggunakan Kamera Digital di Dalam Masjid

pintu utama masjid hasyim ashari

Tibalah penulis di Masjid Hasyim saat pukul tiga sore, suasana masih sepi dan area parkir nampak lengang. Penulis mengeluarkan kamera dan memotret bagian luar masjid sebentar, lalu beranjak masuk melalui pintu utama. Ada satpam yang menjaga dan memberi tahu penggunaan kamera digital dilarang saat berada di "dalam" masjid. Mesti harus meminta izin ke pengelola terlebih dahulu yang dimana harus bersurat pada hari kerja, pembuatan surat izin ini tidak dipungut biaya apapun. 

Wah penulis kaget dengan aturan ini dan meminta penjelasan kenapa dilarang. "Itu aturannya dari pengelola bang, gak boleh ambil foto di dalam kalau belum izin. Tapi abang boleh kok pakai kamera hp buat foto" utas pak satpam menjelaskan dengan sopan.

Fasad dan Interior Masjid

halaman masjid hasyim ashari

Tampilan luar masjid mengingatkan penulis dengan sebuah bangunan rektorat universitas negeri. Hanya saja ada lima buah menara berwarna putih yang mengitari masjid, mungkin berkaitan dengan jumlah rukun islam. Lantai satu digunakan sebagai aula atau ruang pertemuan, lalu lantai dua untuk salat. Selain itu di lantai dua terdapat juga ruang perkantoran dan sekretariat masjid.  

piagam peresmian masjid hasyim ashari

Saat mau naik ke lantai dua, Penulis melihat piagam peresmian Masjid yang ditandangani oleh Presiden Joko Widodo. Lalu ada juga piagam pengukuhan nama masjid yang di tandatangani oleh Ketua Umum PBNU saat itu. Nama masjid diambil dari pendiri organisasi Nahdlatul Ulama  (NU) yaitu KH Hasyim Asy'ari, yang juga merupakan ayahanda dari mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur).

Plaza Masjid

anak-anak bermain bola di jakarta

Selesai melaksanakan Salat Ashar, penulis mengelilingi halaman masjid. Menarik sekali terdapat tempat duduk seperti tribun stadion yang berhadapan dengan masjid dan waduk, tempat duduknya dibuat bersusun dan pada bagian atasnya dibuat melebar sehingga bisa digunakan untuk area anak-anak bermain bola. Perlengkapan mereka sederhana sekali, mengunakan bola plastik dan sandal jepit sebagai gawang.

Penulis yang sudah berencana balik ke kosan mendadak urung ketika anak-anak itu minta difotokan. Mereka antusias sekali untuk difoto, perasaan bahagia mereka menular kepada penulis yang seketika mengenang kembali masa kecil dulu, bermain bola tanpa alas kaki di hutan jati milik warga. Dulu kalau sudah lelah biasanya dilanjutkan dengan mandi di sungai yang letaknya berdekatan. 

Penghujung Sore yang Syahdu

sunset di waduk dekat masjid hasyim ashari jakarta

Tak terasa sudah mendekati waktu maghrib, langit mulai terlihat berwarna kekuningan dari arah barat. Andai saja menolak permintaan anak-anak tadi mungkin penulis menyesal melewatkan momen sunset sebagus ini.  Masjid dan rumah susun menjadi objek refleksi yang dihasilkan dari air waduk dekat plaza, langit jingga juga terlihat memantul dan terlihat Masyaallah indahnya.

Penggunaan eksposur harus tepat dalam kondisi pencahayaan yang mulai minim, menurut penulis ini adalah bagian terseru dalam belajar foto. Kamera Fuji X-A3 yang saat ini dipakai bisa dibilang sudah ketinggalan zaman karena versi terbaru terus hadir dengan kecanggihan yang beragam. Mau beli baru? mikir-mikir dulu sepertinya, karena masih nyaman dan kameranya belum ada kerusakan berarti.

 


Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
museum fatahillah museum sejarah jakarta

Sebelum membahas museum Fatahillah atau museum sejarah Jakarta di Kawasan Kota Tua, Penulis akan mengawali tulisan ini dengan pertanyaan, dari sekian banyak Gubernur Jenderal Hindia Belanda ada berapa yang kalian ingat namanya dari belajar sejarah semasa sekolah dulu? honestly Penulis hanya teringat sedikit nama saja, seperti Piter Both Gubernur Jenderal yang pertama. Lalu ada J.P. Coen yang memindahkan markas VOC dari Banten ke Jayakarta. Pada masa Coen jugalah nama Jayakarta diganti menjadi Batavia.

