Keindahan Alam di Maumere (Overland Flores Part 1)

by - 4/12/2020 09:13:00 AM

Pesawat Nam Air yang membawa penulis mendarat dengan halus di Bandara Frans Seda Maumere pada tanggal 1 Februari 2019, jam 11.45 WITA saat itu. Tibalah kaki ini melangkah pertama kali di tanah Flores, salah satu pulau yang termasuk ke dalam wilayah administratif Nusa Tenggara Timur. Penulis kali ini ditemani oleh Faliq, seorang sahabat yang sudah sering pergi bersama dalam traveling.

Penulis sudah menyusun itinerary dengan cukup rinci, tetapi tetap saja saat itu tidak semua berjalan sesuai rencana. Salah satu kejadian yang tidak sesuai rencana adalah ponsel Samsung lipat milik penulis jatuh entah di mana, akhirnya penulis pun menuju Grapari Telkomsel yang ada di Maumere untuk mengurus penggantian SIM Card. 

Setelah itu penulis pun menuju penginapan di Hotel Permata Sari yang letaknya tidak jauh dari bandara. Penulis bersama Faliq hanya memesan satu kamar saja dengan ranjang yang cukup besar, tarifnya Rp.120.000/malam. Penulis pun berbagi ongkos sewa kamar Rp.60.000 dengan Faliq, lumayan menghemat pengeluaran.

Salah satu kesulitan yang penulis dapatkan selama di Maumere adalah sewa motor yang cukup sulit didapatkan. Akhirnya ide untuk menyewa motor salah satu staf hotel pun muncul, penulis pun berkenalan dengan Bapak Polce yang bekerja di hotel ini. Setelah negosiasi harga, sepakatlah di angka Rp.100.000 selama 24 jam terhitung sejak penulis menerima kunci motor. 

Setelah mendapatkan motor, penulis pun mencari tempat makan siang. Mayoritas penduduk Maumere dan Kabupaten Sikka beragama katolik, tetapi tidak begitu sulit menemukan warung makan padang atau jawa yang menjajalkan makanan halal di sini. Kota Maumere pun terkenal dengan kerukunan antar umat beragamanya. Setelah selesai makan siang, penulis pun beranjak menuju destinasi wisata yang pertama.

Patung Bunda Maria Segala Bangsa
patung bunda maria maumere
Perjalananan explore Maumere pun dimulai menuju destinasi pertama yaitu Patung Bunda Maria yang terletak di Bukit Nilo, Jaraknya sekitar 16 KM dari Kota Maumere. Cuaca saat itu mulai mendung ketika penulis mengendarai motor menuju ke sana pukul dua siang. Jalanannya sudah beraspal dan bagus, tetapi berkelok-kelok.

Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam, penulis pun tiba dan langsung memarkirkan kendaraan. Suasana saat itu sedang sepi, hanya ada beberapa orang saja yang sedang berkunjung. Penulis pun menghampiri dua orang ibu-ibu yang sedang menjaga warung, beliau berkata kalau tempat ini ramai dikunjungi saat hari Sabtu/Minggu serta hari besar keagamaan. Penulis pun membayar tiket masuk secara sukarela ke dalam sebuah kotak yang disediakan.

Patung Bunda Maria Segala Bangsa dibuka secara resmi sebagai tempat ziarah pada tanggal 31 Mei 2005 yang lalu. Suasana yang sejuk dan asri terasa di sekitar kawasan ini, namun sayangnya saat itu kabut sedang menyelimuti bukit. Penulis pun berjalan masuk mendekati patung, terdapat tempat duduk panjang yang berjejer dan terbuat dari semen.

Penulis pun duduk sejenak, memperhatikan kemegahan patung yang tinggi menjulang ini. Sekitar pukul 15.30 WITA, penulis pun kembali ke Kota Maumere karena khawatir dengan langit yang semakin mendung dan nampaknya akan turun hujan.

Monumen Tsunami Maumere
monumen tsunami di maumere
Maumere yang berada di dekat garis pantai pernah dilanda bencana tsunami pada tahun 1992 silam. Pembangunan monumen ini sebagai bentuk peringatan atas bencana besar yang terjadi saat itu. Lokasinya berada di kawasan taman kota yang dikelilingi oleh pepohonan hijau dan bunga-bunga yang tertata rapi.

Penulis hanya singgah sebentar di monumen ini, setelah memotret beberapa foto penulis pun kembali ke penginapan. Benar saja, saat perjalanan menuju ke penginapan hujan pun turun. Penulis pun tetap tancap gas motor karena jarak ke lokasi hotel tinggal sedikit lagi.

