Road Trip Makassar Menuju Palu dengan Bus Khatulistiwa Trans

by - 4/09/2021 09:02:00 PM

bus khatulistiwa trans makassar menuju palu

Penulis telah melakukan riset sana-sini, mengunjungi blog yang satu dan yang lainnya untuk mencari informasi sedetail mungkin supaya rencana road trip Makassar menuju Palu ini berjalan lancar. Perjalanan ini akan Penulis lakukan seorang diri alias solo traveling, jadinya persiapan harus matang. Lantas mengapa memilih untuk naik bus? padahal bisa menggunakan Pesawat direct dari Jakarta atau transit Pesawat Makassar-Palu, lebih menghemat waktu dan tenaga.

Kurang lebih 800 km jarak dari Kota Makassar menuju Kota Palu, jika menggunakan pesawat hanya memerlukan waktu satu jam saja. Jika menggunakan bus maka waktu yang diperlukan adalah 22 jam, what? ya hampir satu hari perjalanan. 

Selain alasan menghemat budget, alasan lain menggunakan bus adalah mencari pengalaman baru. Sungguh kenangan melewati jalanan trans Sulawesi tidak akan terlupakan bagi penulis. Pemandangan Selat Sulawesi terihat dari balik kaca jendela bus.

Sudah sejak lama Penulis mengikuti akun Instagram @celebesbislovers (Bis Mania Sulawesi), akun komunitas yang secara aktif membagikan informasi mengenai bus-bus yang ada di Sulawesi. Foto-foto bus yang terlihat mewah, elegan, beserta kursi-kursinya lapang menarik minat Penulis untuk mencobanya. 

Ada beberapa pilihan armada Bus yang menyediakan trayek Makassar menuju Palu, seperti Khatulistiwa Trans, Borlindo, Damri, dan PO lainnya. Penulis memilih naik Khatulistiwa Trans dan membeli tiketnya melalui Traveloka dengan biaya Rp 300.000.

Cerita perjalanan dimulai dari keberangkatan dari Jakarta menuju Makassar dengan pesawat Sriwijaya Air pada tanggal 2 April 2021. Cuaca di langit Makassar sedang tidak bersahabat saat itu, beberapa kali turbulensi terjadi, kilat menyala membuat ngeri, dan bulir air hujan terlihat di bagian jendela luar pesawat. 

pesawat sriwijaya air jakarta makassar

Alhamdulillah diberikan keselamatan selama penerbangan, pesawat mendarat sekitar pukul empat pagi di tengah guyuran hujan lebat. Karena tidak memakai garbarata, penumpang pun diantar menggunakan bus menuju ruang kedatangan.

Hujan belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, malah semakin deras dan angin bertiup kencang. Suasana Bandara Sultan Hasanudin yang sedang dalam proses renovasi terlihat ramai.  Namun sedikit sekali kursi yang disediakan di dekat pintu kedatangan, beberapa orang duduk di lantai termasuk Penulis. Terjebak tidak bisa keluar bandara karena hujan.  

Tujuan Penulis selanjutnya seharusnya adalah menuju Rammang-Rammang dan Leang-leang yang ada di Maros, namun karena hujan tak kunjung mereda akhirnya batal. Penulis memutuskan menuju ke Kota dengan menggunakan Bus Damri. 

Biayanya hanya Rp 25.000 saja, jauh lebih murah dibanding naik taksi bandara maupun ojol sekalipun. Namun harus sabar menunggu karena baru tersedia pada pukul delapan pagi, itupun tidak langsung berangkat melainkan menunggu penumpang terisi penuh. Saat itu Penulis menunggu sampai jam sembilan baru berangkat :D.

masjid 99 kubah makassar

Hujan deras mulai mereda meski masih menyisakan rintik-rintik. Penulis turun di halte bus di depan Pantai Losari, memotret kawasan anjungan pantai yang tidak banyak berubah sejak kunjungan terakhir april 2019 yang lalu. Masjid 99 kubah masih belum selesai pengerjaannya. Pemandangan yang baru Penulis lihat adalah gambar-gambar mural di tulisan "City Of Makassar" yang terlihat artistik. 

Pukul sebelas siang,  Penulis makan di sebuah warung coto yang sudah terkenal di Makassar, yaitu Coto Nusantara. Karena hanya berjarak satu kilometer saja dari pantai Losari penulis memilih berjalan kaki saja. Melewati bangunan bersejarah Fort Rotterdam dan Kawasan pelabuhan Pelindo IV Makassar.

coto nusantara di makassar

Semangkuk Coto dibandrol Rp 25.000 rupiah dan satu buah ketupat seharga Rp 2.000 rupiah. Ada banyak pilihan wisata kuliner lain yang sama lezatnya, seperti Coto Gagak, Pallubasa Serigala, dan Konro Karebosi. 

masjid amirul mukminin atau masjid terapung makassar

Penulis Salat Jumat di masjid Amirul Mukminin, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masjid terapung. lokasinya masih berada di sekitar kawasan Pantai Losari. Selesai salat Penulis tidur-tiduran di dalam masjid, bermain gawai, dan membuka buku yang sengaja dibawa untuk mengisi waktu luang selama perjalanan. 