Nama selanjutnya yang Penulis ingat adalah Daendels,  yang lekat dengan kerja rodi atas pembangunan Jalan Anyer-Panurukan (sekarang Jalur Pantura).  Nama berikutnya Van den Bosch yang terkenal dengan sistem Tanam Paksanya atau Cultuurstelsel.  Siapa lagi ya?, oh ya ada Thomas Raffles saat Inggris berkuasa dan Van Der Wijk. Nama terakhir ingat karena ada filmnya , hahaha.

Kalau dihitung-hitung hanya lima saja dari sekian banyak Gubernur Jenderal yang sempat menjabat, maklum pengetahuan sejarah masih minim. Itupun mungkin ada yang salah , correct me if i wrong. Penulis tidak akan membahas sejarah para Gubernur Jenderal itu, melainkan akan membahas salah satu bangunan yang paling menarik perhatian di Kawasan Kota Tua yaitu Museum Fatahillah.

Pintu Masuk Kawasan Kota Tua

stasiun jakarta kota

Jakarta sedang terik-teriknya saat itu, langit biru dihiasi awan bergumpal bak kapas putih. Gerbong KRL tampak lengang, sepi penumpang. Penulis bisa duduk sambil berselonjor kaki selama perjalanan dari stasiun Manggarai hingga tiba di Stasiun Jakarta Kota. Penulis lantas keluar melalui pintu utara, lalu berjalan kaki menuju Kawasan Kota Tua. Rupanya hanya ada dua pintu masuk yang dibuka, sempat membuat penulis kebingungan masuknya lewat pintu mana. 

pintu masuk kawasan kota tua

Salah satu pintu yang dibuka berada di dekat museum Bank indonesia. Pengunjung diminta untuk melakukan scan barcode pada aplikasi peduli lindungi terlebih dahulu, sama seperti ketika masuk mall ataupun transportasi publik. Saat itu pengunjung tidak terlalu ramai meski hari libur akhir pekan, mungkin saja banyak yang belum tau kalau Kota Tua sudah buka kembali sejak akhir Oktober 2021. 

museum fatahillah kawasan kota tua

Penulis berkeliling sebentar mencari sudut dan komposisi terbaik untuk memotret. Belum terlalu ramai memang, dekat pintu masuk terdapat manusia patung dan ahli ramal garis tangan yang ramah menyapa pengunjung. Para pengamen yang dulu sering berkeliaran di kawasan Museum Fatahillah kini tidak nampak satupun, pun dengan pedagang kopi bersepeda juga belum terlihat.

Sejarah Singkat Museum Fatahillah

sejarah balai kota batavia

Museum ini dulunya bernama Balai Kota Batavia atau Stadehuis van Batavia, dibangun pada tahun 1707 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Hoorn dan diresmikan pada tahun 1710 pada masa Gubernur Jenderal Abraham Van Riebeck. Hal ini diterangkan melalui sebuah tulisan yang terukir dalam Bahasa Belanda, berada di dekat pintu masuk museum. Bangunan bercat putih ini resmi menjadi museum pada tahun 1974 pada masa Gubernur Ali Sadikin.

Do's and Don'ts saat berkunjung ke Museum Fatahillah

pintu masuk museum fatahillah

"Mas, mohon maaf kameranya tolong disimpan ke dalam tas ya karena gak boleh" saya heran ketika ditegur oleh petugas di dekat pintu masuk. Lalu saya memperhatikan kembali sebuah pamflet yang berisi tata tertib museum Sejarah Jakarta. Memang terdapat larangan menggunakan flash saat mengambil foto, apakah ini diartikan sebagai tanda larangan untuk menggunakan kamera DSLR atau Mirrorless?. 

Baiklah saya pun menuruti perintah petugas, mungkin ada alasan lain yang melarang menggunakan kamera. Toh penggunaan kamera hp masih diperbolehkan. Adapun tiket masuk ke museum sebesar Rp 5.000, namun kita harus menggunakan kartu Bank DKI. Bagi yang belum punya dapat membeli di tempat dengan biaya Rp 20.000, sisa saldonya dapat digunakan untuk masuk ke museum lainnya di Jakarta. Pada hari itu Penulis juga berkunjung ke Museum Wayang, hanya berniat memfoto taman papan nama J.P Coen saja. 