Tibalah penulis di hotel dan langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Pada malam harinya penulis hanya menetap di hotel saja, lalu penulis bertanya kepada Bapak Palce terkait info travel menuju Moni. Syukurlah beliau punya kenalan sopir travel menuju Moni yang akan berangkat besok siang pukul 13.00 WITA. 

Tanjung Kajuwulu dan Salib Putih di Atas Bukit

Suasana pagi yang cerah di Maumere pada tanggal 2 Februari 2019, hari kedua overland Flores. Dengan pertimbangan dan diskusi mengenai tempat yang akan dituju, Penulis dan Faliq memutuskan untuk menuju Tanjung Kajuwulu yang berlokasi sekitar 20 KM dari Kota Maumere. Dengan Bantuan Google Maps penulis pun memacu sepeda motor ke sana.
jembatan di maumere yang rusak
Baru setengah perjalanan, sepeda motor penulis terhenti. Bukan karena mogok melainkan ada sebuah hambatan yang kami hadapi di depan jalan yaitu jembatan putus. Warga setempat bercerita kalau jembatannya putus karena diterjang banjir bandang. Meskipun begitu, jalan menuju Tanjung Kajuwulu tetap bisa dilewati karena warga membuat jembatan darurat.

Faliq sempat ragu dan ingin berbalik arah kembali ke penginapan, tetapi penulis meyakinkan ke dia supaya tetap melanjutkan perjalanan, penulis pun memberi semangat dan motivasi kepadanya bahwa keindahan alam di Tanjung Kajuwulu  sangat memukau dan tidak bisa dilewatkan begitu saja. 

Sepeda motor pun berjalan perlahan dan berhasil melewati jembatan darurat itu. Setelah kurang lebih 45 menit, Penulis pun menghentikan sepeda motor karena GPS terhenti pertanda sudah sampai di lokasi. Penulis pun menghampiri penjaga parkir dan dipungut biaya Rp.10.000 untuk parkir, beliau pun mengarahkan penulis untuk naik ke atas anak tangga.
tangga menuju bukit salib tanjung kajuwulu
Penulis pun berjalan meniti anak tangga yang telah tersusun rapi dan disemen. Penulis tidak tau persis jumlah anak tangga yang dilewati, tetapi cukup melelahkan juga ditambah dengan teriknya matahari. Perlahan Salib berwarna putih terlihat di atas bukit dan penulis pun bersemangat menaiki anak tangga. Faliq bahkan setengah berlari menuju ke atas bukit dan kehausan ketika tiba di atas. Bagi sobat yang ingin berkunjung disarankan untuk membawa air minum.
pemandangan tanjung kajuwulu maumere
Perjuangan yang tidak sia-sia, penulis membelalakkan mata melihat pesona pemandangan yang memukau dihadapan penulis. Perbukitan yang berwarna hijau dan Laut Flores yang menghampar biru menjadi pertunjukan yang luar biasa indah. Penulis menarik nafas panjang dan menutup mata selama beberapa detik untuk merekam keindahan alam ini ke memori pikiran penulis.
keindahan tanjung kajuwulu maumere
Tempat yang sangat indah, tetapi penulis tidak bisa berlama-lama karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 11.30 WITA, pertanda bahwa penulis harus segera kembali ke hotel untuk berkemas sebelum berangkat menuju Moni.

Biaya mobil travel menuju Moni saat itu Rp.100.000/orang, namun di tengah perjalanan penulis diminta membayar uang tambahan sebesar Rp.25.000/orang. Alasannya karena penulis dijemput di hotel bukan langsung datang ke loket. Baiklah karena malas berdebat dan ribut, anggap saja sebagai sedekah dan berkah untuk sopir travel nya.

Perjalanan Overland Flores berlanjut menuju Moni, melihat keindahan Danau Kalimutu yang tersohor di Indonesia. Ceritanya dapat dibaca pada postingan "keindahan Danau Kelimutu", semoga bermanfaat dan selamat menyimak ya sob :).

Pengeluaran penulis selama di Maumere :
1. Tiket Jakarta - Maumere (transit Denpasar) : Rp.243,700 (Promo Sriwijaya Air dan Nam Air)
2. Hotel Permata Sari Maumere : Rp.120.000/2 (dibagi dengan faliq) = Rp.60.000
3. Sewa Motor staf hotel : Rp. 100.000/2 (dibagi dengan faliq) = Rp.50.000
4. Biaya masuk sukarela di Patung Bunda Maria : Rp. 20.000
5. Biaya Parkir di Tanjung Kajuwulu : Rp. 10.000
6. Bensin : Rp.20.000
7. Travel Maumere menuju Moni : Rp.125.000





You May Also Like

2 komentar