terminal daya makassar

Barulah selepas salat Ashar, Penulis memesan ojol menuju Terminal Daya Makassar. Setibanya di terminal, Penulis langsung menuju loket Khatulistiwa Trans untuk mengkonfirmasi tiket bus yang dipesan lewat traveloka, karena E-tiket belum ada keterangan nomor kursi.  "Mba, saya pilihin kursi di dekat jendela ya. Kalau bisa agak depanan, tapi jangan yang paling depan" Ujar Penulis kepada petugas loket.

nomor telepon loket bus khatulistiwa trans

Suasana Terminal Daya Makassar sudah ramai oleh para penumpang. Namun sayangnya kondisi terminal menurut penulis kurang terawat, lantainya kotor, cat sudah pudar, dan sampah plastik ada yang berserak. Tetapi syukurlah terminal ini benar-benar bermanfaat, karena di kampung halaman Penulis terdapat terminal besar namun saat ini terbengkalai bertahun-tahun. Hampir tidak ada aktivitas di sana, sepi sekali.

kursi bus khatulistiwa trans

fasilitas bus khatulistiwa trans

Penulis masuk ke dalam Bus, komposisi tempat duduknya adalah 2-2 dan agak lapang sehingga kaki bisa selonjoran. Pada tiap-tiap kursi diberikan selimut dan bantal, namun sayangnya di jendela tidak dipasang hordeng saat itu. Toilet? tidak ada di dalam bus ini, kalau mau "setoran" saat bus berhenti di warung makan atau masjid.

Semua bus dari Makassar menuju Palu berangkatnya malam hari dari terminal daya. Pukul 18.30 bus bergerak keluar dari terminal, kursi penumpang terisi penuh. Di sebelah Penulis ada pria 30 tahunan yang baru selesai melaksanakan tugas dinas di Makassar.

Penulis belum mengantuk, bingung juga mau melakukan apalagi selain bermain gawai. Penulis memutuskan untuk menonton pertandingan live IBL lewat youtube lalu mulai merasakan kantuk. Penulis menyelimuti kepala hingga kaki dengan selimut dan tidur. 

Semburat warna keemasan matahari terlihat mengagumkan di pagi hari. Saat melihat google maps rupanya posisi bus sudah melewati Kota Mamuju. Bus berhenti di sebuah warung makan pukul 09.30 WITA. Kota Palu masih jauh :). 

pemandangan jalan makassar palu

Bus kembali melesat cepat, mata penulis terbuka dan melempar pandangan ke arah jendela. Di pinggir jalan berjejer pohon sawit dan kelapa. Hamparan laut Selat Makassar terlihat mengagumkan ketika bus melewati kontur jalan yang berbukit. 

terminal tipo palu

Bus tiba di Terminal Tipo Palu pada pukul 17.00 WITA. Perbukitan hijau menjadi pemandangan di belakang terminal, lalu di seberang jalan terminal langsung menghadap ke laut. Penulis memesan ojek online menuju hotel Samrat.  Driver bernama Pak Ikhwan meminta Penulis untuk keluar  dan berjalan menjauh sekitar 50 meter dari terminal. "Menghormati teman-teman ojek yang mangkal di dalam dek" katanya.

Jarak dari Hotel Samrat dengan Pantai Talise cukup dekat, sekitar 3 km. Penulis berpikir ulang mending mampir dulu ke pantai, lalu memfoto sunset. "Pak, saya boleh minta diantar ke pantai Talise saja, mau foto sunset" Pinta Penulis. "Wah, saya antar langsung ke hotel saja ya dek" Pak Ikhwan menolak. "Jaraknya kan deketan pak, nanti ongkosnya saya tambahin deh" Penulis menawarkan. 

"Bukannya gimana ya dek, saya inget kejadian tsunami kalo ke Talise sore-sore kayak gini. Saat itu kejadiannya menjelang maghrib. Saya kalau diajak makan gratis ke sana aja gak mau sore-sore kayak gini" Pak Ikhwan lanjut bercerita, beliau juga terseret arus saat tanggal 28 September 2018 yang lalu. Atas izin Tuhan, beliau selamat meski banyak luka di bagian kaki.

hotel samrat palu

Penulis tiba di hotel lalu mandi dan berganti pakaian. Harga kamar yang penulis pesan adalah Rp 150.000, memiliki fasilitas ranjang Single bed, AC, dan Televisi. Di samping hotel terdapat warung makan nasi kuning yang murah dan enak. Hingga malam itu, penulis belum juga mendapatkan sewa motor untuk berkeliling kota Palu keesokan harinya.

Bersambung ke bagian berikutnya : Solo Traveling ke Palu dan Donggala.

Catatan :

1. Tiket bus bisa dibeli lewat aplikasi traveloka, redbus, ataupun melalui loket resmi. Nomor HP loket bus khatulistiwa trans terdapat di foto yang penulis upload. Harga saat itu Rp 300.000 (bisa berubah sewaktu-waktu)

2. Siapkan cemilan selama di bus, membawa headset, buku, atau barang lain yang dapat digunakan untuk memanfaatkan waktu luang selama perjalanan panjang.

You May Also Like

4 komentar

  1. Menarik sekali.jd ingin.travelling jalan darat ke Palu.

    BalasHapus
  2. Jelas banget ceritanya, mudah2n jadi pengalaman yang menarik ya selama ke Palu. Saat itu belum ada sleeper bus ya?

    BalasHapus