Ada Apa Saja di Museum Fatahillah?

patung hermes di museum fatahillah

Jika sobat perhatikan, terdapat sebuah patung di dekat pintu masuk museum. Patung tersebut menggambarkan sosok Hermes, dalam mitologi Yunani Hermes adalah anak dari Dewa Zeus. Di bawah patung terdapat penjelasan mengenai makna dan sejarah patung tersebut yang dulunya berada di kawasan Harmoni.

lukisan di museum fatahillah
Karya Seni di Museum Fatahillah

Museum Fatahillah banyak sekali ruangannya, tiap-tiap ruangan bagai melewati lorong waktu sejarah. Terdapat lukisan yang menggambarkan masa pra sejarah, lalu ada replika prasasti kerajaan, foto-foto pendudukan VOC, hingga sejarah balai kota batavia hingga menjadi museum. Semuanya telah dikemas menarik dengan tulisan-tulisan yang ditempelkan di dinding-dinding ruangan. Di museum ini terdapat ruang Diponegoro yang dulunya memang sempat dihuni oleh beliau saat ditahan. Terdapat juga penjara bawah tanah yang terlihat gelap dan terkesan menyeramkan. 

*Jika terdapat kekeliruan dalam informasi dan sejarah silahkan dimasukan koreksinya di kolom komentar, terima kasih :)


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
taman suropati menteng jakarta

Penulis akan membahas Taman Suropati yang beberapa hari lalu didatangi, Penulis merekomendasikan taman ini kepada kalian yang ingin berakhir pekan di ruang terbuka hijau. Saat masih rutin bersepeda dulu taman ini sering Penulis lewati. Penulis mengambil rute dari Bundaran HI kemudian masuk ke Jalan Imam Bonjol, lalu bertemu dengan Jalan Diponegoro. Terdapat Jalur sepeda khusus berwarna hijau, suasana sepanjang jalan rindang dengan pepohonan besar yang tumbuh di tengah trotoar. 

gereja bpib paulus di menteng jakarta

Lurus terus saja sampai bertemu dengan Patung Diponegoro yang sedang menunggangi kuda. Sekeliling patung dipenuhi tanaman hias bermacam warna. Tidak jauh mata memandang terdapat Gereja GPIB Paulus yang berwarna putih. Gereja ini dibangun pada tahun 1936, saat Taman Suropati masih bernama Bugremeester Bisschopplein.

Menurut buku yang Penulis baca "212 Asal Usul Jakarta Tempo Dulu", Bugremeester Bisschopplein adalah nama awal Taman Suropati pada masa pendudukan Belanda. Diambil dari nama walikota (Bugremeester) Batavia yang bernama G.J. Bisschopp (1916-1920). Sementara Plein merupakan bahasa Belanda yang artinya alun-alun/lapangan. 

Kawasan lain di Jakarta yang berakhiran plein pada masa itu adalah Waterlooplein. Mungkin sebagian dari sobat pernah mendengar Waterlooplein yang telah berganti nama menjadi kawasan Lapangan Banteng. Adapun ruang terbuka hijau di kawasan Lapangan Banteng pernah penulis ulas pada postingan Taman Lapangan Banteng yang didalamnya terdapat Tugu Pembebasan Irian Barat.

Kembali ke topik awal mengenai Taman Suropati. Ada beberapa hal yang menarik jika membicarakan taman ini, berikut ulasannya.

1. Jam Buka dan Tutup Taman

Di masa PPKM ini, aturan jam kunjungan taman-taman di Ibu Kota berubah. Mulai dibuka untuk umum pada pukul 07.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB, yang penting diketahui bagi pengunjung adalah terdapat sterilisasi area taman dari pukul 12.00 WIB - 13.00 WIB. Pengunjung tidak diperbolehkan masuk ke area taman karena akan disemprot disinfektan. Siap-siap saja diusir oleh petugas jika masih berada di dalam taman pada jam tersebut.

2. Patung Diponegoro 

patung diponegoro di depan taman suropati

Patung Diponegoro yang sedang menunggangi kuda berada persis di depan Taman Suropati. Letaknya membelah kedua sisi Jalan Dipenogoro. Sekeliling patung nampak indah dengan tanaman hias beragam rupa dan warna. Patung ini diresmikan pada Desember 2005 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Bapak Sutiyoso.

3. Libur Akhir Pekan di Taman

denah area taman suropati
Denah Taman Suropati

Pepohonan yang rindang membuat suasana teduh terasa di taman ini, apalagi tatkala angin sepoi menyapu wajah. Setelah dibuka kembali pada 26 Oktober yang lalu, taman ini kembali ramai kedatangan pengunjung, makin ramai lagi ketika akhir pekan tiba. 

not balok di taman suropati

Fasilitas taman kian lengkap dengan adanya kursi semi permanen yang dipasang di beberapa tempat. Sisi keunikan dari taman ini terdapat sebuah spot lingkaran yang bergambar not balok berwarna keemasan, mungkin saja sebagai penanda bahwa taman ini sebagai sarana menyalurkan kreatifitas.

Keberadaan kolam hias menambah keindahan taman, terlihat juga kerumunan burung merpati yang mondar-mandir mengais makanan. Burung-burung ini dibuatkan sangkar tepat di tengah-tengah taman. Keliling taman bisa dijadikan trek berlari pagi maupun sore. 

 Bawalah perbekalan yang cukup seperti cemilan atau minuman, karena saat datang beberapa hari yang lalu pedagang masih sepi. Saat mencari penjual air mineral susah, yang ada hanyalah es teh manis, kopi, dan minuman berasa lain.

4. Monumen Pemahat dari Negara-negara ASEAN

monumen patung di taman suropati

Sisi menarik Taman Suropati adalah keberadaan enam monumen yang merupakan karya dari enam pemahat dari negara di ASEAN. Keenam Monumen tersebut selain bentuknya yang artistik, juga mempunyai arti dan makna yang berbeda pula. Ada yang melambangkan persaudaraan, keharmonisan, semangat, dan lain-lain.

5. Bookhive Jakarta

lemari perpustakaan bookhive jakarta

Perpustakaan mini bernama "Bookhive Jakarta" hadir di beberapa taman Ibu Kota sejak diresmikan bertepatan dengan hari buku sedunia pada 23 April 2021 yang lalu. Moto perpustakaan ini adalah "ambil seperlunya sumbang semampunya" yang dapat diartikan pengunjung dapat meminjam buku yang ada di dalam lemari tersebut. Selain itu bisa juga berkontribusi menyumbang buku secara sukarela. Beberapa macam genre buku terdapat di lemari buku sederhana ini, baik fiksi maupun non fiksi.

6. Berada di Dekat Masjid Agung Sunda Kelapa

masjid agung sunda kelapa
Masjid Agung Sunda Kelapa

Taman Suropati berhadapan dengan Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)  yang bercat putih. Nah , di belakang Gedung Bappenas ini terdapat Masjid Agung Sunda Kelapa yang telah dibangun pada tahun 1960-an.  Menyambung mengenai jam buka tutup taman tadi, sobat bisa Sholat Dzuhur di masjid ini saat jam sterilisasi taman. Selain itu di luar masjid terdapat kantin/warung makan, setelah selesai Ishoma bisa masuk lagi ke taman jam 13.00 WIB. 

Sekian ulasan Penulis mengenai Taman Suropati, kemungkinan beberapa postingan selanjutnya akan membahas taman lain di Ibu Kota. Penulis semangat membahasnya seiring dengan keseriusan dinas terkait dalam mengelola taman di Ibu Kota, dibuktikan dengan taman-taman yang kian bersih, terawat dan nyaman bagi pengunjung. Salam :)

 

Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Newer Posts
Older Posts

Official Logo

Official Logo
Pada tanggal 8 Oktober 2022, blog ini mempunyai logo resmi untuk pertama kali. Sudah lama saya berkeinginan untuk membuat logo sebagai identitas blog, terima kasih kepada seseorang yang telah membantu mengkreasikan logo yang luar biasa ini. Logo ini sebagai bentuk semangat untuk terus konsisten dalam membagikan hal-hal yang bermanfaat. Dalam perjalanannya, saya mendapatkan banyak ucapan dan respon yang baik dari para pembaca. Terima kasih atas energi positifnya :)

Popular Posts

  • Solo Traveling ke Banda Neira
  • Travel Blogger di Bangka Belitung
  • Review Open Trip Overland Sumba Bersama Indonesia Juara
  • Perjalanan ke Banda Neira Dengan Pesawat Sam Air
  • Naik Kapal Dari Muntok ke Tanjung Api-Api Membawa Mobil Pribadi

Tentang Penulis

Halo para pembaca, penulis adalah seorang pemuda kelahiran tahun ’97. isi blog ini seputar cerita dan catatan penulis ketika berkunjung di beberapa provinsi di Indonesia, tujuan membuat blog ini supaya dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama yang mempunyai hobi traveling. penulis dapat dihubungi dengan berkirim email ke dodonulis1@gmail.com

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

recent posts

    Pages

    • Privacy Policy
    • About Me
    • Disclaimer
    • Contact

    BloggerHub

    BloggerHub Indonesia

    Created with by ThemeXpose